" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Selasa, 30 Agustus 2016

Imam Ahmad dan Tukang Roti

Suatu ketika Imam Ahmad ingin menghabiskan waktu malam di dalam masjid. Ia berpakaian layaknya orang biasa, sehingga sulit dikenali orang.
Tetapi, oleh penjaga masjid, beliau dilarang menginap di dalamnya.
Imam Ahmad berusaha membujuk si penjaga itu agar bisa menetap di masjid tersebut, namun usahanya sia-sia. Maka, Imam Ahmad berkata, “Aku akan tidur di tempat berpijaknya telapak kakiku sekarang ini!”
Benar saja, Imam Ahmad bin Hanbal akhirnya tidur di tempat berpijaknya telapak kaki beliau.
Dan si penjaga tadi kemudian pergi entah kemana meninggalkan masjid.

Ketika itu, seorang tukang roti lewat dan melihat Imam Ahmad tertidur di teras masjid. Ia menawari beliau untuk menginap di rumahnya. Imam Ahmad pun menerima tawaran tersebut. Sejurus kemudian ia dan tukang roti tadi pergi meninggalkan masjid untuk menginap di rumahnya.

Setelah sampai, Imam Ahmad disambut dengan penuh penghormatan. Si tuan rumah beres-beres mempersiapkan segalanya untuk Imam Ahmad, dan beliau dipersilahkan untuk beristirahat.

Setelah semuanya dirasa tidak ada yang masalah, tukang roti yang mengajak Imam Ahmad menginap di rumahnya pun mulai membuat adonan roti untuk dijual besok harinya. Si tukang roti meninggalkan Imam Ahmad sendirian. Ada sesuatu yang tidak biasa, didengar oleh Imam Ahmad dari tukang roti tadi. Ternyata tukang roti itu beristighfar dan terus beristighfar dalam kesibukannya mengolah adonan.

Waktu pun terus berlalu, namun tukang roti tadi tidak berhenti dari mengucap istighfar. Keadaannya terus seperti sebelumnya, sehingga membuat Imam Ahmad merasa takjub. Kemudian pada pagi harinya, beliau bertanya kepada tukang roti itu tentang istighfar yang diucapkan di malam hari.

Tukang roti itu menjawab bahwa ia sudah melakukannya sudah sejak lama. Setiap kali membuat adonan, ia selalu beristighfar.
Imam Ahmad melanjutkan pertanyaannya, “Apakah engkau mendapat manfaat dari istighfar yang sering engkau ucapkan?” Pertanyaan ini sengaja ia tanyakan, meskipun beliau sudah tahu manfaat dan keutamaannya.

Tukang roti pun menjawab, “Ya, demi Allah, setiap kali aku memanjatkan doa kepada Allah, Ia selalu mengabulkan doaku. Kecuali satu saja.”
“Apa itu?” tanya Imam Ahmad.
Tukang roti menjawab, “Bertemu Imam Ahmad bin Hanbal.”
Lalu, dengan takjub Imam Ahmad berkata, “Aku adalah Ahmad bin Hanbal. Demi Allah, aku benar-benar didatangkan oleh Allah kepadamu.”

Sumber : Islampos
               Redaksi ISBAD 

Tujuh Golongan Manusia yang Dimuliakan oleh Allah

 

 Dari Nabi SAW, beliau bersabda:  

“Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada Masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk bezina), tapi ia mengatakan: “Aku takut kepada Allah”, seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya,” (HR Bukhari).

Tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan dari Allah yang pada hari itu tidak ada perlindungan kecuali hanya perlindungan Allah.
1. Imamun adil, pemimpin yang adil, hakim yang adil. Subhanallah, terdepan, yang pertama mendapat perlindungan Allah. Dan sungguh negeri Indonesia yang tercinta ini sangat merindukan pemimpin yang adil, hakim yang adil.

