" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Selasa, 26 April 2016

Teladan dari Sang Dai Sejuta Umat (3): Pesan pada Uje

 kh-zainuddin-mz
Kepergian KH Zainudin MZ ternyata sudah “terbaca” oleh Ustadz Jefry Al Buchori, ustadz muda yang juga sudah menghadap Allah SWT. Uje, demikian panggilannya ikut memandikan jenazah sang  Dai Sejuta Umat ketika wafatnya.

Terakhir bertemu dengan KH Zainuddin, Uje diberitahu kalau sang Kiayi mengaku sudah lelah. Beberapa saat sebelum wafat, KH Zainudin MZ memang sempat memberikan tausiyah bareng Uje di daerah Cipinang. “Ayah udah capek nih, sering bolak-balik ke RS,” kenang Uje waktu itu.
Tidak berapa lama, KH Zainudin pun dipanggil Allah SWT. Semasa hidupnya, Uje seringkali gemetar kalau ingat itu. Baik Uje maupun KH Zainudin MZ sudah sama-sama tiada setelah memberikan banyak untuk umat dan bangsa ini.

Sumber: 
http://www.tabloidnova.com/Nova/Selebriti/Aktual/KH-Zainudin-MZ-Mengeluh-Capek-Pada-Ustadz-Jefry-Al-Buchori/

Teladan dari Sang Dai Sejuta Umat (2) Merasa Malu karena Rumahnya Lebih Bagus daripada Masjid

TABLIGH AKBAR
KH Zainuddin MZ



Kalau Anda suatu kali ke rumah almarhum KH Zainuddin MZ semasa hidup, maka tepat depan rumahnya, Anda akan menemukan sebuah masjid yang cukup megah. Ada kisah di balik bagusnya masjid ini. Masjid ini ternyata direnovasi atas inisiatif sang Kiayi. KH Zainuddin MZ merasa malu kalau rumahnya lebih megah daripada masjid tersebut.
Warga sekitar masjid pasti tahu betul bahwa masjid yang bernama Fajrul Islam ini sangat identik dengan KH Zainuddin.

Masjid ini awalnya dibangun pada tahun 1990. Pada tahun 2004, KH Zainuddin memutuskan untuk membongkar total masjid tersebut. Alasannya itu tadi, tempat tinggalnya jauh lebih bagus dari pada rumah ibadah kepada Allah SWT. “Rumahku kok lebih bagus daripada masjid ya,” tutur KH Zainuddin ketika itu.

KH Zainuddin MZ sadar betul bahwa merenovasi masjid tersebut akan menyedot biaya yang sangat besar. Dari hitungan kasar saja, renovasi masjid bisa mencapai sekitar Rp 3,6 miliar!
Nah, dari mana sang Kiayi mendapatkan uang sebesar itu? Salah satu cara yang dilakukannya adalah mengundang para pejabat dan figur publik untuk datang ke masjid tersebut, utamanya pada setiap peringatan hari besar Islam.

Oleh Kiayi, mereka diajak untuk menyumbang pembangunan. Walau kenyataannya, dana yang paling banyak tetap berasal dari KH Zainuddin MZ. Karena tidak setiap kali pejabat datang juga ikut menyumbang.
Tercatat, pejabat yang diundang datang ke masjid itu adalah Jusuf Kalla ketika menjadi wakil presiden. Gubernur Jakarta Fauzi Bowo juga pernah datang.

Biaya total renovasi masjid akhirnya mencapai Rp 5 miliar. Pada Maret 2010, masjid itu diresmikan Gubernur Jakarta Fauzi Bowo. Jika dulu hanya mampu memuat sekitar 600 jamaah, kini Masjid Fajrul Islam bisa menampung lebih dari seribu jamaah

Sumber:
http://www.jpnn.com/read/2011/07/06/97228/Kisah-Keringat-Zainuddin-M.Z-di-Masjid-Fajrul-Islam

Teladan dari Sang Dai Sejuta Umat (1) Kembalikan Amplop Honor untuk Keperluan Masjid

KH Zainuddin MZ 2
KH Zainuddin MZ



Semasa hidupnya, ia dijuluki Dai Sejuta Umat. Itu karena dalam setiap ceramah-ceramahnya selalu dipenuhi dengan massa yang banyak sekali. Dialah almarhum KH Zainuddin MZ. Dai yang sudah menghadap Allah SWT pada 5 Juli 2011 ini ternyata menyimpan begitu banyak catatan dan hikmah pelajaran. Beberapa di antaranya yang dipetik dari berbagai sumber.

