" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Kamis, 15 September 2016

Nikah dalam Keadaan Hamil di Luar Nikah, Bagaimana?



Sekarang ini, di sekeliling kita begitu banyak wanita yang hamil di luar nikah. Dalam kondisi seperti itu, dengan satu alasan dan hal lainnya, dinikahkanlah wanita itu. Bagaimana status pernikahan wanita yang hamil di luar nikah dengan pria yang menghamilinya?
Madzhab Syafi’i dan Hanafi menganggap sah pernikahan ini tanpa harus menunggu anak zina lahir.

Dengan alasan tidak ada keharaman pada anak zina karena tidak ada nasab (keturunan).
Kompilasi Hukum Islam (KHI), Bab VIII Kawin Hamil sama dengan persoalan menikahkan wanita hamil. Pasal 53 dari BAB tersebut berisi tiga(3) ayat , yaitu : 1. Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dinikahkan dengan pria yang menghamilinya.

Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dulu kelahiran anaknya. Dengan dilangsungkan perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.

Keputuasan KHI di atas diperkuat oleh pendapat mayoritas ahli fiqh (jumhur) yang membolehkan menikahi wanita yang dihamilinya. Juga diperkuat oleh beberapa hadits berikut:

Dari Aisyah ra berkata, “Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seseorang yang berzina dengan seorang wanita dan berniat untuk menikahinya, lalu beliau bersabda, “Awalnya perbuatan kotor dan akhirnya nikah. Sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan yang halal,” (HR Tabarany dan Daruquthuny).
Di masa lalu seorang bertanya kepada Ibnu Abbas ra, “Aku melakukan zina dengan seorang wanita, lalu aku diberikan rizki Allah dengan bertaubat. Setelah itu aku ingin menikahinya, namun orang-orang berkata (sambil menyitir ayat Allah), “Seorang pezina tidak menikah kecuali dengan pezina juga atau dengan musyrik’. Lalu Ibnu Abbas berkata, “Ayat itu bukan untuk kasus itu. Nikahilah dia, bila ada dosa maka `ku yang menanggungnya,” (HR Ibnu Hibban dan Abu Hatim).

Ibnu Umar ditanya tentang seorang laki-laki yang berzina dengan seorang wanita, bolehkan setelah itu menikahinya? Ibnu Umar menjawab, “Ya, bila keduanya bertaubat dan memperbaiki diri.” Kalangan Sahabat Nabi yang membolehkan nikah dalam kasus ini antara lain: Abu Bakar, Umar, Ibnu Abbas.
Bagaimana dengan status anak tersebut? Status anak, menurut sebagian ulama, jika anak ini lahir 6 bulan setelah akad nikah—berarti usia kandugan sekitar 3 bulan saat menikah, maka si anak secara otomatis sah dinasabkan pada ayahnya tanpa harus ada ikrar tersendiri.

Namun jika si jabang bayi lahir sebelum bulan keenam setelah pernikahan–berarti usia kandungan lebih dari 3 bulan saat menikah, maka ayahnya dipandang perlu untuk melakukan ikrar, yaitu menyatakan secara tegas bahwa si anak memang benar-benar dari darah dagingnya.

Sumber :
Fiqih Praktis 2
IslamPos
Redaksi ISBAD 

Minggu, 11 September 2016

Inilah Kehidupan Mujahid di Gaza


mujahid palestina

Al-Qur'an. Senjata. Pertolongan Allah. Itulah aksioma kehidupan para mujahidin Palestina di Jalur Gaza. Seperti apa persisnya kehidupan para mujahid Palestina sehari-hari? Tiga orang mujahid Palestina diwawancarai oleh gulfnews menuturkan keseharian mereka.

“Kami hidup normal dan biasa saja, kecuali di saat perang. Ketika perang, kami tidak pernah lagi tinggal atau sempat pulang ke rumah, bahkan untuk sedetikpun. Untuk mengetahui kondisi keluarga, kami menelefon mereka, atau mengirim seseorang yang kami percaya. Dalam kondisi normal, kami berkumpul bersama keluarga, silaturahim dengan teman-teman. Perang membuat semuanya menjadi sulit,” ujar salah seorang dari mereka.

“Apakah kami memikirkan kematian? Tentu saja, kami sangat khawatir, tapi bukan terhadap diri kami sendiri, melainkan pada keluarga kami. Seperti siapapun di dunia ini, kita selalu kuatir terhadap keluarga kita melebihi pada diri sendiri. Kami telah memilih jalan perjuangan, tak ada yang memaksa kami. Ini pilihan hidup kami.”