2. Manusia yang aktif, gesit, dalam ibadah kepada Allah SWT. Aktivitasnya mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

3. Manusia, hamba Allah, yang hatinya senang berada di dalam Masjid. Dia betah di masjid. Shalat berjama’ah, ia senang, subuh-subuh ia menegakkan shalat berjamaah. Allahu Akbar, tentu ini hamba Allah yang benar-benar beriman kepada Allah.

4. Manusia yang bersedakah yang tangan kanannya memberi tapi tangan kirinya tidak tahu. Subhanallah.. Apa ini? Orang yang ikhlash, tidak riya, tidak ujub.

5. Manusia yang saling mencintai karena Allah, bertemu karena Allah, berpisah karena Allah.

6. Manusia yang dirayu, digoda, oleh wanita cantik yang memiliki kekayaan, lalu ia berkata: “Aku takut kepada Allah”. Keinginan maksiatnya ada, tapi rasa takutnya kepada Allah lebih hebat, sehingga ia tidak mau melakukan kemaksiatan. Kita sangat merindukan pemuda, yang memiliki kualitas keimanan yang luar biasa, sehingga ia mampu menahan dari berbagai macam godaan.

7. Manusia, atau hamba Allah, atau orang yang dalam ingatannya kepada Allah, dalam ibadahnya, dalam doanya, dalam dzikirnya, ia menangis. Allahu Akbar, menangis.. Dua tetesan yang dibanggakan Allah di hari kiamat, pertama tetesan darah fii sabilillah, kedua tetesan air mata karena menangis, takut azab Allah, karena merasa bersalah atas

segala dosa yang ia lakukan kepada Allah, karena ia sangat mencintai Allah.

Sumber : Islampos [berbagai sumber]

Senin, 29 Agustus 2016

Ya Rasulullah Seandainya Aku Tidak Buta, Tentu Aku Sudah Pergi Berjihad


Abdullah bin Umar bin Syuraikh, seorang sahabat asal Quraisy ini termasuk peserta hijrah ke Madinah rombongan pertama. Beliau sampai di Madinah sebelum kedatangan Rasulullah Shalalahu ‘alaihi Wassalam. Beliau meninggal dalam peperangan Qadisiah membawahi sebuah brigade.

‘Abdullah bin Ummi Maktum, orang mekah suku Quraisy. Dia mempunyai ikatan keluarga dengan Rasululah Shalalahu ‘alaihi Wassalam. Yaitu anak paman Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid Ridhwanullah ‘Alaiha. Bapaknya Qais bin Zaid, dan ibunya ‘Atikah binti ‘Abdullah. Ibunya bergelar “Umi Maktum” karena anaknya ‘Abdullah lahir dalam keadaan buta total.

‘Abdullah bin Ummi Maktum menyaksikan ketika cahaya Islam mulai memancar di Makkah. Allah melapangkan dadanya menerima agama baru itu. Karena itu tidak diragukan lagi dia termasuk kelompok yang pertama-tama masuk Islam. Sebagai muslim kelompok pertama, ‘Abdullah turut menanggung segala macam suka duka kaum muslimin di Makkah ketika itu. Dia turut menderita siksaan kaum Quraisy seperti diderita kawan-kawannya seagama, berupa penganiayaan dan berbagai macam tindakan kekerasan lainnya. Tetapi apakah karena tindakan-tindakan kekerasan itu Ibnu ummi Maktum menyerah? Tidak……! Dia tidak pernah mundur dan tidak lemah iman. Bahkan dia semakin teguh berpegang pada ajaran Islam dan Kitabullah. Dia semakin rajin mempelajari syariat Islam dan sering mendatangi majelis Rasulullah.

Begitu rajin dia mendatangi majelis Rasulullah, menyimak dan menghafal Al-Qur’an, sehingga setiap waktu senggang selalu disinya, dan setiap kesempatan yang baik selalu disebutnya. Bahkan dia sangat rewel. Karena rewelnya, dia beruntung memperoleh apa yang diinginkannya dari Rasulullah, di samping keuntungan bagi yang lain-lain juga.

