" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Jumat, 29 Juli 2016

Rasulullah Sujud Syukur ketika Orang Ini Meninggal

padang pasir
Sujud syukur merupakan salahsatu bentuk ekspresi rasa bahagia dan ucapan terimakasih kepada Allah. Tentunya, sujud syukur dilakukan ketika mendapatkan kabar gembira dan membahagiakan. Namun, tahukah Anda? Rasululllah pernah melakukan sujud syukur ketika seseorang meninggal. Siapakah orang itu?
Sebagaimana yang diriwayakan oleh HR Abu Daud dan Tirmizi, Abu Bakrah menuturkan bahwa sesungguhnya apabila datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sesuatu yang menggembirakan atau kabar suka, beliau langsung sujud terima kasih kepada Allah.

Nabi SAW pernah bersujud setelah doanya dikabulkan. Beliau meminta kepada Allah Ta’ala agar dapat memberikan syafaat kepada umat-umatnya. Maka beliau bersujud setelah doanya dikabulkan sebagai wujud syukur kepada Allah Ta’ala.

Beliau juga pernah bersujud lama di luar shalat hingga disangka wafat oleh ‘Abdurrahman bin ‘Auf. Peristiwa itu terjadi ketika beliau menerima kabar dari Malaikat Jibril bahwa Allah Ta’ala akan memberikan balasan kepada umatnya yang berkirim shalawat dan salam kepadanya.

Sebagaimana disebutkan dalam al-Futuh, Imam Abu Daud pernah meriwayatkan perkataan Imam Muhamamd bin Ishaq bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersujud ketika mendengar kabar kematian seseorang. Seberapa burukkah orang ini hingga membuat Nabi bersujud mendengar kematiannya?
Kabar tewasnya Abu Jahal dalam Perang Badar diterima oleh Nabi SAW dari seorang laki-laki yang menyatakan bahwa Abu Jahal tewas di tangan Mu’awwadz dan Mu’adzAbu (Riwayat Bukhari dan Muslim). Namun, beliau tidak langsung mempercayainya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun memerintahkan lelaki tersebut untuk bersumpah sebanyak tiga kali.

“Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Aku sungguh melihat Abu Jahal terbunuh,” ucap laki-laki tersebut. Setelah kalimat sumpah itu diucapkan tiga kali, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun bersujud.
Melihat konteks historis kehidupan pada masa nabi, sujud syukur dilakukan ketika musuh-musuh Islam meninggal karena pada masa itu masih terjadi peperangan. Terbukti hadis yang dikeluarkan oleh Abu Daud terdapat dalam kitab jihad. Jihad pada masa nabi identik dengan angkat senjata sehingga kematian musuh-musuh Islam merupakan sesuatu yang menggembirakan.

Kejadian tewasnya Abu Jahal dan sujudnya Nabi sebagai wujud rasa syukur ini juga menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi umat Islam. Bahwa dalam proses menjalani hidup, ada orang-orang yang kematiannya ditunggu dan disyukuri oleh orang lain.

Sebab, ketiadaan mereka lebih diharapkan karena selama hidup orang tersebut tidak memberikan manfaat, justru madharat kepada diri dan sekitarnya. Padahal Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada umatnya melalui sabda beliau: Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah).

Sumber: www.infoyunik.com
               Redaksi ISBAD

Selasa, 26 Juli 2016

Masuk Surga Tanpa ke Neraka Dulu, Bisakah?

surga
Ilustrasi Gambar
 TANYA: Mungkinkah secara syariat kita bisa meraih surga tanpa ke neraka dahulu? bagaimana caranya?

JAWAB: Dikutip dari rumahfiqih.com, mungkin saja ada orang yang masuk surga langsung, tanpa harus masuk ke neraka lebih dahulu. Dan orang-orang seperti itu bukan terbatas pada nabi dan rasul saja.
Di masa nabi SAW, ada seorang wanita yang berzina lalu hamil. Namun dia bertaubat dan minta dihukum rajam hingga mati. Ketika jenazahnya sudah tergelatak, Umar bin Al-Khattab mencacinya, namun dicegah oleh Rasulullah SAW. Beliau SAW malah mengatakan bahwa wanita ini telah diampuni semua dosanya dengan kualitas taubat yang cukup untuk dibagikan kepada 70 ahli Madinah.

