Ustadz, benarkah ketika menunaikan shalat kita sebenarnya sedang berdialog dengan Allah? Bagaimana itu bisa terjadi?
Hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ
بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا
قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ، قَالَ اللهُ
تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}،
قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ
يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ
إِلَيَّ عَبْدِي – فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِينُ} قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا
سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ
الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا
الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل
Allah berfirman, “Aku membagi shalat antara diri-Ku dan hamba-Ku menjadi dua. Untuk hamba-Ku
apa yang dia minta.
Apabila hamba-Ku membaca, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.”
Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Ar-rahmanir Rahiim.
”Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengulangi pujian untuk-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Maaliki yaumid diin.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Hamba-Ku
mengagungkan-Ku.” Dalam riwayat lain, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah
menyerahkan urusannya kepada-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’in.”
Allah Ta’ala berfirman, “Ini antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Ihdinas-Shirathal mustaqiim….dst. sampai akhir surat.”
Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hamba-Ku
dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.” (HR. Ahmad 7291, Muslim 395
dan yang lainnya).
Keterangan hadits:
Pertama, Hadits ini menunjukkan bahwa al-Fatihah adalah rukun Shalat, karena Allah menyebut al-Fatihah dengan kata shalat.
Kedua, Al-Fatihah disebut shalat,
karena surat ini dibaca saat shalat. Dan seorang hamba yang membaca
surat ini ketika shalat, dia hakekatnya sedang melakukan dialog dengan
Rabnya.
Ketiga, Allah membagi bacaan
al-Fatihah dalam shalat menjadi 2, setengah untuk Allah dan setengah
untuk hamba. Setengah untuk Allah ada di bagian awal, bentuknya adalah
pujian untuk Allah. Mulai dari ayat, ‘Alhamdulillahi rabbil ‘alamin’
sampai ‘Maliki yaumiddin.’
Sementara setengahnya untuk hamba, yaitu doa memohon petunjuk agar seperti orang yang telah mendapat nikmat.
Keempat, ada satu ayat yang dibagi
dua, yaitu ayat iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’in. setengah untuk
hamba, setengah untuk Allah. Iyyaka na’budu, ini untuk Allah, dan iyyaka
nasta’in, ini untuk hamba.
Itulah dialog antara hamba dengan Allah
saat dia membaca surat al-Fatihah. Semoga semakin meningkatkan rasa
khusyuk kita ketika menunaikan ibadah shalat.
Mengenai pertanyaan, bagaimana itu bisa
terjadi? Bukankah yang membaca surat al-Fatihah itu ribuan manusia? Lalu
bagaimana cara Allah berdialog dengan mereka semua.
Pertanyaan ini bukan urusan kita. Allah
Maha Kuasa untuk melakukan apapun sesuai yang Dia kehendaki. Dan tidak
semua perbuatan Allah, bisa dinalar oleh logika manusia. Kewajiban kita
adalah meyakini bahwa itu terjadi secara hakiki, sementara bagaimana
prosesnya, Allah yang Maha Tahu. Wallahu a’lam.
Sumber: Ustadz Ammi Nur Baits, Konsultasi Syariah.
Islampos
Redaksi ISBAD
Share