Pada masa permulaan tersebut, Rasulullah sering mengadakan dialog dengan pemimpin-pemimpin Quraisy, mengharapkan semoga mereka masuk Islam. Pada suatu hari beliau bertatap muka dengan ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, ‘Amr bin Hisyam alias Abu Jahl, Umayyah bin Khalaf dan walid bin Mughirah, ayah saifullah Khalid bin walid.

Rasulullah berunding dan bertukar pikiran dengan mereka tentang Islam. Beliau sangat ingin mereka menerima dakwah dan menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat beliau.
Sementara beliau berunding dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba ‘Abdullah bin Ummi maktum datang mengganggu minta dibacakan kepadanya ayat-ayat Al-Qur’an.

Kata ‘Abdullah, “Ya, Rasulullah! Ajarkanlah kepadaku ayat-ayat yang telah diajarkan Allah kepada Anda!”
Rasul yang mulia terlengah memperdulikan permintaan ‘Abdullah. Bahkan beliau agak acuh kepada interupsinya itu. Lalu beliau membelakangi ‘Abdullah dan melanjutkan pembicaraan dengan pemimpin Quraisy tersebut. Mudah-mudahan dengan Islamnya mereka, Islam tambah kuat dan dakwah bertambah lancar.

Selesai berbicara dengan mereka, Rasulullah bermaksud hendak pulang. Tetapi tiba tiba penglihatan beliau gelap dan kepala beliau terasa sakit seperti kena pukul. Kemudian Allah mewahyukan firman-Nya kepada beliau: “Dia ( Muhammad ) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta datang kepadanya, Tahukah kamu, barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau mereka tidak membersihkan diri (beriman). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bergegas (untuk mendapatkan pengajaran), sedangkan ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (begitu)! Sesungguhnya ajaran Allah itu suatu peringatan. Maka siapa yanag menghendaki tentulah ia memperhatikannya. (Ajaran ajaran itu) terdapat di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para utusan yang mulia lagi (senantiasa) berbakti.” (QS. ‘Abasa : 1 – 16).

Enam belas ayat itulah yang disampaikan Jibril Al-Amin ke dalam hati Rasulullah sehubungan dengan peristiwa ‘Abdullah bin Ummi maktum, yang senantiasa dibaca sejak diturunkan sampai sekarang, dan akan terus dibaca sampai hari kiamat.

Sejak hari itu Rasulullah tidak lupa memberikan tempat yang mulia bagi ‘Abdullah apabila dia datang. Beliau menyilahkan duduk ditempat duduk beliau. Beliau tanyakan keadaannya dan beliau penuhi kebutuhannya. Tidaklah heran kalau beliau memuliakan ‘Abdullah demikian rupa; bukankah teguran dari langit itu sangat keras!

Tatkala tekanan dan penganiayaan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin semakin berat dan menjadi-jadi, Allah Ta’ala mengizinkan kaum muslimin dan Rasul-Nya hijrah. ‘Abdullah bin Ummi maktum bergegas meninggalkan tumpah-darahnya untuk menyelamatkan agamanya. Dia bersama sama Mush’ab bin Umar sahabat-sahabat Rasul yang pertama-tama tiba di Madinah, setibanya di Yatsrib (Madinah), ‘Abdullah dan Mush’ab segera berdakwah, membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan mengajarkan pengajaran Islam.

Sumber : Islampos 
               Redaksi ISBAD

Minggu, 28 Agustus 2016

Ketika Rupiah Menjadi Peluru Zionis

anak palestina
Save Palestina
“Satu real (mata uang Arab) yang Anda keluarkan untuk membeli produk Israel dan AS, sama dengan satu peluru yang akan merobek tubuh saudara Anda di Palestina,” (Yusuf Qardhawi).

