Saat sekolah, barang-barang apa saja yang kamu bawa di dalam tasmu? Tentunya sebagai seorang pelajar, barang yang
wajib
di bawa adalah buku-buku dan peralatan tulis. Namun, banyak pelajar
yang sering kedapatan membawa barang-barang yang sebenarnya tidak ada
hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, malah justru dapat
mengganggu konsentrasi belajar. Untuk itu, seringkali pihak sekolah
mengadakan razia dadakan untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal seperti
demikian.
|
Ilustrasi Gambar |
|
Sebuah kisah adaptasi ini, dapat menjadi pelajaran dan renungan untuk
kita semua. Tentang bagaimana cara menghargai seseorang dan tidak mudah
berprasangka buruk terhadap orang lain. Semoga kisah ini dapat menjadi
renungan dan bermanfaat untuk kita semua.
***
Pihak sekolah SMA Putri di kota Shan’a’ yang merupakan ibu kota Yaman menetapkan kebijakan adanya pemeriksaan mendadak bagi
seluruh
siswi di dalam kelas. Sebagaimana yang ditegaskan oleh salah seorang
pegawai sekolah bahwa tentunya pemeriksaan itu bertujuan merazia
barang-barang yang dilarang dibawa ke dalam sekolah, seperti: telepon
genggam yang dilengkapi dengan
kamera,
foto-foto, surat-surat, alat-alat kecantikan dan lain sebagainya. Yang
mana seharusnya memang sebuah lembaga pendidikan sebagai pusat ilmu
bukan untuk hal-hal yang tidak baik.
Lantas pihak sekolah pun melakukan sweeping di seluruh kelas dengan
penuh semangat. Mereka keluar kelas, masuk kelas lain.
Sementara tas para siswi terbuka di hadapan mereka. Tas-tas tersebut
tidak berisi apapun melainkan beberapa buku, pulpen, dan peralatan
sekolah lainnya..
Semua kelas sudah dirazia, hanya tersisa satu kelas saja. Dimana
kelas tersebut terdapat seorang siswi yang menceritakan kisah ini.
Seperti biasa, dengan penuh percaya diri tim pemeriksa masuk ke dalam
kelas. Mereka lantas meminta izin untuk memeriksa tas sekolah para
siswi di sana. Pemeriksaan pun dimulai..
Di salah satu sudut kelas ada seorang siswi yang dikenal sangat
tertutup dan pemalu. Ia juga dikenal sebagai seorang siswi yang
berakhlak sopan dan santun. Ia tidak suka berbaur dengan siswi-siswi
lainnya, ia suka menyendiri, padahal ia sangat pintar dan menonjol dalam
belajar..
Ia memandang tim pemeriksa dengan pandangan penuh ketakutan,
sementara tangannya berada di dalam tas miliknya. Semakin dekat
gilirannya untuk diperiksa, semakin tampak raut takut pada wajahnya.
|
Ilustarsi Gambar |
|
Apakah sebenarnya yang disembunyikan siswi tersebut dalam tasnya?!
Tidak lama kemudian tibalah gilirannya untuk diperiksa..
Dia memegangi tasnya dengan kuat, seolah mengatakan demi Allah kalian tidak boleh membukanya!
Kini giliran diperiksa, dan dari sinilah dimulai kisahnya…
“Buka tasmu wahai putriku..”
Siswi tersebut memandangi pemeriksa dengan pandangan sedih, ia pun kini telah meletakkan tasnya dalam pelukan..
“Berikan tasmu..”
Ia menoleh dan menjerit, “Tidak…tidak…tidak..”
Perdebatan pun terjadi sangat tajam..
“Berikan tasmu..” …
“Tidak..”
“Berikan..”
“Tidak..”
Apakah sebenarnya yang membuat siswi tersebut menolak untuk dilakukan pemeriksaan pada tasnya?!
Apa sebenarnya yang ada dalam tas miliknya dan takut dipergoki oleh tim pemeriksa?!
Keributan pun terjadi dan
tangan mereka saling berebut. Sementara tas tersebut masih di pegang erat dan para guru belum berhasil merampas tas dari tangan siswi tersebut karena ia memeluknya dengan penuh kegilaan!
Spontan saja siswi itu menangis sejadi-jadinya. Siswi-siswi lain
terkejut. Mereka melotot. Para guru yang mengenalnya sebagai seorang
siswi yang pintar dan disiplin terkejut melihat kejadian tersebut..
Tempat itu pun berubah menjadi hening..
Ya Allah, apa sebenarnya yang terjadi dan apa gerangan yang ada di dalam tas siswi tersebut. Apakah mungkin siswi tersebut…??
