Kamis, 04 April 2019
Kisah dan Hikmah Isra' Mi'raj Rasulullah SAW
Rasulullah memiliki berbagai pengalaman spiritual yang sangat berharga dan bersejarah dalam perjalanannya menjadi seorang utusan-Nya. Salah satunya adalah perjalanan beliau membelah malam dengan melewati masjid al-Aqsha di Palestina dan Sidratul Muntaha untuk memenuhi undangan dan perintah Allah SWT. Peristiwa ini biasa kita sebut dengan Isra Mi’raj. Ada kisah dan hikmah Isra Miraj Rasulullah SAW.
Ibnu Hisyam, seorang sejarawan Islam terkenal mencantumkan sebuah pembahasan khusus dalam sirahnya yang menceritakan bagaimana Isra’ dan Mi’raj terjadi pada saat itu. Selain itu kita bisa membacanya di beberapa hadis sahih yang dimuat dalam kitab-kitab hadis yang diakui, seperti Sahih Bukhari, Muslim, Nasa’i, Tirmidzi dan beberapa kitab hadits yang lain. Serta beberapa kitab yang khusus mengisahkan perjalan Isra’ dan Mi’raj nabi seperti karya Syeikh Najmudin al-Ghaiti yang berjudul Dardir Mi’raj.
Menurut Ibnu Hisyam, ada beberapa pendapat terkait waktu nabi melakukan Isra’ dan Mi’raj. Di antaranya adalah 27 rajab, 27 Rabiul Akhir, 27 Rabiul awal, Dzulqa’dah bahkan muharram. Di antara pendapat-pendapat tersebut tidak ada yang paling diunggulkan walaupun kita sebagai masyarakat Indonesia sering memperingatinya setiap tanggal 27 rajab.
Aku Menyuruh Syafii Berkelana, Bukan untuk Mencari Dunia!
Imam Syafii ketika berguru di kota Mekkah beliau disuruh oleh gurunya, “Wahai muhammad pergilah engkau ke Madinah untuk berguru lagi, karena sesungguhnya ilmuku sudah habis, semuanya sudah kuajarkan padamu”. Kemudian, Imam Syafii menuruti gurunya itu dan berpamitan kepada ibunya.
Berkatalah Ibundanya Imam Syafii “Nak, pergilah engkau menuntut ilmu di jalan Allah, kita ketemunya nanti di akhirat”. Maka Imam Syafii pun berangkat ke Madinah mencari guru untuk belajar. Saat itu usianya masih sangat muda.
Di Madinah beliau berguru kepada Imam Malik. Tak butuh waktu lama bagi Imam Syafii untuk menyerap ilmu dari Imam Malik sehingga semua orang terkagum-kagum dibuatnya, termasuk sang guru yang pada saat itu merupakan ulama tertinggi di Madinah, tampuknya kutub hijaz, Imam Malik. Imam Syafii menjadi murid kesayangan Imam Malik.
Jadi pada masa itu terdapat dua kutub ilmu Islam, yaitu kutub Hijaz di Madinah yang mana Imam Malik sebagai mahagurunya dan ada kutub Baghdad dimana Imam Abu Hanifah sebagai mahagurunya.
Share
Langganan:
Postingan (Atom)