“Dunia selalu mengira kami membesarkan anak-anak untuk menjadikan mereka barisan perjuangan melawan Israel, itu salah besar. Kami tidak pernah sama sekali melibatkan anak-anak dalam perjuangan kami. Itu adalah propaganda Israel. Semua yang terlibat dalam perjuangan adalah laki-laki dewasa, mulai dari usia 20, 25 dan 30 tahun. Mereka yang tergabung menyadari benar akan risiko menjadi mujahid. Sekali lagi kami tidak pernah sekalipun menggunakan anak-anak untuk menghadapi musuh!”

“Yang ada dalam pikiran kami ketika kami menarik pelatuk, bagi saya pribadi, saya harus membunuh mereka, tentara-tentara Israel itu seperti mereka yang membunuh orang-orang Palestina tak berdosa. Jika saya meninggalkan satu orang tentara Israel saja, maka dia akan kembali membunuh lebih banyak lagi warga kami.”

“Orang bertanya bagaimana kami selama ini mendapatkan senjata sedangkan kami dikepung sedemikian rupa. Walaupun Israel menutup semua terowongan, kami akan tetap mendapatkan senjata untuk melindungi diri. Kami mempunyai banyak sekali terowongan yang tidak pernah diketahui oleh siapapun, kecuali kami sendiri. Dan Allah selalu menolong kami.”

Sumber :
gulfnews
Islampos

Sabtu, 10 September 2016

GERAKAN PITUAN PITULUNG (PITUNG) BERDASARKAN KITAB AL FATAWI

Pitung atau Pituan Pitulung adalah salah satu organisasi perlawanan rakyat Jakarta yang dibentuk pada tahun 1880 Masehi oleh Kyai Haji Naipin atas saran dari Pejuang Jayakarta dan Sesepuh adat Tempo Dulu.
Kyai Haji Naipin adalah seorang yang alim dan juga dikenal sebagai salah satu ahli silat yang handal dikawasan Tenabang.

PITUNG didirikan setelah seluruh anggotanya melewati beberapa tes seperti ujian jurus terakhir illmu silat, ujian ilmu agama yang sudah mereka pelajari, ujian ilmu tarekat serta diakhiri dengan khataman Al-Qur'an yang diikuti oleh 7 santri terbaik Kyai HajiNaipin. Setelah dinyatakan lulus maka ketujuhnya dibaiat untuk selalu setia dalam jihad fisabillah, setia terhadap persahabatan, selalu menolong rakyat dan hormat dan patuh
terhadap orangtua, ulama dan sesepuh adat.

Nama Pitung yang berarti 7 Pendekar Penolong, mengambil dari inspirasi Surat Al Fatehah yang terdiri dari 7 ayat. Oleh karena itu ke 7 Pendekar ini selalu ditekankan untuk terus menghayati dan mengamalkan kandungan Surat Al Fatehah dalam setiap perjuangan mereka.
Diantara ke 7 Pendekar itu maka kemudian dipilihlah yang paling terbaik untuk menjadi pemimpin, jatuhlah pilihan itu kepada salah satu murid yang paling dicintai KH Naipin yaitu Radin Muhammad Ali Nitikusuma yang asli kelahiran Slipi, beliau lahir di "Rumah Jipang" (kini bangunan Rumah Jipang sudah musnah berganti dengan bangunan Kompas Gramedia).

KH Naipin memang sangat sayang pada sosok ini, karena sejak kecil Radin Muhammad Ali adalah seorang Yatim dan beliau juga tahu bagaimana kisah terbunuhnya ayah Muhammad Ali. Sedangkan ibunya telah
menikah lagi dengan salah seorang duda yang mempunyai anak yang berada di daerah Kemanggisan. Kasih sayang ulama sufi ini juga sangat wajar karena dia adalah paman Radin Muhammad Ali.

Beliau Radin Muhammad Ali Nitikusuma adalah sosok yang alim dan soleh, pewaris silat Kyai Haji Naipin dan silat-silat warisan pejuang Jayakarta. Beliau dikenal sebagai sosok yang tegas dan pantang kompromi
dengan penjajah kafir. Ayahnya syahid dibunuh penghianat bangsa yang diantaranya para Tuan Tanah China dan centeng-centeng bayarannya, harta bendanya dirampas dan keluarga besarnya banyak yang diburu dan
difitnah.

