" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Rabu, 31 Desember 2014

Kekuatan Ikhlas

ikhlas
Ada yang sakit cuci darah, dan dirinya tak bisa menerima harus cuci darah seminggu 2 kali, sehingg hari hari dijalani penuh derita lahir bathin.
Namun setelah menyadari bahwa inilah takdir terbaik, yang Alloh tetapkan bagi dirinya saat ini sesudah sekian lama diberi takdir sehat…

“Inilah takdir terbaikku, kehidupan normalku adalah cuci darah seminggu 2 kali,”. maka kehidupan menjadi nyaman dan kembali ternikmati.
Setiap orang memiliki episode masing-masing, dan berganti saat, berganti pula episode. Kemampuan ridho kepada takdir, membuat hidup lebih nyaman dan berkah.

Allah Ta’ala berfirman,

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23)
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al Hadid: 22-23)

Allah Ta’ala berfirman,

إنا كل شىء خلقنه بقدر
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Qs. Al-Qamar: 49)

وخلق كـل شىء فقدره, تقديرا
“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Qs. Al-Furqan: 2)

وإن من شىء إلا عنده بمقدار
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (Qs. Al-Hijr: 21)

Mengimani takdir baik dan takdir buruk, merupakan salah satu rukun iman dan prinsip ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Tidak akan sempurna keimanan seseorang sehingga dia beriman kepada takdir, yaitu dia mengikrarkan dan meyakini dengan keyakinan yang dalam bahwa segala sesuatu berlaku atas ketentuan (qadha’) dan takdir (qadar) Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يؤمن عبد حتى يؤمن بالقدر خبره وشره حتى بعلم أن ما أصابه لم يكن ليخطئه وأن ما أخطأه لم يكن ليصيبه
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya.” (Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Ahmad Syakir berkata: ‘Sanad hadits ini shahih.’ Lihat juga Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah (no. 2439), karya Syaikh Albani rahimahullah)

Jibril ‘alaihis salam pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai iman, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

الإيمان أن تؤ من با لله وملا ئكته وكتبه ورسله واليوم الا خر وتؤ من بالقدرخيره وشره
“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir serta qadha’ dan qadar, yang baik maupun yang buruk.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya di kitab al-Iman wal Islam wal Ihsan (VIII/1, IX/5))


Dan Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma juga pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كل شيء بقدر حتى العجز والكيسز
“Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai-sampai kelemahan dan kepintaran.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya (IV/2045), Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/452), Ibnu Majah dalam Sunan-nya (I/32), dan al-Hakim dalam al-Mustadrak (I/23))


Allah Ta’ala pun telah berfirman,

و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)

Ditulis oleh                  : KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
                                    Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Di Share kembali oleh : Redaksi ISBAD

Sejarah Tahun Baru Masehi dan Hukum Merayakannya

tahun-baru-2015


Beberapa saat lagi kita akan menyaksikan perayaan besar, perayaan yang rutin dilakukan oleh masyarakat di seluruh dunia setiap tahunnya. Perayaan itu adalah perayaan  tahun baru. Perayaan yang dibuat secara meriah dan tentu saja dengan biaya yang tidak murah.

Perayaan tahun baru masehi memiliki sejarah panjang. Banyak di antara orang-orang yang ikut merayakan hari itu tidak mengetahui kapan pertama kali acara tersebut diadakan dan latar belakang mengapa hari itu dirayakan.

Kegiatan ini merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi. Mereka (orang-orang Romawi) mendedikasikan hari yang istimewa ini untuk seorang dewa yang bernama Janus, The God of Gates, Doors, and Beeginnings.
Janus adalah seorang dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menatap ke depan dan satunya lagi menatap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun.
(G Capdeville “Les épithetes cultuels de Janus” inMélanges de l’école française de Rome (Antiquité), hal. 399-400)

Fakta ini menyimpulkan bahwa perayaan tahun baru sama sekali tidak berasal dari budaya kaum muslimin.
Pesta tahun baru masehi, pertama kali dirayakan orang kafir, yang notabene masyarakat paganis Romawi.
Acara ini terus dirayakan oleh masyarakt modern dewasa ini, walaupun mereka tidak mengetahui spirit ibadah pagan adalah latar belakang diadakannya acara ini.
Mereka menyemarakkan hari ini dengan berbagai macam permainan, menikmati indahnya langit dengan semarak cahaya kembang api, dsb.

Turut merayakan tahun baru statusnya sama dengan merayakan hari raya orang kafir. Dan ini hukumnya terlarang. Di antara alasan statement ini adalah:

Pertama
Turut merayakan tahun baru sama dengan meniru kebiasaan mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita untuk meniru kebiasaan orang jelek, termasuk orang kafir. Beliau bersabda,

من تشبه بقوم فهو منهم
Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut.
(Hadis shahih riwayat Abu Daud)

Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan,

من بنى بأرض المشركين وصنع نيروزهم ومهرجاناتهم وتشبه بهم حتى يموت خسر في يوم القيامة
“Siapa yang tinggal di negeri kafir, ikut merayakan Nairuz dan Mihrajan (hari raya orang majusi), dan meniru kebiasaan mereka, sampai mati maka dia menjadi orang yang rugi pada hari kiamat.”

Kedua
Mengikuti hari raya mereka termasuk bentuk loyalitas dan menampakkan rasa cinta kepada mereka. Padahal Allah melarang kita untuk menjadikan mereka sebagai kekasih dan menampakkan cinta kasih kepada mereka. Allah berfirman,

يا أيها الذين آمنوا لا تتخذوا عدوي وعدوكم أولياء تلقون إليهم بالمودة وقد كفروا بما جاءكم من الحق …
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (rahasia), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu..
(QS. Al-Mumtahanan: 1)

Ketiga
Hari raya merupakan bagian dari agama dan doktrin keyakinan, bukan semata perkara dunia dan hiburan. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang di kota Madinah, penduduk kota tersebut merayakan dua hari raya, Nairuz dan Mihrajan. Beliau pernah bersabda di hadapan penduduk madinah,

قدمت عليكم ولكم يومان تلعبون فيهما إن الله عز و جل أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الفطر ويوم النحر
Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i).