KH Zainuddin MZ dikenal selalu melakukan tadarus Al-Quran usai Shalat Magrib. Selain tadarus, salah satu amalan yang tak bisa pernah ditinggalkan oleh Kiyai adalah menghibahkan amplop usai mengisi pengajian. Maksudnya bagaimana?

Di kalangan jamaah, dikenal kalau KH Zainuddin usai ceramah, panitia seringkali memberikan cinderamata alias amplop. Nah, banyak yang tidak tahu ternyata, amplop yang diberikan pada sang Kiayi ini memang diterima, tapi KH Zainuddin MZ selalu mengembalikan pemberian dari sang pengundang.

Kiayi berpesan amplop itu agar dipergunakan untuk kepentingan mushalla, misalnya untuk membeli speaker atau karpet. Satu kalimat yang selalu diingat panitia jamaah pengajian KH Zainuddin adalah, “Saya hibahkan, semoga bermanfaat.”

Masya Allah.

Sumber: 
http://news.okezone.com/read/2011/07/07/337/477274/kisah-kh-zainuddin-mz-honor-ceramah

Sabtu, 23 April 2016

Ringkasan Biografi KH.Muhammad Syafi'i Hadzami

Mu’allim KH. Syafi’i Hadzami

RIWAYAT SINGKAT MU’ALLIM K.H.Muh. SYAFI’I HADZAMI

I. Biografi

Lahir pada tanggal 12 Ramadhan 1349 H atau bertepatan dengan 31 Januari 1931 M dengan nama Muhammad Syafi’i Hadzami,anak pertama pasangan Bapak Muhammad Saleh Raidi dan Ibu Mini di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat. Ayah Syafi’i adalah seorang Betawi asli, sedangkan ibunya berasal dari daerah Citeureup Bogor. Ayahnya adalah seorang pekerja pada perusahaan minyak asing di Sumatera Selatan. Dua tahun kemudian, setelah Syafi’i lahir, ayahnya pulang ke kampung halaman dan tidak pernah kembali lagi bekerja di perusahaan minyak asing. Ayahnya kemudian bekerja sebagai penarik bendi. Pada tahun 1933 Muhammad Syafi’i tinggal bersama kakek Husin di Batutulis XIII,Pecenongan. Syafi’i mulai diajak kakeknya untuk mengaji dan membaca ditempat kakeknya mengajar mengaji. Kakeknya juga selalu mengajak Syafi’i kecil untuk sholat berjamaah. Syafi’i kecil belajar mengaji kepada teman-teman kakeknya mengajar mengaji,antara lain Kyai Abdul Fatah dan Bapak Sholihin yang ada di musholla tempat kakeknya mengajar,sehinggan saat ini musholla tersebut diberi nama Raudhatus Sholihin.
Mu’allim juga memiliki hobi mengoleksi batu cincin,memelihara ayam pelung dan memelihara burung. Hobi mengoleksi cincin didapatkan dari gurunya, Guru Mahmud Romli sewaktu menuntut ilmu agama. Selain sebagai koleksi,ada juga batu cincin yang diperdagangkan kepada orang lain. Mua’llim juga suka berbagai makanan,beliau bukan orang yang rewel saat disuguhkan makanan. Hanya satu yang kurang disukai,yaitu daging ayam,karena ayam yang disembelih dipasar masih diragukan tatacara penyembelihannya. Makanan kesukaan Mu’allim adalah soto kaki dan sop. Saat majelis ta’lim,beliau juga senang makan dengan sate,sop dan durian.