Setelah berdiskusi ringan, tim pemeriksa sepakat untuk membawa siswi
tersebut ke kantor sekolah, dengan syarat jangan sampai perhatian mereka
berpaling dari siswi tersebut supaya ia tidak dapat melemparkan sesuatu
dari dalam tasnya sehingga bisa terbebas begitu saja..
Mereka pun membawa siswi tersebut dengan penjagaan yang ketat dari tim dan para guru
serta sebagian siswi lainnya. Siswi tersebut kini masuk ke ruangan kantor sekolah, sementara air matanya mengalir seperti hujan.
Siswi tersebut memperhatikan orang-orang disekitarnya dengan penuh kebencian, karena mereka akan mempermalukannya di depan umum.
Karena perilakunya selama satu tahun ini baik dan tidak pernah
melakukan kesalahan dan pelanggaran, maka kepala sekolah menenangkan
hadirin dan memerintahkan para siswi lainnya agar membubarkan diri. Dan
dengan penuh santun, kepala sekolah juga memohon agar para guru
meninggalkan ruangannya sehingga yang tersisa hanya para tim pemeriksa
saja..
Kepala sekolah berusaha menenangkan siswi malang tersebut. Lantas
bertanya padanya, “Apa yang engkau sembunyikan wahai putriku..?”
Di sini, dalam sekejap siswi tersebut simpati dengan kepala sekolah dan membuka tasnya.
Di dalam tas tersebut tidak ada benda-benda terlarang atau haram,
atau telepon genggam atau foto-foto, demi Allah, itu semua tidak ada!
Tidak ada dalam tas itu melainkan sisa-sisa roti..
Yah, itulah yang ada dalam tas tersebut.
Setelah merasa tenang, siswi itu berkata, “Sisa-sisa roti ini adalah
sisa-sisa dari para siswi yang mereka buang di tanah, lalu aku kumpulkan
untuk kemudian aku makan dengan sebagiannya dan membawa sisanya kepada
keluargaku. Ibu dan saudari-saudariku di
rumah tidak memiliki sesuatu untuk mereka santap di siang dan malam hari bila aku tidak membawakan untuk mereka sisa-sisa roti ini..”
“Kami adalah keluarga fakir yang tidak memiliki apa-apa. Kami tidak
punya kerabat dan tidak ada yang peduli pada kami..,” ujar siswi
tersebut
sambil menunduk
malu.
“Inilah yang membuat aku menolak untuk membuka tas, agar aku tidak
dipermalukan di hadapan teman-temanku di kelas, yang mana mereka akan
terus mencelaku di sekolah, sehingga kemungkinan hal tersebut
menyebabkan aku tidak dapat lagi meneruskan pendidikanku karena rasa malu. Maka saya mohon maaf sekali kepada Anda semua atas perilaku saya yang tidak sopan..”
Saat itu juga semua yang hadir di ruangan tersebut tak kuasa menahan air mata, bahkan beberapa guru menangis sambil memeluk siswi tersebut.
Maka tirai pun ditutup karena ada kejadian yang menyedihkan tersebut, dan kita berharap untuk tidak menyaksikannya.
Karenanya wahai saudara dan saudariku, ini adalah satu dari tragedi
yang kemungkinan ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan dan desa
kita sementara kita tidak mengetahuinya atau bahkan kita terkadang
berpura-pura tidak mengenal mereka.
Wajib bagi seluruh sekolah dan pesantren untuk mendata kondisi
ekonomi para santri-santrinya agar orang yang ingin membantu keluarga
fakir miskin dapat mengenalinya dengan baik.
Kita memohon kepada Allah agar tidak menghinakan orang yang mulia dan
memohon pada-Nya agar Dia selalu menjaga kaum Muslimin di setiap
tempat.
***
Demikianlah kisah tentang seorang siswi dari keluarga yang sangat
miskin. Sungguh seorang siswi yang mampu menjadi teladan, meski hidup di
tengah keluarga miskin, ia tetap memiliki niat yang teguh untuk
bersekolah dan menuntut ilmu. Bahkan di tengah keadaannya yang serba
kesusahan, ia justru dapat menjadi seorang siswi berprestasi di
sekolahnya.
Semoga kisah ini dapat menjadi pembelajaran untuk kita dan anak-anak
kita agar senantiasa bersyukur dengan keadaan yang ada sekarang ini.
Karena masih banyak orang-orang yang hidup dalam kesusahan, namun mereka
tak pernah mengeluh, apalagi meminta
belas kasihan orang lain. Mereka memiliki jiwa yang kuat, tegar, dan sabar dalam menghadapi setiap cobaan kehidupan.
Redaksi ISBAD
Share