Perayaan Nairuz dan Mihrajan yang dirayakan penduduk madinah, isinya hanya bermain-main dan makan-makan. Sama sekali tidak ada unsur ritual sebagaimana yang dilakukan orang majusi, sumber asli dua perayaan ini. Namun mengingat dua hari tersebut adalah perayaan orang kafir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya. Sebagai gantinya, Allah berikan dua hari raya terbaik: Idul Fitri dan Idul Adha.
Untuk itu, turut bergembira dengan perayaan orang kafir, meskipun hanya bermain-main, tanpa mengikuti ritual keagamaannya, termasuk perbuatan yang telarang, karena termasuk turut mensukseskan acara mereka.

Keempat
Allah berfirman menceritakan keadaan ‘ibadur rahman (hamba Allah yang pilihan),

و الذين لا يشهدون الزور …
Dan orang-orang yang tidak turut dalam kegiatan az-Zuur…

Sebagian ulama menafsirkan kata ‘az-Zuur’ pada ayat di atas dengan hari raya orang kafir. Artinya berlaku sebaliknya, jika ada orang yang turut melibatkan dirinya dalam hari raya orang kafir berarti dia bukan orang baik.

Sumber : www.konsultasisyariah.com
               www.smstauhiid.com
              Redaksi ISBAD

Minggu, 28 Desember 2014

Dermawan dan Kikir

Ilustrasi Gambar
Dari Abu Hurairah R.A

Telah bersabda Rasulullah SAW "Tiada satu haripun ketika waktu waktu pagi kecuali dua Malaikat turun kebumi lalu salah satunya berdo'a Allahuma, Yaa Allah semoga Engkau mengganti orang yang berinfak dan satunya lagi berdo'a Yaa Allah semoga yang pelit Engkau hancurkan."
HR. Muttafaq Alaih. (Riyadussolihin hadis ke548)

Penjelasan. 

1. Setiap hari dua Malaikat turun kebumi dan dua Malaikat itu berada dibumi dari pagi sampai sore, dan kedua-duanya berdo'a :
  • Yang satu berdo'a Yaaa Allah cepat-cepat gantilah harta orang-orang yang dermawan
  • Yang satu lagi berdo'a Yaaa Allah cepat-cepat hancurkanlah orang-orang yang pelit
2. Jadi yang suka dermawan dan orang-orang yang pelit, itu sama-sama dapat do'a dari Malaikat, bagi kita tinggal memilih do'a Malaikat pasti dikabulkan Allah dengan pasti para Malaikat mengaminkan.

Kesimpulankita jangan jadi orang pelit.

Redaksi ISBAD : Rais Helmi

Adab Tidur Rasulullah SAW

 




عَنِ البَرَّاء بنِ عَازِب، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ: (( إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَأْ وُضُوءَكَ للصَلاةِ، ثُمَّ اضْطَّجِعْ على شِقِّكَ
الأَيْمَنِ، ثُمَّ قُلْ: اللهُمَّ إِنِّي اَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَوَجَهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَ فَوَضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَ أَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَ رَهْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَ لاَ مَنْجَا منك إَلاّ إِلَيْكََ ، أَمَنْتُ بِكِتَابٍكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَ بِنَبِيِّكَ الذي أَرْسَلْتَ وَ اجْعَلْهُنَّ آخِرَ كَلاَمِكَ فَإِنْ مِتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ مِتَّ على الفِطْرَة)) 

Dari al Barra bin Azib, bahwa Rasululah bersabda,”Jika engkau hendak menuju pembaringanmu, maka berwudhulah seperti engkau berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlahlah di rusukmu sebelah kanan lalu ucapkanlah doa:” Ya Allah sesungguhnya aku menyerahkan jiwaku hanya kepadaMu, kuhadapkan wajahku kepadaMu, kuserahkan segala urusanku hanya kepadamu, kusandarkan punggungku kepadaMu semata, dengan harap dan cemas kepadaMu, aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada nabi yang Engkau utus”
Dan hendaklah engkau jadikan do'a tadi sebagai penutup dari pembicaranmu malam itu. Maka jika engkau meninggal pada malam itu niscaya engkau meninggal di atas fitrah.

Aamiin ya robbal 'alamin...

Mulai saat ini khusus nya untuk para sahabat ISBAD'er dan umum nya untuk semua kaum muslimin untuk senantiasa mengikuti dan meneladani junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. bukan cuma dari cara beribadah nya Rasulullah saja tapi mencakup semua tata cara dan perilaku nabi besar kita semasa beliau hidup.

Redaksi ISBAD : Rais Helmi

AWAS KANKER HATI

Ilustrasi Gambar Hati
Para dokter di NATIONAL TAIWAN Hospital melakukan penemuan terbaru, penyebab utama kerusakan hati adalah...

👉 Tidur terlalu malam.
👉 Bangun terlalu siang.

Jangan tidur lewat dr jam 22 malam, karena malam hari.....

❤ jam 23.00-01.00 adalah Proses Detox di bagian hati, harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas.
❤ jam 01.00-03.00 Proses Detox di bagian Empedu harus dalam kondisi tidur.
❤ jam 03.00-05.00 Proses Detox bagian Paru-paru.
❤ jam 05.00-07.00 Proses Detox bagian Usus Besar, sebaiknya Buang Air Besar.
❤ jam 07.00-09.00 Proses Penyerapan Gizi bagi Usus Halus, jadi harus makan pagi.