II. Pendidikan

Sejak kecil,tepatnya tahun 1935 Syafi’i mulai belajar mengaji kepada kakeknya sendiri,Kakek Husin. Ia belajar kepada kakeknya hingga kakeknya wafat pada tahun 1944. Kemudian pada tahun 1936 Syafi’i masuk ke sekolah dasar HEI (Hollandche Engels Instituut) yang terletak dijalan Ketapang. Sebelum berangkat sekolah, Syafi’i selalu berdagang kue buatan neneknya dengan berkeliling kampungnya selama kurang lebih 2 tahun. Pada tahun 1940 Syafi’i mengkhatamkan Al-Quran dan mulai membantu mengajar teman-temannya. Namun Syafi’i juga tetap belajar Al-Quran kepada Bapak Sholihin. Selain belajar Al-Quran Syafi’i juga belajar lughah,nahwu dan shorof kepada Bapak Sholihin. Kemudian pada tahun 1942 Syafi’i lulus dari HEI. Setelah lulus dari HEI,Syafi’i mulai mengikuti kursus stenografi dan pembukuan.
Pada tahun 1948 Syafi’i menikah dengan gadis tetangganya di Batutulis bernama Nonon yang dikemudian hari dipanggil dengan panggilan Hajjah Siti Khiyar. Pada saat menikah,Syafi’i telah tinggal di Kemayoran. Masih pada tahun 1948 juga Syafi’i mulai belajar resmi pada Guru Sa’idan didaerah Kemayoran. Syafi’i mempelajari ilmu tajwid, ilmu nahwu dengan kitab pegangan Mulhatul-I’rab dan ilmu fiqih dengan kitab pegangan Ats-Tsimarul-Yani’ah yang merupakan syarah atas kitab Ar-Riyadul-Badi’ah. Guru Sa’idan pun menyuruh Syafi’i untuk belajar kepada guru lain,diantaranya Guru Ya’kub Sa’idi (Kebon Sirih). Syafi’i belajar kepada Sa’idan hingga tahun 1953 atau sekitar 5 tahun dan mulai belajar kepada Guru Ya’kub Sa’idi selama 5 tahun juga dari 1950-1955. Pada Guru Ya’kub, Syafi’i mengkhatamkan kitab Idhahul-Mubham, Darwisy Quwaysini,dan lain-lain. Hingga pada akhirnya Syafi’i dipanggil dengan sebutan Mu’allim Syafi’i dikarenakan banyaknya ilmu yang dikuasai oleh Syafi’i.
Setelah belajar kepada Guru Ya’kub, Mu’allim kembali belajar kepada K.H. Mahmud Romli (Guru Mahmud) mengaji kitab Ihya-Ulumiddin (tasawuf) dan Bujairimi (fiqih) hingga wafatnya Guru Mahmud pada tahun 1959.
Pada tahun 1951 Mu’allim dikaruniai seorang putra pertama bernama Ahmad Chudlory (yang kini menjadi anggota DPRD DKI Jakarta dari fraksi PPP). Pada tahun 1953 selama kurang lebih 5 tahun Mu’allim berguru kepada K.H. Mukhtar Muhammad di Kebon Sirih yang tak lain adalah mertuanya sendiri dan juga murid dari Guru Ya’kub. Kitab yang dipelajari adalah kitab Kafrawi (dalam ilmu nahwu).
Pada tahun 1956 Mu’allim bekerja di RRI sebagai pegawai negeri. Tugasnya adalah di bagian transcription service,yaitu bagian rekaman musik-musik. Pada tahun 1958 Mu’allim kembali belajar kepada Habib Ali bin Husein al-Aththas (Habib Ali Bungur) hingga beliau wafat pada tahun 1976. Mu’allim banyak sekali mengaji kitab kepada beliau. Biasanya sebelum berangkat ke RRI,Mu’allim datang ke tempat Habib Ali Bungur dan membaca kitab dihadapannya. Kemudian sekitar tahun 1960, Mu’allim meminta rekomendasi atas karangannya kepada Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (Habib Ali Kwitang) yang berjudul al-Hujajul-Bayyinah (argumentasi-argumentasi yang jelas). Dan setelah melihat karangannya itu, Habib Ali Kwitang memberikan rekomendasinya dalam bahasa arab dan juga memberikan sebuah Al-Quran,tasbih,serta uang sebesar 5.000 rupiah kepada Mu’allim yang pada saat itu uang sebesar 5.000 sangat lumayan besar jumlahnya.
Sejak saat itu hingga sekarang,Mu’allim Syafi’i mempunyai banyak murid namun yang terdekat dengan Mu’allim adalah antara lain K.H. Sabilar Rasyad, H. A. Sukmadibrata, Ustadz H. M. Ali Samman, H. Muhammad Erwin Indrawan (murid sekaligus anak angkat Mu’allim), K.H. M.S. Zawawi,dan lain-lain.