Di dalam Al-Quran bertabur ayat yang menggambarkan orang-orang yang meninggal dan langsung masuk surga, tidak perlu mampir di neraka. Banyak caranya, tapi kunci utamanya hanya satu, yaitu mati dalam keadaan tidak punya dosa apapun. Kalau pun ada dosa, hanya sedikit dan bisa terkover dengan pahala amalan yang sangat banyak.  Wallahu’alam.

Sumber : islampos.com

Ini Bentuk-bentuk Pelecehan Agama


 alq

Berita tentang pelecehan terhadap agama Islam kembali mencuat. Setelah muncul berita sekelompok anak sekolah yang menghina gerakan-gerakan sholat, kini muncul lagi kasus sekelompok pemuda yang shalat di masjid tanpa pakaian dan diunggah ke media sosial.

Ini bukan kasus baru, mengolok-olok ajaran Islam telah sering terjadi. Pada zaman sekarang maupun zaman dahulu, tindakan mengolok-olok agama dilakukan oleh berbagai kalangan, tua maupun muda. Beberapa bentuk penistaan terhadap agama di antaranya:

1. Pelecehan dalam bentuk sindiran terhadap Islam dan hukum-hukumnya.

Contohnya orang yang mengejek hukum hudud dalam Islam, semisal potong tangan dan rajam dengan sebutan hukum barbar. Menyebut Islam sebagai agama kolot dan terbelakang. Menyebut syariat thalak dan ta’addud zaujaat (poligami) sebagai kezhaliman terhadap kaum wanita. Atau ucapan bahwa Islam tidak cocok diterapkan pada zaman modern dan ucapan-ucapan sejenisnya.

2. Pelecehan dalam bentuk perbuatan, bahasa tubuh atau gambar.

Inilah yang sering disaksikan pada zaman sekarang. Penghinaan ibadah sholat oleh sekelompok pemuda, menghina Rasulullah dalam bentuk karikatur, membuat terompet dari jilid Al-Quran atau pelecehan terhadap Muslimah.

3. Pelecehan dalam bentuk pelesetan-pelesetan yang menghina agama.

Yahudi adalah pelopor dalam membuat pelesetan-pelesetan yang menghina Allah, Rasul-Nya dan Islam. Sikap mereka ini telah disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (Muhammad): ‘Raa’ina, tetapi katakanlah: ‘Unzhurna,’ dan ‘dengarlah.’ Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.” (Al Baqarah: 104).

Raa’ina artinya “Sudilah kiranya kamu memperhatikan kami.” Saat para sahabat menggunakan kata-kata ini kepada Rasulullah SAW dan kaum Yahudi ikut memakainya pula. Namun Yahudi pelesetkan kata Raa’ina menjadi ru’unah, artinya ketololan yang amat sangat.

Ini sebagai ejekan terhadap Rasulullah SAW. Oleh karena itulah, Allah SWT menyuruh para sahabat agar menukar perkataan raa’ina dengan unzhurna, yang juga sama artinya dengan raa’ina.
Tak hanya itu, kata Assalamualaikum juga dipelesetkan oleh Yahudi menjadi “as saamu ‘alaikum,” yang artinya “semoga kematianlah atas kamu.” Mereka tujukan ucapan itu kepada Rasulullah SAW.

4. Pelecehan dalam bentuk ejekan dan sindiran terhadap syi’ar-syi’ar agama dan orang-orang yang mengamalkannya.

Sering kita mendengar seorang Muslim yang taat memelihara jenggotnya dengan ejekan “kambing” atau seorang Muslim yang memakai celana tidak melebihi mata kaki dengan ejekan.“pakaian kebanjiran.”
Apalagi saat ini tengah ramai istilah ‘teroris’ yang digunakan Barat untuk menghina umat Islam. Imbasnya, jika ada orang taat menjalankan ajaran Islam, ia kerap dicap dan diejek dengan sebutan teroris dan lain sebagainya oleh teman-teman sekantornya. Yang sangat memprihatinkan adalah para pelaku pelecehan dan pengejekan itu adalah dari kalangan kaum Muslimin sendiri.
Apapun bentuk penistaannya, tindakan ini tetaplah berdosa. Bahkan Allah mencap orang-orang yang mengolok-olok agama sebagai orang-orang yang kafir setelah beriman.

Sumber: almanhaj.or.id