🌹 Begadang & bangun terlalu siang mengacaukan Metabolisme tubuh.
🌹 jam 00.00-04.00 dini hari adalah waktu bagi Sumsum Tulang Belakang utk memproduksi darah.

🌺So...Keep Your Health Guys.. Share ke orang-orang yg kamu sayangi.

Redaksi ISBAD : Ajat Sudrajat

Senin, 22 Desember 2014

Kemuliaan Seorang Ibu

Ilustrasi Foto

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ 
الْمُسْلِمِينَ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)

Ayat diatas menjelaskan akan hak ibu terhadap anaknya. Ketahuilah, bahwasanya ukuran terendah mengandung sampai melahirkan adalah 6 bulan (pada umumnya adalah 9 bulan 10 hari), ditambah 2 tahun menyusui anak, jadi 30 bulan. Sehingga tidak bertentangan dengan surat Luqman ayat 14 (Lihat Tafsiir ibni Katsir VII/280)

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)

Dalam ayat ini disebutkan bahwa ibu mengalami tiga macam kepayahan, yang pertama adalah hamil, kemudian melahirkan dan selanjutnya menyusui. Karena itu kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalammenghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah)

Begitu pula dengan Imam Adz-Dzahabi rahimahullaah, beliauberkata dalam kitabnya Al-Kabaair,
Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun.
Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
Dia telah menyusuimu dari putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu.
Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu dari pada dirinya serta makanannya.
Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.
Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu.
Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras.
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik.
Dia selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu.
Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar.
Engkau puas minum dalam keadaan dia kehausan.
Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu.
Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat.
Berat rasanya atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah.
Engkau kira ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek.
Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.
Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut.
Engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu.
Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin.
(Akan dikatakan kepadanya),

ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ يَدَاكَ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ

“Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya”. (QS. Al-Hajj : 10), (Al-Kabaair hal. 53-54, Maktabatush Shoffa, Dar Albaian)

Demikianlah dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi tentang besarnya jasa seorang ibu terhadap anak dan menjelaskan bahwa jasa orang tua kepada anak tidak bisa dihitung.
Yah, kita mungkin tidak punya kapasitas untuk menghitung satu demi satu hak-hak yang dimiliki seorang ibu. Islam hanya menekankan kepada kita untuk sedapat mungkin menghormati, memuliakan dan menyucikan kedudukan sang ibu dengan melakukan hal-hal terbaik yang dapat kita lakukan, demi kebahagiannya.

Contoh manusia terbaik yang berbakti kepada Ibunya

Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang yaman itu bersenandung,

إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ – إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرُ

Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh.
Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.

Orang itu lalu bertanya kepada Ibn Umar, “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” (Adabul Mufrad no. 11;  Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dalam sebuah riwayat diterangkan:
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya seseorang mendatanginya lalu berkata: bahwasanya aku meminang wanita, tapi ia enggan menikah denganku. Dan ia dipinang orang lain lalu ia menerimanya. Maka aku cemburu kepadanya lantas aku membunuhnya. Apakah aku masih bisa bertaubat? Ibnu Abbas berkata: apakah ibumu masih hidup? Ia menjawab: tidak. Ibnu Abbas berkata: bertaubatlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan dekatkanlah dirimu kepadaNya sebisamu. Atho’ bin Yasar berkata: maka aku pergi menanyakan kepada Ibnu Abbas kenapa engkau tanyakan tentang kehidupan ibunya? Maka beliau berkata: ‘Aku tidak mengetahui amalan yang paling mendekatkan diri kepada Allah ta’ala selain berbakti kepada ibu’. (Hadits ini dikeluarkan juga oleh Al Baihaqy di Syu’abul Iman (7313), dan Syaikh Al Albany menshahihkannya, lihat As Shohihah (2799))

Pada hadits di atas dijelaskan bahwasanya berbuat baik kepada ibu adalah ibadah yang sangat agung, bahkan dengan berbakti kepada ibu diharapkan bisa membantu taubat seseorang diterima Allah ta’ala. Seperti dalam riwayat di atas, seseorang yang melakukan dosa sangat besar yaitu membunuh, ketika ia bertanya kepada Ibnu Abbas, apakah ia masih bisa bertaubat, Ibnu Abbas malah balik bertanya apakah ia mempunyai seorang ibu, karena menurut beliau berbakti atau berbuat baik kepada ibu adalah amalan paling dicintai Allah sebagaimana membunuh adalah termasuk dosa yang dibenci Allah.
Berbuat baik kepada ibu adalah amal sholeh yang sangat bermanfaat untuk menghapuskan dosa-dosa. Ini artinya, berbakti kepada ibu merupakan jalan untuk masuk surga.

Jangan Mendurhakai Ibu

Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عن المغيرة بن شعبة قال : قال النبي صلى الله عليه و سلم : إن الله حرم عليكم عقوق الأمهات ووأد البنات ومنع وهات . وكره لكم قيل وقال وكثرة السؤال وإضاعة المال

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan kalian berbuat durhaka kepada ibu-ibu kalian, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menolak kewajiban dan menuntut sesuatu yang bukan menjadi haknya. Allah juga membenci jika kalian menyerbarkan kabar burung (desas-desus), banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” (Hadits shahih, riwayat Bukhari, no. 1407; Muslim, no. 593, Al-Maktabah Asy-Syamilah)