Beliau yatim sejak umur dua tahun. Di mata penjajah sosok ini lebih dikenal sebagai perampok daripada pejuang. Orang kedua yang juga tidak kalah hebatnya adalah Ratu Bagus Muhammad Roji'ih Nitikusuma. Beliau kelahiran dari Desa Cengkareng yang kini berada di Jakarta Barat Dialah otak dibalik semua strategi perlawanan gerakan Pitung. Dikenal licin dan sulit untuk ditangkap. Namanya sering disebut sebagai Ji'ih. Sosoknya alim dan Soleh dan dikenal sangat keras perlawanannya terhadap penjajah kafir.

Dia tidak seperti yang digambarkan dalam beberapa film. Dia justru sangat cerdas dan penuh perhitungan.
5 orang lagi juga tidak kalah hebatnya, mereka adalah :
Abdul Qodir (dari Kemanggisan), 
Abdus Shomad (Kemanggisan),
Saman (dari Cileduk),
Rais (asli Tenabang),
Jebul/Ki Dulo/Abdulloh (dari Kramat Togo).

Salah satu dari mereka yaitu Bang Jebul bahkan pernah membuat gempar para pendekar persilatan, dimana pada sebuah acara pesta dia telah membuat Schout Van Hinne keok, padahal Hinne sebelumnya berkoar-koar kalau dia jago beladiri segala aliran dari berapa negara, dan dia saat itu berani nantang semua
yang hadir. Pada acara pesta yang diadakan oleh salah satu tuan tanah itu kebetulan semua anggota Pitung datang tapi dengan cara menyamar sebagai orang biasa. Pitung datang karena mendengar Hinne datang. Pitung ingin melihat seberapa besar sebenarnya pengaruh dia terhadap Tuan tanah yang ada di Betawi.

Tantangan Opsir polisi yang sombong itu dilayani, Radin Muhammad Ali yang paling dituakan membisiki Bang Jebul agar segera memberi pelajaran, dan hanya berapa gebrakan jurus "Sira Macan" Bang Jebul berhasil membuat babak belur Schout Van Hinne dalam sebuah adu tanding silat di Tangerang, sehingga dari kejadian inilah Hinne menjadi sangat dendam dan marah, dia dan pasukan marsosenya bahkan saat itu mau ngamuk tapi keburu dicegah tuan rumah. Schout yang satu ini bahkan bertambah dendam begitu tahu bahwa yang mengalahkan dia ternyata satu dari anggota Pitung.

Hinne betul-betul dendam terhadap semua anggota Pitung karena merasa telah dipermalukan di depan khalayak ramai. Schout Van Hinne sepertinya memang musuh besar Pituan Pitulung. Satu kali dia pernah kena batunya saat semua Anggota Pitung menangkapnya di daerah Jelambar. Disini dia dan pasukan marsosenya dihajar habis-habisan.

Pasukan Marsosenya itu terkenal sadis dan kejam terhadap pribumi, tapi menghadapi Pituan Pitulung mereka lari terbirit birit. Pitung memang sangat keras terhadap Hinne dan marsosenya. Anggota Pitung kesal karena Hinne dan marsosenya ini sering memfitnah Pitung dan mengancam beberapa orang yang pro terhadap perjuangan Pitung. Tapi semua anggota Pitung masih memberikan kesempatan dia hidup dengan catatan dia tidak menindas rakyat dan tidak memfitnah Pitung sebagai gerombolan perampok.

Seperti pada sebuah perjuangan pasti ada resiko, dua orang anggota Pitung yaitu Jebul dan Saman pada tahun 1896 pernah tertangkap dan dipenjarakan di Glodok. Namun mereka berhasil meloloskan diri bahkan
berhasil membunuh beberapa marsose. Beberapa anggota Pitung juga harus mengalami mati syahid.
Dji'ih tertembak tahun 1899 Masehi, jenazahnya masih bisa diselamatkan. Radin Muhammad Ali syahid ditembak tahun 1905 Masehi. Beliau ditembak bertubi tubi oleh para Marsose sampai akhirnya rubuh, namun sampai detik detik kematiannya dia tidak menyerah dan terus bertakbir.

Setelah Syahid jasad Muhammad Ali dimutilasi penjajah kafir melalui para inlander yg menjadi "anjing anjing penjajah" yang rela menindas saudaranya sendiri. Jasad Muhammad Ali yang tidak sempurna kemudian disholatkan oleh para alim ulama di kawasan Slipi dan sekitarnya untuk kemudian dimakamkan di daerah Bandengan. Para ulama dan sesepuh yang berada di daerah Jipang Pulorogo (Slipi, Palmerah, Rawa Belong, Kemandoran dan sekitarnya) sangat berduka dengan kematian salah satu pejuang terbaik mereka.


