Ilmu Pengetahuan itu milik orang mukmin yang hilang. Di mana saja ia menemukannya, dia lebih berhak atasnya (Hadis Riwayat At-Turmudzy)
Salah satu wujud keindahan dan kesempurnaan ajaran agama Islam adalah fikih. Di dalamnya setiap orang bisa membaca aturan-aturan yang praktis. Sebuah ajaran yang, mengutip kata-kata Muhammad Iqbal, mengarahkan manusia pada tindakan dan bukan sekadar wacana.
Namun, terbayangkah kesukaran seperti apa yang akan dihadapi umat Islam yang hidup kini seandainya tidak ada seorang seperti Haji Sulaiman Rasjid bin Lasa. Dialah penyusun fikih pertama di negeri ini. Fiqih Islam, terbit 1951, karangan pria kelahiran Pekon Tengah, Liwa, tahun 1898, menjadi buku wajib di perguruan tinggi dan menengah di Indonesia serta Malaysia, sampai sekarang.
Kecintaannya pada Islam membawa Sulaiman Rasjid (1926) belajar ke sekolah Mualim, sekolah guru, di Mesir. Kemudian ia melanjutkan ke Perguruan Tinggi Al-Azhar Kairo Mesir, Jurusan Takhashus Fiqh (Ilmu Hukum Islam) dan selesai 1935.
Salah satu wujud keindahan dan kesempurnaan ajaran agama Islam adalah fikih. Di dalamnya setiap orang bisa membaca aturan-aturan yang praktis. Sebuah ajaran yang, mengutip kata-kata Muhammad Iqbal, mengarahkan manusia pada tindakan dan bukan sekadar wacana.
Namun, terbayangkah kesukaran seperti apa yang akan dihadapi umat Islam yang hidup kini seandainya tidak ada seorang seperti Haji Sulaiman Rasjid bin Lasa. Dialah penyusun fikih pertama di negeri ini. Fiqih Islam, terbit 1951, karangan pria kelahiran Pekon Tengah, Liwa, tahun 1898, menjadi buku wajib di perguruan tinggi dan menengah di Indonesia serta Malaysia, sampai sekarang.
Kecintaannya pada Islam membawa Sulaiman Rasjid (1926) belajar ke sekolah Mualim, sekolah guru, di Mesir. Kemudian ia melanjutkan ke Perguruan Tinggi Al-Azhar Kairo Mesir, Jurusan Takhashus Fiqh (Ilmu Hukum Islam) dan selesai 1935.