Ibnu Hajar memberi penjelasan sebagai berikut, “Dalam hadits ini disebutkan ‘sikap durhaka’ terhadap ibu, karena perbuatan itu lebih mudah dilakukan terhadap seorang ibu. Sebab,ibu adalah wanita yang lemah. Selain itu, hadits ini juga memberi penekanan, bahwa berbuat baik kepada itu harus lebih didahulukan daripada berbuat baik kepada seorang ayah, baik itu melalui tutur kata yang lembut, atau limpahan cinta kasih yang mendalam.” (Lihat Fathul Baari V : 68)
Sementara, Imam Nawawi menjelaskan, “Di sini, disebutkan kata ‘durhaka’ terhadap ibu, karena kemuliaan ibu yang melebihi kemuliaan seorang ayah.” (Lihat Syarah Muslim XII : 11)

Buatlah Ibu Tertawa

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جئْتُ أبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ، وَتَرَكْتُ أَبَوَيَّ يَبْكِيَانِ، فَقَالَ : ((اِرْخِعْ عَلَيْهِمَا؛ فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا))

“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.” (Shahih : HR. Abu Dawud (no. 2528), An-Nasa-i (VII/143), Al-Baihaqi (IX/26), dan Al-Hakim (IV/152)

Jangan Membuat Ibu Marah

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ : رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَاالْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَلَدِ.

“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata, “Ridha Allah tergantung ridha orang tua dan murka Allah tergantung murka orang tua. (Adabul Mufrod no. 2. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Kandungan hadits diatas ialah kewajiban mencari keridhaan kedua orang tua sekaligus terkandung larangan melakukan segala sesuatu yang dapat memancing kemurkaan mereka.
Seandainya ada seorang anak yang durhaka kepada ibunya, kemudian ibunya tersebut mendo’akan kejelekan, maka do’a ibu tersebut akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dalam hadits yang shahih Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ، لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ.

“Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak diragukan tentang do’a ini: (1) do’a kedua orang tua terhadap anaknya, (2) do’a musafir-orang yang sedang dalam perjalanan-, (3) do’a orang yang dizhalimin.” (Hasan : HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 32, 481/Shahiih Al-Adabil Mufrad (no. 24, 372))

Jika seorang ibu meridhai anaknya, dan do’anya mengiringi setiap langkah anaknya, niscaya rahmat, taufik dan pertolongan Allah akan senantiasa menyertainya. Sebaliknya, jika hati seorang ibu terluka, lalu ia mengadu kepada Allah, mengutuk anaknya. Cepat atau lambat, si anak pasti akan terkena do’a ibunya.
Wal iyyadzubillaah..

Saudariku…jangan sampai terucap dari lisan ibumu do’a melainkan kebaikan dan keridhaan untukmu. Karena Allah mendengarkan do’a seorang ibu dan mengabulkannya. Dan dekatkanlah diri kita pada sang ibu, berbaktilah, selagi masih ada waktu…

Sumber
Artikel                  : muslimah.or.id
Penulis                : Hilda Ummu Izzah
Muraja’ah           : Ustadz Ammi Nur Baits
Editing Fhoto    : Redaksi ISBAD

Jumat, 19 Desember 2014

Tobat

sujud2

Para ulama berkata, Bertobat itu hukumnya wajib dari segala dosa. Apabila kemaksiatan itu terjadi antara seorang hamba dan Allah SWT saja dan tidak ada hubungannya dengan hak orang lain, maka bertobat dalam hal ini harus memenuhi tiga syarat;
Pertama, berhenti dari kemaksiatan.
Kedua, menyesali atas kemaksiatan yang ia lakukan.
Ketiga, bertekad untuk tidak mengulangi kemaksiatan tersebut untuk selamanya.
Apabila salah satu dari tiga syarat tersebut ada yang tidak terpenuhi, maka tobatnya tidak sah/tidak diterima.

Apabila kemaksiatan itu terjadi antara sesama manusia, maka syarat-syarat tobat dalam hal ini ada empat, yaitu ketiga syarat yang sudah disampaikan sebelumnya dan melepaskan diri dari hak orang yang bersangkutan. Apabila hak tersebut berupa harta benda atau semisalnya, maka ia harus mengembalikannya kepada yang bersangkutan. Jika hak tersebut berupa hukuman tuduhan zina atau semisalnya, maka hendaklah ia menyerahkan diri untuk dikenai hukuman atau meminta pengampunan dari orang yang bersangkutan. Jika ia berupa pengumpatank maka hendaklah ia meminta dimaafkan dari umpatannya tersebut.

Tobat adalah berhenti dari maksiat kepada Allah menuju taat kepada-Nya, meminta maaf kepada orang yang dituduh zina dan semisalnya jika kesalahan ini sampai kepada orang yang bersangkutan. Jika belum sampai kepada orang yang bersangkutan, maka cukup hanya beristighfar, sebagai mana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :
“Kaffarat orang yang terlah engkau umpat ialah engkau memohonkan ampun untuknya.”

Allah berfirman :
“Dan bertobatlah engkau semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, pasti kamu beruntung” (QS : An-Nur : 31)

Kitab Riyadhus Shalihin

Ditulis oleh : Imam An-Nawawi
Sumber       : http://www.smstauhiid.com
                     Redaksi ISBAD

Subhanallah, Pertolongan Allah bagi Hamba-Nya pecinta Al-Qur'an

Longsor Banjar Negara


Kami mendapatkan informasi dari teman-teman DPU Daarut Tauhiid dan berita dari Koran Tribun, bahwa ada rumah yang selamat dari longsor di banjarnegara.

Rumah seorang guru mengaji, yang setiap malam selalu dilantunkan Ayat Al-Quran.
semoga kita bisa memetik banyak hikmah dari musibah ini.

dan semoga Allah melimpahkan kesabaran kepada saudara-saudara kita yang terkena musibah.

