" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Kamis, 17 Mei 2018

Sulaiman Rasyid (1898-1976): Penyusun Fikih Pertama

Ilmu Pengetahuan itu milik orang mukmin yang hilang. Di mana saja ia menemukannya, dia lebih berhak atasnya (Hadis Riwayat At-Turmudzy)

Salah satu wujud keindahan dan kesempurnaan ajaran agama Islam adalah fikih. Di dalamnya setiap orang bisa membaca aturan-aturan yang praktis. Sebuah ajaran yang, mengutip kata-kata Muhammad Iqbal, mengarahkan manusia pada tindakan dan bukan sekadar wacana.

Namun, terbayangkah kesukaran seperti apa yang akan dihadapi umat Islam yang hidup kini seandainya tidak ada seorang seperti Haji Sulaiman Rasjid bin Lasa. Dialah penyusun fikih pertama di negeri ini. Fiqih Islam, terbit 1951, karangan pria kelahiran Pekon Tengah, Liwa, tahun 1898, menjadi buku wajib di perguruan tinggi dan menengah di Indonesia serta Malaysia, sampai sekarang.

Kecintaannya pada Islam membawa Sulaiman Rasjid (1926) belajar ke sekolah Mualim, sekolah guru, di Mesir. Kemudian ia melanjutkan ke Perguruan Tinggi Al-Azhar Kairo Mesir, Jurusan Takhashus Fiqh (Ilmu Hukum Islam) dan selesai 1935.

Jumat, 11 Mei 2018

Ziarah Kubur Menjelang Ramadhan


Diantara tradisi menjelang bulan Ramadhan (akhir Sya’ban) adalah ziarah kubur. Sebagian mengistilahkan tradisi ini sebagai arwahan, nyekar (sekitar Jawa Tengah), kosar (sekitar JawaTimur), munggahan (sekitar tatar Sunda) dan lain sebagainya. Bagi sebagian orang, hal ini menjadi semacam kewajiban yang bila ditinggalkan serasa ada yang kurang dalam melangkahkan kaki menyongsong puasa Ramadhan.

Memang, pada masa awal-awal Islam, Rasulullah saw memang pernah melarang umat Islam berziarah ke kuburan, mengingat kondisi keimanan mereka pada saat itu yang masih lemah. Serta kondisi sosiologis masyarakat arab masa itu yang pola pikirnya masih didominasi dengan kemusyrikan dan kepercayaan kepada para dewa dan sesembahan. Rasulullah saw mengkhawatirkan terjadinya kesalah pahaman ketika mereka mengunjungi kubur baik dalam berperilaku maupun dalam berdo’a.

Selasa, 08 Mei 2018

Masuk Islamnya Shafwan bin Umayyah

Hasil gambar untuk Shafwan bin Umayyah
Umayyah bin Khalaf merupakan seorang tokoh kafir Quraisy yang dikenal kejam karena senantiasa menyiksa orang-orang yang masuk Islam dan juga senantiasa berusaha berencana membunuh Rasulullah SAW. Umayyah wafat terbunuh dalam perang Badar.

Kematian Umayyah oleh kaum Muslim di perang Badar membuat anaknya, Shafwan bin Umayyah begitu dendam pada Nabi SAW yang dianggapnya bertanggung jawab atas kematian bapaknya tersebut.
Ia menghasud Umair bin Wahb untuk membunuh Nabi SAW. Kesulitan ekonomi keluarga dan hutang-hutangnya akan ditanggungnya jika ia mau membalaskan dendamnya, dan Umair bersedia. Dibuatlah kesepakatan di tempat tersembunyi di dekat batu besar. Tetapi Allah SWT mengabarkan kesepakatan tersebut kepada Nabi SAW lewat malaikat Jibril, sehingga akhirnya Umair bin Wahb masuk Islam. Keadaan tersebut makin membuatnya membenci Nabi SAW.