III. Karya Ilmiah

Kita patut menyambut gembira kehadiran karya-karya Mu’allim yang manfaatnya telah dirasakan dan diakui oleh banyak orang,baik dari kalangan ulama maupun orang-orang awam. Hingga ,hingga akhir hayatnya sudah puluhan karya-karya yang dihasilkan Mu’allim. Pada umumnya,karya-karya beliau berupa risalah-risalah kecil dengan bahasa Indonesia yang ditulis dengan tulisan Arab,kecuali kitab Taudhihul-Adillah. Walaupun secara fisik karya-karya beliau terlihat sederhana,bahasanya pun juga sederhana tetapi mater-materi yang ditulisnya adalah tema-tema penting yang dibutuhkan masyarakat luas. Bahkan mereka-mereka yang telah berilmu tinggi pun masih perlu untuk membacanya,terkadang risalah-risalah karya Mu’allim adalah berisi mengenai tanggapan-tanggapan atas persoalan-persoalan yang sedang ramai dibicarakan. Diantara karya-karya beliau adalah sebagai berikut :
1. Kitab Taudhihul-Adillah (penjelasan dalil-dalil).
2. Kitab Sullamul-‘Arsy fi Qiraat Warsy. Kitab ini disusun pada saat Mu’allim berusia 25 tahun dan selesai pada tanggal 24 Dzulqa’dah tahun 1376 H (1956 M). Risalah setebal 40 halaman ini berisi qaidah-qaidah khusus pembacaan Al-Quran menurut Syekh Warasy dan terdiri dari satu mukadimah,sepuluh mathab (pokok pembicaraan) dan satu khatimah (penutup)
3. Kitab Qiyas Adalah Hujjah Syar’iyyah. Dalam risalah ini dikemukakan dalil-dalil dari Al-Quran,hadits dan ijma’ ulama yang menunjukkan bahwa qiyas merupakan salah satu hujjah-hujjah syariah. Risalah ini selesai disusun pada tanggal 13 Shafar 1389 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Mei 1969 M.
4. Kitab Qabliyyah Jum’at. Kitab ini berisi tentang kesunatan sholat sunah qabliyah pada sholat jum’at dan hal-hal yang berkait dengannya. Dalam risalah ini dikemukakan nash-nash Al-Quran,hadits dan fuqaha.
5. Kitab Shalat Tarawih. Didalam kitab ini terdapat penjelasan mengenai dalil-dalil dari hadits dan keterangan para ulama yang berkaitan dengan sholat tarawih,dari mulai pengertian,ikhtilaf tentang jumlah rakaatnya,cara pelaksanaannya dan lain-lain.
6. Kitab ‘Ujalah Fidyah Shalat. Kitab yang ditulis pada tahun 1977 ini membahas khilaf tantang pembayaran fidyah untuk seorang muslim yang telah meninggal dunia yang di masa hidupnya pernah meninggalkan beberapa waktu sholat fardhu.
7. Kitab Mathmah ar-Ruba fi Ma’rifah ar-Riba. Kitab ini membahas tentang beberapa hal yang berkaitan dengan riba,seperti hukum riba,benda-benda rabawi,jenis-jenis riba, bank simpan pinjam,deposito,dan lain sebagainya. Kitab ini selesai ditulis pada yanggal 7 Muharram 1397 (1976 M).

IV. Kontribusi Dakwah

Mengajar adalah pilihan hidup dari seorang Syafi’i Hadzami. Pada beberapa tahun lalu sempat terjadi konflik kepentingan antara mengajar dan berdagang,dan pada akhirnya Mu’allim memilih untuk mengutamakan mengajar. Keputusan itu memang sesuai dengan panggilan jiwanya. Mengajar dilakukan dengan sangat tekun dan sungguh-sungguh. Penguasaannya handal. Ia memahami dan menguasai persoalan-persoalan agama dengan baik. Selebihnya adalah kearifan yang mungkin muncul dari pengalaman ilmunya. Artinya,selain menguasai ilmu,yang bersangkutan juga mengamalkannya dengan suatu corak pengalaman tertentu.
Telah banyak majlis-majlis ta’lim yang dipimpin oleh Mu’allim,dan diakui kebesarannya oleh para muridnya. Ada beberapa keagungan beliau yang disebutkan oleh muridnya,antara lain:
1. Ketelitian
2. Ketekunan
3. Kesabaran,dan
4. Kecerdasan dan daya ingat.