Sumber : Koran Tribun
               http://smstauhiid.com
              Redaksi ISBAD

Jumat, 12 Desember 2014

Mengucapkan Selamat Natal


Muslim  : "Bagaimana natalmu?"
David     : "Baik, kau tidak mengucapkan selamat natal padaku??"

Muslim : "Tidak. Agama kami menghargai toleransi antar agama, termasuk agamamu. Tapi urusan ini, agama saya melarangnya..!!"
David  : "Tapi kenapa?? Bukankah hanya sekedar kata2? Teman2 muslimku yg lain mengucapkannya padaku??"

Muslim : "Mungkin mereka belum mengetahuinya, David. Bisakah kau mengucapkan dua kalimat Syahadat?"
David   : "Oh tidak, saya tidak bisa mengucapkannya... Itu akan mengganggu kepercayaan saya..!"

Muslim  : "Kenapa?? Bukankah hanya kata2? Ayo, ucapkanlah..!!"
David     : "Sekarang, saya mengerti.."

Inilah yang menyebabkan Buya Hamka memilih meninggalkan jabatan dunia sebagai Ketua MUI ketika di desak pemerintah untuk mengucapkan "Selamat Natal" yang meskipun anggapan HANYA BERUPA KATA-KATA keakraban/toleransi namun disisi Allah SWT nilainya justru menunjukkan kerendahan aqidah seorang hamba yang tidak faham / tidak mau mengerti akan konsep ilmu agama yg disisi lain faham akan ilmu-ilmu umum yang sifatnya tiada kekal, tak berimbas akan keselamatan akheratnya yg abadi.
In memoriam Buya Hamka...

Oleh : Ustd. Rais Helmi (Redaksi ISBAD)

Rabu, 10 Desember 2014

Syafa'at Al-Qur'an Di Dalam Kubur

Menampilkan IMG_20140930_211001.jpg


Semoga kita termasuk di dalam golongan orang ini... aamiin

Pertolongan Al-Qur'an di Alam Kubur. 

Dari Sa’id bin Sulaim ra, Rasulullah SAW bersabda :
“Tiada penolong yang lebih utama derajatnya di sisi Allah SWT pada hari Kiamat dari pada Al-Qur’an. Bukan nabi, bukan malaikat & bukan pula yg lainnya.” 
(Abdul Malik bin Habib-Syarah Ihya).

Bazzar meriwayatkan dalam kitab La’aali Masnunah bahwa jika seseorang meninggal dunia, ketika orang-orang sibuk dengan kain kafan & persiapan pengebumian di rumahnya, tiba-tiba seseorang yg sangat tampan berdiri di kepala mayat, Ketika kain kafan mulai dipakaikan, dia' berada di antara dada & kain kafan.

Setelah dikuburkan & orang-orang mulai meninggalkannya, datanglah 2 malaikat. Yaitu Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir yang berusaha memisahkan orang tampan itu dari mayat agar memudahkan tanya jawab.
Tetapi si tampan itu berkata: ”Ia adalah sahabat karibku, Dalam keadaan bagaimanapun aku tidak akan meninggalkannya.
Jika kalian ditugaskan utk bertanya kepadanya, lakukanlah pekerjaan kalian. Aku tidak akan berpisah dari orang ini sehingga ia dimasukkan ke dalam syurga.”

Lalu ia berpaling kepada sahabatnya dan berkata,”Aku adalah Al-Qur'an yang terkadang kamu baca dengan suara keras dan terkadang dengan suara perlahan. Jangan khawatir setelah menghadapi pertanyaan Munkar dan Nakir ini, engkau tidak akan mengalami kesulitan.”

Setelah para malaikat itu selesai memberi pertanyaan, ia menghamparkan tempat tidur dan permadani sutera yang penuh dengan kasturi dari Mala’il A’la. (Himpunan Fadhilah Amal : 609)

Allahu Akbar, selalu saja ada getaran haru selepas membaca hadits ini. Getaran penuh pengharapan sekaligus kekhawatiran, Getaran harap karena tentu saja mengharapkan Al-Quran yg kita baca dapat menjadi pembela kita di hari yg tidak ada pembela.
Sekaligus getaran takut, kalau-kalau Al-Qur'an akan menuntut kita.
ya ALLAH… terimalah bacaan Al-Qur'an kami. Sempurnakanlah kekurangannya.

Banyak riwayat yang menerangkan bahwa Al-Qur'an adalah pemberi syafa’at yg pasti dikabulkan ALLAH SWT. Aamiin

Oleh : Ustd. Rais Helmi (Redaksi ISBAD)

Senin, 08 Desember 2014

Lima Kisah Hidup Kembali setelah Mati di Dalam Al Qur`an


Suatu perkara yang wajib diimani dan tidak boleh diragukan adalah kekuasaan Allah untuk menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Pada tulisan kali ini, kami akan menyebutkan lima kisah tentang hidupnya kembali seseorang atau suatu kaum setelah diwafatkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala yang disebutkan di dalam surat Al Baqarah.

1. Kisah tujuh puluh orang umat Nabi Musa ‘alaihis salam mati tersambar petir.

Kejadian ini terjadi ketika sebagian umat Nabi Musa ‘alaihis salam yang berjumlah tujuh puluh orang menuntut kepada beliau agar dapat menunjukkan wujudnya Allah ta’ala kepada mereka secara jelas dan terang. Jika Musa tidak mampu untuk memenuhi permintaan mereka tersebut, maka mereka tidak bersedia untuk beriman kepada Musa.

Namun ternyata Allah tidak menyukai perilaku mereka itu dan murka terhadap mereka. Allah pun menurunkan azab kepada mereka dengan menyambarkan petir kepada mereka. Ketika petir itu menyambar sebagian dari mereka, sebagian orang yang lainnya menyaksikan hal tersebut hingga kemudian merekapun disambar oleh petir pula.