Kampanye gerakan boikot Israel yang mengharamkan kita membeli produk yang diproduksi perusahaan-perusahaan yang terbukti menyokong perekonomian Zionis-Israel memang kembali digencarkan ketika Zionis melakukan kebiadaban yang sangat massif dan kejam terhadap warga Jalur Gaza, sekitar empat tahun lalu. Kebrutalan Israel tersebut yang ditayangkan lewat berbagai pemancar televisi telah membuka siapa pun yang masih punya nurani untuk ingin membantu warga Palestina, sesuai dengan kesanggupannya masing-masing. Aksi boikot adalah satu gerakan yang mudah namun sangat efektif untuk menghancurkan sifat-sifat kebinatangan Israel.

Dalam aksi boikot ini dikatakan bahwa uang yang ada di saku atau dompet kita bisa akan menjelma menjadi peluru tentara Zionis jika kita ikut membeli produk-produk yang dikeluarkan dari berbagai perusahaan yang aktif membantu perekonomian Israel. Sebab itu, dengan membeli produk tersebut sebenarnya kita telah ikut aktif membunuhi saudara-saudara kita di Palestina.
Alur diubahnya Rupiah kita menjadi peluru tentara Zionis-Isael sebenarnya sangat sederhana. Ini adalah ilustrasi yang mudah. Misal, di dekat rumah kita berdiri salah satu gerai makanan cepat saji yang berasal dari Amerika, sebut saja namanya “McDul”. Walau karyawannya orang Indonesia, juga para pemasok bahan-bahan mentahnya juga orang Indonesia, dan empunya gerai tersebut juga pengusaha Indonesia, namun karena gerai makanan cepat saji “McDul” itu berasal dari AS, hak patennya milik pengusaha AS, dan ada biaya waralaba yang harus disetor secara rutin dari gerai makan dekat rumah kita itu kepada markas besarnya di AS, maka sebenarnya gerai McDul di dekat rumah kita itu merupakan satu tentakel atau salah satu cabang dari ratusan ribu gerai makanan cepat saji McDul yang markas besarnya ada di Amerika. Sebagian keuntungan dari gerai McDul di dekat rumah kita itu akan mengalir ke pusat McDul di Amerika Serikat. Padahal, menurut sejumlah bukti yang ada, perusahaan McDul di AS itu diketahui telah menyumbangkan sebagian labanya ke Israel.

Sumbangan sebagian keuntungan McDul ke Israel hanya bisa dilakukan jika McDul mendapat profit atau laba. Jika McDul merugi maka dia tidak akan mampu lagi untuk menyumbang ke Israel.
Nah, jika kita masih saja membeli produk-produknya, berupa burger, hotdog, minuman ringan, atau pun berbagai merchandiser-nya, maka gerai makanan cepat saji tersebut akan tetap eksis dan meraup untung. McDul yang ada di Indonesia akan tetap mampu untuk membayar biaya waralabanya ke pusat McDul yang ada di AS. Oleh McDul Pusat inilah, sebagian laba mereka akan disumbangkan untuk membiayai eksistensi Zionis-Israel, yang sangat mungkin sebagiannya dipakai untuk memproduksi aneka senjata dan juga amunisi tentaranya.

McDul hanyalah satu ilustrasi. Ada sedemikian banyak produk yang dihasilkan perusahaan-perusahaan negara-negara Barat (AS, Inggris, Perancis, dan sebagainya) yang terbukti menyisihkan sebagian labanya untuk menyokong keberadaan penjajahan Zionis-Israel di atas bumi milik bangsa Palestina.
Jadi, semakin kita sering membeli produk mereka, maka semakin besar pula andil kita di dalam mendukung kebiadaban Israel membunuhi bayi-bayi di Palestina. Tangan kita pun ikut belepotan darah bayi-bayi Palestina. Sebab itulah, kita harus berhenti membeli produk-produk mereka. Mulai dari diri kita sendiri, dan mulai dari sekarang juga. Kapan hal ini kita akhiri? Ya, sampai dengan dibebaskannya Masjid Al-Aqsha dan Tanah Suci Palestina dari penjajahan Zionis-Israel. Wallahu’alam bishawab.