Berikut adalah daftar nama-nama majelis-majelis ta’lim yang pernah dipimpin oleh beliau:
1. Al-Himmatul ‘Aliyah (Cempaka Putih)
2. Baitul Muta’ali (Cipadu,Tangerang)
3. Al-Barokah (Kepu Dalam)
4. At-Taqwa (Kemayoran)
5. Al-Awwabin (Jalan Spoor Dalam)
6. Ni’matul Ittihad (Pondok Pinang,Ciputat Raya)
7. Al-Istiqomah (Cempaka Baru)
8. Yayasan At-Taqwa (Jakpus)
9. Sholatihah (Kemayoran)
10. As-Sa’adah (Simprug)
11. Riyadhul Jannah (Pd. Bambu,Jaktim)
12. Al-Mubarok (Condet)
13. Al-Hidayah (Kemanggisan)
14. At-Ta’ibin (Senen,Jakpus)
15. Az-Zawiyah (Kediaman Mu’allim Syafi’i Hadzami)
16. Al-Mabrur (Tanah Tinggi,Jakpus)
17. Al-Asyirotusy Syafi’iyah (Kp. Dukuh,Kebayoran Lama)
18. As-Surur (Kebon Jeruk)
19. Ad-Dirosatul ‘Ulya lit-Tafaqquh fid-Din (Kp. Dukuh,Kebayoran Lama)
20. Himmatul Masakin (Kebayoran Baru)
21. An-Nizhomiyyah (Cipulir)
22. Khoirul Biqo (Jakpus)
23. Al-Manshuriyyah (Jembatan Lima)
24. Al-Muhsinin (Kemayoran,Jakpus)
25. Al-Ma’mur (Tanah Abang,Jakpus)
26. At-Taqwa (Kby. Baru)
27. Al-Ma’ruf (Grogol)
28. Al-Falah (Kemayoran,Jakpus)
29. ‘Isyatur-Rodhiyyah (Johar Baru,Jakpus)

V. Mu’allim Wafat

Pada pagi hari, ahad 7 Mei 2006, selepas Mu’allim mengajar di Masjid Pondok Indah, beliau mengeluh sakit pada jantungnya. Akhirnya dalam perjalanan menuju RSPP Pertamina, beliau kembali berpulang ke pangkuan Allah dengan Husnul Khotimah. Banyak para muridnya yang terkejut mendengar berita tersebut. Tak hentinya mereka datang ke kediaman Mu’allim di daerah Kebayoran, untuk mensholati dan mendo’akan kepergian beliau. Bahkan disebutkan sholat jenazah dilakukan tak putusnya mulai dari siang sampai malam hari. Sungguh ketika itu Ummat Islam, khususnya di Indonesiatelah kehilangan putra terbaiknya.

Sumber : http://majelisan.blogspot.co.id
               Redaksi ISBAD

Sebelum Isa AS Turun di Akhir Zaman, Ini Tanda-tandanya

ilustrasi: www.siasat.pk
ilustrasi: www.siasat.pk





KITA tahu bahwa di akhir zaman kelak, Isa AS akan turun ke muka bumi ini. Kedatangannya membawa keberkahan bagi kita, sebagai seorang Muslim. Sebab, ia dapat menjadi pedoman bagi kita untuk senantiasa mengarahkan kita pada arah kebenaran. Lalu, apakah Anda tahu seperti apa tanda-tanda sebelum kedatangannya?

Turunnya Isa untuk kedua kali di dunia ini diawali dengan huru hara besar di dunia yaitu al-Malhamah, penaklukan Konstantinopel oleh kaum Muslimin, munculnya Dajjal, dan peperangan antara kaum Muslimin dengan Yahudi. Ketika peperangan mencapai puncaknya dan kaum Muslimin hampir dikalahkan oleh Yahudi, maka turunlah pertolongan Allah. Yaitu, Allah dengan kodrat-Nya menurunkan utusan-Nya yang mulia Isa Almasih putra dari perawan suci Maryam di Syam.

Tanda yang pasti adalah apabila shalat shubuh berjamaah di dalam masjid makmur, penuh seperti shalat Jumat. Fenomena ini menunjukkan bahwa keimanan kaum Muslimin berada pada tingkat hampir seperti zaman sahabat, di mana seluruh laki-laki baligh melakukan shalat di masjid dengan tepat waktu dan berjamaah. Pada saat seperti inilah pertolongan Allah diturunkan, yaitu Allah menurunkan hamba-Nya Isa Almasih.