Setelah mereka semua mati akibat disambar petir, barulah Allah menghidupkan mereka kembali agar mereka sadar dan mau bertaubat dari kesalahan mereka tadi.

Kejadian ini Allah sebutkan di dalam surat Al Baqarah ayat 55-56:

وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (55) ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“(Ingatlah) ketika kalian berkata: “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas!” sehingga karena itu kalian disambar halilintar, sedangkan kalian saling menyaksikan (satu sama lain). Setelah itu Kami bangkitkan kalian sesudah kalian mati agar kalian bersyukur.”

2. Peristiwa terbunuhnya seseorang dari kaum Nabi Musa ‘alaihis salam.

Pada suatu hari, ada seorang umat Nabi Musa ‘alaihis salam yang mati terbunuh dan pelaku pembunuhannya tidak diketahui. Terjadilah perselisihan di antara sesama mereka dan saling tuduh-menuduh dengan mengatakan: “Kalianlah yang membunuh orang itu!” Lalu yang lain membalas: “Justru kalianlah yang sebenarnya membunuh dia!”

Akhirnya mereka melaporkan kejadian ini kepada Nabi Musa. Lalu beliau memerintahkan mereka untuk menyembelih seekor sapi betina dengan ciri-ciri khusus. Setelah sapi betina itu disembelih, lalu Allah memerintahkan untuk mengambil salah satu bagian dari anggota tubuh sapi betina tersebut untuk kemudian dipukulkan kepada orang yang telah mati dibunuh tadi.

Setelah orang mati itu dipukul dengan salah satu bagian anggota tubuh sapi betina tersebut, lalu tiba-tiba orang mati itu menjadi hidup kembali. Lalu orang-orang menanyakan kepada dia siapakah orang yang telah membunuhnya. Diapun kemudian memberitahukan kepada mereka nama orang yang telah membunuhnya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (72) فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِ اللَّهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“(Ingatlah), ketika kalian membunuh jiwa (seorang manusia) lalu kalian saling tuduh menuduh tentang itu, dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kalian sembunyikan. Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kalian berpikir.” [QS. Al Baqarah: 72-73]

3. Kisah penduduk negeri yang pergi menghindari wabah penyakit menular.
Pada masa dahulu kala di suatu negeri, terjangkitlah suatu wabah penyakit menular yang sangat berbahaya sehingga dapat menyebabkan kematian. Karena takut akan kematian, maka merekapun pergi meninggalkan negeri tersebut. Jumlah mereka cukup banyak, yaitu mencapai ribuan orang. Mereka menyangka bahwa dengan pergi keluar dari negeri tersebut mereka akan selamat dari kematian.

Ternyata persangkaan mereka itu adalah salah. Demi menunjukkan kekuasaan-Nya, Allah mematikan mereka seluruhnya. Setelah beberapa waktu lamanya mereka mati, akhirnya Allah kembali menghidupkan mereka agar mereka menyadari bahwa kematian itu sepenuhnya merupakan ketetapan Allah yang tidak bisa dihindari dan bahwasanya Allah itu berkuasa untuk menghidupkan kembali orang yang telah mati.

Kisah ini Allah ceritakan di dalam surat Al Baqarah ayat 243:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka sebanyak ribuan orang karena takut mati, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kalian!”, kemudian Allah menghidupkan mereka (kembali). Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”

4. Kisah seorang musafir.

Pada suatu ketika, ada seseorang yang melakukan perjalanan dengan menunggangi keledai. Setelah beberapa lama melakukan perjalanan, sampailah dia di sebuah kota yang tidak berpenghuni lagi dan bangunan-bangunan di sana sudah banyak yang roboh dan rusak.

Dia mengamati kota tersebut dan merasa takjub. Muncul di pikirannya bahwa kota yang penduduknya telah mati dan bangunannya telah hancur dan rusak parah sedemikian rupa, bagaimanakah caranya bila Allah ingin menghidupkan dan mengembalikan kota ini seperti sedia kala.

Lalu Allah mematikan orang tersebut selama seratus tahun, sehingga tinggallah keledai dan bekal makanan dan minumannya begitu saja di situ. Tak berapa lama kemudian, keledai itupun ikut mati di dekatnya.

Setelah seratus tahun berlalu, Allah menghidupkan kembali orang tersebut dan bertanya kepadanya: “Berapa lama engkau berada di sini?” Orang itu menjawab: “Saya baru berada di sini sekitar setengah hari atau satu hari saja.” Allah berkata: “Sebenarnya engkau telah berada di sini selama seratus tahun. Coba engkau lihat bekal makanan dan minumanmu, ia masih belum berubah. Lihatlah pula keledaimu, Kami ingin menjadikanmu sebagai bukti tanda kekuasaan-Ku kepada umat manusia. Perhatikanlah tulang keledaimu, bagaimanakah cara Kami menyusun dan menyambungnya kembali satu sama lain, kemudian setelah itu Kami balut ia dengan daging.”

Setelah orang itu melihat tanda kekuasaan Allah yaitu bagaimana Allah menghidupkan kembali binatang yang telah mati dan menjadi tulang belulang yang berserakan, diapun berkata: “Saya telah meyakini bahwasanya Allah itu Maha berkuasa atas segala sesuatu.”

Kisah ini disebutkan oleh Allah ta’ala di dalam surat Al Baqarah ayat 259:

أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانْظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Atau (tidakkah kamu tidak memperhatikan kisah) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah ia hancur?” Maka Allah mematikan orang itu selama seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Dia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah, dan lihatlah kepada keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

5. Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menyembelih burung.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah seorang yang sangat yakin akan kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Akan tetapi muncul di dalam hatinya suatu keinginan untuk dapat menyaksikan hal ini secara langsung dengan mata kepalanya sendiri sehingga keimanannya menjadi semakin kuat dan mantap. Oleh karena itu, beliau memohon kepada Allah agar dapat ditunjukkan kepadanya hal tersebut.

Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan permintaan Nabi Ibrahim. Untuk itu, Allah memerintahkan beliau untuk menangkap hidup-hidup empat ekor burung, kemudian dikumpulkan, dan setelah itu barulah dipotong-potong hingga menjadi bagian-bagian yang kecil. Kemudian setelah itu, beliau diperintahkan untuk menyebarkan potongan-potongan kecil dari keempat ekor burung tadi secara merata di beberapa buah gunung.

Setelah selesai melakukan hal tersebut, Allah ‘azza wa jalla memerintahkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam untuk memanggil keempat burung tersebut. Kemudian tiba-tiba, beliau melihat suatu kejadian yang sangat menakjubkan, yaitu potongan-potongan burung tadi kembali bersatu dan menjadi empat ekor burung yang utuh dan sempurna seperti semula dan semuanya berkumpul kembali ke hadapan Nabi Ibrahim.

Kisah ini Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan di dalam surat Al Baqarah ayat 260:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Wahai Rabbku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu ?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku). Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwasanya Allah itu ‘Aziz (Maha Perkasa) lagi Hakim (Maha Bijaksana).”

Demikianlah lima kisah yang menunjukkan kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Amin.

Sumber : http://muslimina.blogspot.com
               Redaksi ISBAD

Minggu, 07 Desember 2014

Temuan Kuburan Pekerja Piramida Bantah Kisah Sedih Bangsa Yahudi


Sumber-sumber Israel mengatakan bahwa penemuan arkeologi Mesir baru-baru ini yaitu komplek kuburan para pekerja yang terlibat dalam pembangunan Piramida Mesir, telah menyangkal tuduhan dan kebohongan propaganda dari zionis Yahudi terhadap keterlibatan “Bani Israel” yang terlibat kerja paksa dalam pembangunan piramida.

Pengumuman dari Dr Zahi Hawass, kepala Otoritas Kepurbakalaan Mesir menyatakan bahwa penemuan arkeologi baru-baru ini adalah makam para pekerja yang membangun Piramida Giza, berdekatan dengan kuburan raja-raja Firaun Mesir, ia menyatakan bahwa kuburan yang ditemukan tersebut adalah kuburan para pekerja bayaran yang ikut berpartisipasi dalam membangun piramida.

Hal ini menjadi bantahan serta merusak semua “kisah” sedih yang diriwayatkan oleh kaum yahudi yang merasa tertindas selama di Mesir karena dipaksa kerja membangun piramida oleh Firaun.

Surat kabar Yediot Aharonot memberitakan dalam konteks laporan terkait sejarah Yahudi, selalu tercantum rincian tentang sejarah perbudakan Yahudi di Mesir – dimana mereka dipaksa untuk melakukan kerja paksa dalam membangun piramida, sehingga membuat semua orang Yahudi pada masa Mesir kuno dianggap sebagai simbol perbudakan, namun dengan diumumkannya penemuan kuburan pekerja yang membangun piramida membuat hancur “kisah” memilukan bangsa Yahudi yang menjadi budak di Mesir yang sering kisah penderitaan ini dijadikan oleh Yahudi sebagai bahan “jualan” mereka untuk mendukung penjajahan terhadap tanah Palestina.

Surat kabar tersebut juga memperlihatkan bahwa penemuan makam-makam Mesir kuno yang diprediksi dibangun sekitar tahun 4000 SM – yang berisi kuburan para pekerja yang terlibat dalam membangun piramida, terungkap bahwa para pekerja ini adalah orang bebas dan bukanlah budak, bertentangan dengan kisah-kisah Yahudi yang biasa beredar ditengah masyarakat.

Rafael Vantrop seorang ahli ilmu pengetahuan tentang Mesir di Universitas Tel Aviv Israel, menyatakan bahwa ia tidak terkejut terhadap temuan tersebut.

Ia mengatakan: “Mereka yang akrab dengan isu pembangunan piramida akan menemukan bahwa mereka yang membangun piramida bukanlah budak dan ditemukan bahwa mereka juga bukan “Bani Israel”, suatu kesalahan mengatakan yang membangun piramida adalah para budak Yahudi, dan selama beberapa tahun banyak bukti ditemukan bahwa para pekerja yang membangun piramida tinggal di desa-desa atau di permukiman yang terletak tidak jauh dari lokasi piramid dan ada banyak temuan arkeologi yang menunjukkan hal ini.

Para ahli Israel mengatakan, proses membangun piramida adalah proses yang sangat sulit yang telah mengumpulkan banyak petani yang bekerja di bidang pertanian di tepi Sungai Nil untuk bekerja dalam membangun piramida.(fq/imo)

Sumber : http://muslimina.blogspot.com
               Redaksi ISBAD

Gaya Militer Utsmani dalam Struktur Laskar Diponegoro

Pangeran Diponegoro

Hubungan Indonesia dengan kekhilafahan Islam di Turki sudah terjalin cukup lama. Hal ini terbukti sistem struktur pasukan diponegoro menyerupai pasukan Turki Utsmani.

Laskar Diponegoro merupakan barisan pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro untuk melawan penjajahan Belanda di Jawa. Perang ini sangat merepotkan Belanda berlangsung dalam kurun 1825-1830 M. Belanda terpaksa menarik pasukan yang sedang ditugaskan meredam perang Padri di Sumatra Barat untuk dipusatkan di Jawa. Perang ini dikenal dengan Perang Jawa (Java Oorlog).