Sumber :
eramuslim/berbagaisumber
Islampos

Orang yang Disukai oleh Dajjal

dajjal
Ilustarsi : Dajjal

Diriwayatkan oleh An-Nawwas ibn Sam’an : “Dia, yang hidup dan melihatnya (Dajjal) harus membacakan di depannya ayat-ayat pembukaan Surat Al Kahfi,” (HR Muslim).

Diriwayatkan oleh Abu Umamah al-Bahili : “Barangsiapa memasuki nerakanya (Dajjal), mintalah pertolongan Allah dan bacakan ayat pembukaan Surat Al Kahfi, dan hal ini akan mendinginkan dan mendamaikannya, seperti api menjadi dingin terhadap Ibrahim,” (HR Ibnu Katsir). 

Tanda-tanda dan rahasia Hari Akhir
Satu alasan mengapa Rasulullah SAW menganjurkan orang-orang beriman membaca Surat Al Kahfi saat Dajjal mencoba membujuk rayu adalah karena surat ini berisi isyarat penting mengenai Hari Akhir. Seperti berbagai hal yang dibutuhkan untuk bertahan dan memerangi Dajjal, dan gerakan-gerakan anti-agama yang menimbulkan berbagai kejahatan atas kemanusiaan, yang ingin disebarkan oleh Dajjal ke seluruh dunia.
Surat Al Kahfi ini juga berisi berbagai pelajaran bagi kaum Muslimin. Anjuran Rasulullah SAW untuk menghapalkan dan membaca surat ini dengan penuh perhatian adalah suatu isyarat kuat tentang hal ini. Seperti kita akan lihat di seluruh bab ini, pengalaman Ashabul Kahfi yang tinggal di sebuah masyarakat yang kafir, pelajaran bahwa Musa AS belajar dari Khidr, dan pemerintahan di atas dunia yang didirikan oleh Dzulkarnain AS agar dapat menyebarkan nilai-nilai Islam, adalah perkara-perkara yang perlu direnungkan oleh orang-orang beriman.

Lalu orang seperti apa yang sangat disukai oleh Dajjal? Dan tanpa disadari ia sudah ditandai oleh Dajjal di hatinya?

1. Orang yang apabila kumandang adzan terdengar, ia mengacuhkannya.
2. Orang yang apabila dinasihati atau diberitahukan mengenai rencana-rencana Dajjal di dunia sebelum ia datang, dia tidak peduli.

Dajjal tidak langsung tiba-tiba datang. Atas Izin Allah SWT ia mempersiapkan semuanya dengan bantuan para pengikutnya (Freemasonry – Illuminati) agar semakin banyak manusia yang akan menjadi pengikutnya. Dan jika seseorang sudah tahu mengenai rencana Dajjal ini, Dajjal sudah melihatnya dan menandai hatinya.

Ini sesuai dengan doa Dajjal kepada Allah SWT yang kelak akan di kabulkan: 

”Ya rabb berikanlah aku kemampuan untuk menurunkan hujan, menghidupkan orang yang sudah mati, menyembuhkan penyakit yang ada di dunia, menyuburkan tanaman dan memperlihatkan surga dan neraka kepada manusia kelak,,, yang sesungguhnya surgaku adalah neraka-Mu dan nerakaku adalah surga-Mu ya Rabb agar aku bisa menguji keimanan manusia kelak….”

Sumber : 
oleh: Izzûdin Azhár/sudah tahukah anda
Islampos
Redaksi ISBAD

Kamis, 18 Agustus 2016

17 Agustus 1945, Hari Kemerdekaan Indonesia Telah Tertulis dalam Al-Quran

Kemerdekaan-Indonesia

Foto: jelajahsejarah.com

Perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan begitu besar. Mereka rela mempertaruhkan nyawa demi terbebas dari jerat penindasan yang dilakukan oleh para penjajah. Hingga, akhirnya perjuangan mereka membuahkan hasil yang begitu membanggakan dan tak terlupakan. Yakni menjadi sebuah negara yang merdeka.
Tahukah Anda, bahwa hal ini bukanlah suatu kebetulan? Ya, Allah SWT telah mengaturnya. Bahkan, 17 Agustus 1945 waktu kemerdekaan kita sudah tertulis dalam Al-Quran.