Hal tersebut ditunjukkan dalam hadis dari Abu Hurairah RA yang terdapat dalam Shahih Muslim, bahwa ia berkata, “Ketika mereka bersiap-siap menghadapi peperangan dan meluruskan shaf shalat, turunlah Isa putra Maryam lalu mengimami mereka.”

Dalam hadis yang lain dari Abu Hurairah RA dengan lafadz, “Kemudian turun Isa putra Maryam dari langit, memimpin umat manusia. Maka, ketika dia mengangkat kepalanya dari rukunya, dia berkata, ‘Allah mendengar orang-orang yang memujinya, Allah memusnahkan Dajjal, dan memenangkan kaum Muslimin.

Referensi: Armageddon Peperangan Akhir Zaman Menurut Al-Quran, Hadis, Taurat, dan Injil/Karya: IR. Wisnu Sasongko, M.T/Penerbit: Gema Insani

Kamis, 21 April 2016

Jika Diharamkan, Lalu Untuk Apa Babi Diciptakan? Inilah Jawabannya


Salah satu pertanyaan “kritis” yang diajukan oleh misionaris adalah “Mengapa babi diciptakan jika ia haram? Untuk apa diciptakan jika tidak ada kemanfaatan?”

Seperti dibahas dalam artikel sebelumnya, Al Quran dengan tegas menyatakan haramnya daging babi. Bahkan, pengharaman babi disebutkan empat kali. Yakni di Surat Al Baqarah ayat 173, Surat Al Maidah ayat 3, surat Al An’am ayat 145 dan surat An Nahl ayat 115.

Belakangan, ditemukan 10 fakta ilmiah yang menjelaskan hikmah diharamkannya babi.

Misionaris yang bertanya seperti itu, pun dengan pengikut-pengikutnya yang mengkonsumsi babi, seharusnya juga tahu bahwa babi juga haram dalam Injil. Dr Zakir Naik menjelaskan, larangan makan babi tercantum dalam kitab Imamat 11:7-8, kitab Ulangan 14:8 dan kitab Yesaya 65:2-5.

Jadi jika diharamkan untuk apa babi diciptakan? Di antara hikmah penciptaan babi adalah:

1. Untuk menguji manusia

Babi yang diharamkan sebenarnya merupakan ujian untuk manusia seberapa ia patuh kepada Sang Pencipta. Manusia yang memakannya, maka ia tidak lulus dalam ujian itu. Manusia yang berpegang teguh pada larangan Allah dengan tidak memakannya, maka ia lulus dalam ujian itu.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Dialah (Allah) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian siapakah di antara kalian yang paling baik amalnya.” (QS. Al Mulk: 2)

2. Sarana meneguhkan manusia sebagai khalifatullah

Manusia adalah khalifatullah fil ardh yang bertugas memakmurkan bumi. Banyak hewan yang dikira tidak memiliki manfaat ternyata membuat manusia menjadi kreatif dan berdaya. Termasuk babi. Dengan adanya babi, manusia bisa mengetahui tentang berbagai (bibit) penyakit yang dibawa binatang itu dan tertantang untuk meneliti obatnya.
Seperti diketahui, babi mengandung cacing pita bahkan merupakan carier virus flu babi (swine influenza).

3. Sebagai pelajaran agar tidak menjadi sepertinya

Babi dikenal sebagai binatang yang malas, jorok dan rakus. Begitu joroknya babi, ia sampai memakan kotorannya sendiri. Bahkan, makanan yang akan ia makan kadang-kadang dikencingi dulu sebelum dilahap.

Rakusnya babi bisa dilihat dari makanan apapun yang ada di depannya akan dilahap. Sampah dan kotoran pun dilahap. Bahkan demi memuaskan kerakusannya, makanan yang telah memenuhi perutnya dimuntahkan kemudian dimakannya kembali.

Adanya babi selayaknya mengingatkan manusia agar tidak malas, tidak jorok dan tidak rakus.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan babi sebagai perlambang keburukan. Bahkan, ada kaum terdahulu yang dikutuk menjadi babi karena perbuatan buruknya.

قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
 
Katakanlah (Muhammad), "Apakah aku akan beritakan kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut." Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al Maidah: 60)

Wallahu a’lam bish shawab.

Sumber: MuslimJuara.org
                Redaksi ISBAD