Pitung adalah fakta sejarah, kisah mereka tercatat dalam kitab Al Fatawi, kisah mereka adalah kisah perlawanan kaum muslimin yang tertindas oleh penjajah kafir dan antek anteknya Mereka adalah Mujahid
Sejati yang membela agama Islam dan rakyat Jakarta, mereka bukan Perampok, mereka orang orang terpelajar dan juga mengerti tentang dunia politik yang diterapkan penjajah.


Kisah mereka tentu tidak akan pernah sesuai dengan kisah yang berasal dari penjajah kafir baik itu melalui koran mereka ataupun para sejarawan kolonialis yang memang bekerja untuk kepentingan penjajah. Penjajah pada masa itu dengan politik devide et imperanya bahkan berusaha untuk menciptakan Pitung-Pitung palsu untuk memancing Pitung Pitung asli keluar dari persembunyian. Bahkan saat syahidnya Radin
Muhammad Ali , salah satu fihak yang menjebaknya mengaku sebagai Pitung asli.

Para anggota Pitung adalah manusia biasa, mereka tidak mempunyai ilmu macam-macam apalagi sampai memakai jimat seperti yang disebarkan beritanya oleh Belanda kalau Pitung Sakti mandraguna. Isu peluru emaspun dibuat-buat dan disebarkan kepada masyarakat agar Radin Muhammad Ali dianggap sosok sakti namun ternyata Belanda bisa membunuhnya, Belanda menciptakan cerita fiktif seperti ini agar masyarakat semakin takut.

Jasadnya sengaja dimutilasi agar masyarakat kehilangan jejak sejarahnya dan juga tidak bisa lagi menziarahi makamnya. Namun sekalipun jasadnya terpencar kisah kepahlawanan pejuang tangguh ini tidak akan pernah hilang dari tanah Jakarta ini...
Kematian dua orang dedengkot Pitung tentu mengguncangkan perasaan keluarga besar mereka yang ada di wilayah Jipang Pulorogo (kini merupakan daerah Slipi, Palmerah, Kemanggisan, Rawa Belong, Kemandoran dan sekitarnya), sehingga akhirnya banyak dari mereka yang trauma dan menutup diri terhadap fihak luar (terutama oknum-oknum pendatang yang telah setia menjadi "anjing-anjing nya penjajah").

Mereka betul-betul semakin terpukul karena kematian dua orang Mujahid itu telah melibatkan oknum-oknum bayaran pribumi yang disewa para tuan tanah china dan penjajah kafir, lagi-lagi politik devide et impera dimunculkan. Pasca kematian dua orang tokoh utama Pitung, penjajah semakin gencar membuat berita dan kabar bohong tentang Pitung, digambarkan kalau Pitung itu identik dengan ilmu-ilmu yang aneh dan senang pakai jimat, padahal semua anggota Pitung hanya diajarkan ilmu beladiri dan juga ilmu ilmu agama seperti Ilmu Tafsir, Ilmu Fiqih, Ilmu Hadist, Ilmu Tassawuf, Ilmu Tauhid, Ilmu Alat dan juga pengetahuan tentang strategi-strategi perlawanan.

Mereka juga melek terhadap dunia politik yang berkembang pada masa itu, sehingga karena lengkapnya pengetahuan mereka, penjajah menghabisi gerakan ini sampai ke akar akarnya yang salah satunya dengan cara menghancurkan sejarah asli Pituan Pitulung, tidak heran ada kabar bahwa Pitung katanya orang China, Pitung katanya dari daerah luar, padahal semua anggota Pitung pribumi asli Jakarta yang sudah menetap ratusan tahun.

PITUAN PITULUNG.... 1 untuk 7.... 7 untuk 1.... 7 Golok adalah jiwa kesatria mereka Allah SWT Dasar hidup mereka Rasulullah SAW panutan suci mereka Al Fatehah untuk KH Naipin, Asy-Syahid Radin Muhammad Ali Nitikusuma, Asy-Syahid Ratu Bagus Muhammad Roji'ih Nitikusuma, Abdul Qodir, Abdus Shomad, Rais, Saman, Abdullah (Jebul).

Sumber :
Disarikan dari KITAB AL FATAWI yang dtulis ulang dari tulisan lama ke dalam bahasa arab melayu oleh Al Allamah Asy-Syekh KH Ratu Bagus Ahmad Syar'i/ Kumpi Syari/Babe Betawi) atas perintah Guru Mansur Sawah Lio tahun 1910 Masehi di Jakarta