Semua orang tentu sudah mengetahui bahwa Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 yang bertepatan pada hari Jum’at di bulan Ramadhan. Namun apakah ada yang mengetahui bahwa Indonesia merdeka pada tanggal 8 Ramadhan 1364 H? Pasti banyak di antara kita yang tidak mengetahuinya.

Sebuah penemuan ditemukan di sebuah sofwer kalender horoskop ciptaan Johan Wijarko, yang mana memperlihatkan dengan jelas bahwa pada Jumat, 17 Agustus 1945 itu bertepatan dengan Jum’at 8 Ramadhan 1364 Hijriyah.

Jika dikaji maka kita akan mengetahui bahwa kemerdekaan Indonesia telah lama tertulis di Al-Qur’an. Benarkah? Mari kita cermati.

Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 yang mana jika dihitung secara kalender Hijriah maka akan bertepatan dengan 8 Ramadhan 1364 H. Dan Ramadhan merupakan bulan ke 9 di Kalender Hijriah. Maka akan menjadi seperti tanggal 8 bulan 9 (Ramadhan) tahun 1364 Hijriah.

Angka 8 dan 9 menjadi patokan kita untuk menemukan surah dan ayat yang terdapat di Al-Quran. Tepatnya di surah Al-Anfal ayat 9 yang berbunyi, “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut’,” (QS. Al-Anfal: 9).
Ayat ini merupakan kisah dari keengganan sebagian sahabat untuk pergi ke perang badar. Dan pertolongan Allah kepada kaum muslimin. Yang dituliskan dalam Al-Quran di surah Al-Anfal ayat 5-14.

Seolah mengisahkan juga seorang Soekarno (golongan tua) yang agak enggan untuk memproklamirkan kemerdekaan pada saat itu. Namun ia didesak oleh pemuda (golongan muda) seperti Wikana untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dan akhirnya dengan izin Allah dan pertolongan Allah, Allah SWT meneguhkan hati Soekarno. Dan memberikan bantuan kepada Soekarno lewat pemuda-pemuda Indonesia yang berisikeras memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada saat itu juga. Akhirnya kemerdekaan Indonesia diproklamirkan di tanggal 17 Agustus 1945 atau 8 Ramadhan 1364 H.

Masih tentang keterkaitan antara ayat Al-Quran dengan kemerdekaan Indonesia. Indonesia merdeka pada tanggal 17-8-45 masih di surah Al-Anfal (surah kedelapan di Al-Quran) ayat ke 17 dan ayat ke 45 berbunyi:
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS. Al-Anfaal: 17).

Di ayat ke 17 ini semakin menegaskan bahwa Allah SWT memberikan bantuan dan kemenangan kepada Indonesia yang berusaha memperjuangkan kemerdekaan. Sedangkan pada ayat ke 45 masih di surah Al-Anfal berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman. Apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung,” (QS. Al-Anfaal: 45).

Ayat tersebut menggambarkan para pejuang muslim di masa dulu selalu menyerukan kalimah “Allahu Akbar” dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mengobarkan semangat juang para pahlawan hingga harta, jiwa dan jasadnya mereka pertaruhkan untuk memerdekakan negara ini untuk kita para penerus bangsa.

Ingatlah, di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Semuanya sudah diatur oleh Allah SWT. Begitu juga dengan kemerdekaan Indonesia yang telah tertulis di Al-Quran, jauh sebelum negara indonesia terbentuk.
Wallahu ‘alam.

Sumber: http://www.cakrawawasan.com
               Redaksi ISBAD