Pangeran Diponegoro menjadikan Gua Selarong yang terletak di dusun Kentolan lor, Guwosari, Pajangan, Bantul di Yogyakarta sebagai markas militernya. Gua Selarong ini digunakan sebagai tempat untuk menyusun kekuatan pasukan dalam rangka melaksanakan Jihad Fisabilillah atau perang di jalan Allah. Kawasan Gua Selarong merupakan tempat yang strategis untuk basis peperangan. Kawasan ini dikelilingi lembah, benteng-benteng alam dan gua. Tempat ini terletak 10 km di sebelah barat daya kota Yogyakarta.

Pepatah mengatakan “Ada asap pasti ada api”. Ada perang yang dipimpim oleh diponegoro pasti ada sebabnya. Di antara sebab Perang Jawa adalah adat kebiasaan keraton di langgar oleh para pembesar Belanda, sehingga para pembesar Belanda bisa duduk sejajar dengan sultan. Masuknya pengaruh budaya barat yang meresahkan para ulama serta golongan bangsawan, seperti pesta dansa dan minum-minuman keras. Dan banyaknya pajak yang dibebankan kepada rakyat, seperti pajak tanah, rumah dan ternak. Sebab yang lain Belanda ingin membuat jalan yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Magelang yang menerjang desa Tegalrejo menggusur beberapa rumah dan jalan ini menerjang makam leluhur pangeran Diponegoro.

Java Oorlog

Perang Jawa ini berkobar lama dan berdarah, ratusan ribu korban jatuh, terutama dari pihak Muslim. Belanda sendiri kehilangan ribuan prajurit dan kasnya hampir kosong untuk membiayai perang. Belanda menghadapi musuh berat yang menentangnya bukan semata sebagai kekuatan penjajah yang merampas hak, namun sebagai kekuatan kafir yang membahayakan akidah Islam.

Perang jawa ini mendapat dukungan dari berbagai penjuru. Bahkan para pengeran pun turut bergabung dalam perjuangan Diponegoro ini. Golongan bangsawan tinggi keraton Yogyakarta yang ikut berperang bersama pangeran Diponegoro antara lain para putra Sri Sultan Hamengku Buwono I, II dan III yang berjumlah 23 orang. Serta cucu mereka berjumlah sekitar 54 orang. Laskar Diponegoro juga mendapat dukungan dari para bangsawan yang berjumlah 74 orang, semuanya menggabungkan diri dengan pasukan Diponegoro di gua Selarong.

Pangeran Diponegoro dibantu oleh pangeran Puger yang bertindak sebagai penasihat besar dan bertugas membereskan segala macam urusan kerumahtanggan keluarga diponegoro. Juga dibantu pangeran Bei (Pangeran Ngabehi Jayakusuma) yang bertindak sebagai panglima perang bertugas pengatur siasat dan strategi perang, sekaligus penasihat Diponegoro. Dan juga dibantu Sentot Prawirodirjo, seorang senopati muda yang bertindak sebagai panglima perang diponegoro. Ia dikenal sebagai Sento Ali Basha, seorang panglima perang yang gagah berani, serta mashur sebagai ahli siasat perang.

Perlawanan Pangeran Diponegoro disusun dengan struktur militer Turki. Nama berbagai kesatuannya merupakan adaptasi dari nama kesatuan militer Khilafah Utsmani. Panglima tertingginya adalah Sentot Ali Basha, adaptasi dari gelar Ali Pasha bagi jenderal militer Turki. Sementara unit-unitnya antara lain bernama Turkiyo, Bulkiyo dan Burjomuah menunjukkan pengaruh Turki. Bulkiyo adalah adaptasi lidah jawa bagi Boluk, struktur pasukan Turki dengan kekuatan setara resimen. Sementara jabatan komandannya adalah Bolukbashi.

Susunan militer khas Turki ini membedakan pasukan Diponegoro dengan pasukan Mangkunegaran Surakarta yang menggunakan struktur legiun (mengadopsi sistem Perancis). Juga berbeda dengan kesultanan Yogyakarta yang menggunakan struktur bregodo (brigade, mengadopsi sistem Belanda).

Kiriman Senjata

Tak hanya struktur militer ala Turki, Belanda bahkan mencurigai bahwa ada kiriman senjata dari Turki melalui pantai selatan Jawa. Karenanya pantai yang menghadap Samudera Hindia ini dijaga ketat. Deretan benteng kokoh dibangun Belanda menghadap lautan selatan. Sisanya antara lain masih bisa ditemukan di Cilacap, Jawa Tengah, dan Pangandaran, Jawa Barat. Penduduk lokal kini menyebutnya benteng pendhem (terpendam) karena sebagian strukturnya terpendam di bawah tanah.

Tak cukup dengan benteng berbentuk tembok fisik, benteng mitos agaknya juga dibangun oleh Belanda. Termasuk dengan menanamkan mitos tentang keramatnya pantai selatan. Belakangan muncullah mitos tentang Ratu Kidul yang hingga kini masih disembah dengan berbagai ritual oleh keraton maupun penduduk pesisir selatan.

Mitos tentang pantai selatan itu membuat penduduk lokal selalu dibayang-bayangi ketakutan pada kemurkaan Ratu Kidul. Mereka takut dan enggan mengeksplorasi potensinya. Termasuk potensinya sebagai gerbang hubungan internasional dengan dunia luar. Inilah yang diharapkan Belanda, perjuangan Muslim di Nusantara terisolir dari dunia Islam.

Dugaan penciptaan mitos oleh Belanda ini tidak berlebihan. Di antara program yang intens dilakukan oleh Belanda melalui sisi budaya adalah nativikasi. Upaya mengembalikan penduduk Muslim di Nusantara pada kepercayaan dan agama “asli” atau lokal. Program inilah yang mendorong Belanda tak segan mengeluarkan dana besar untuk mengkaji naskah-naskah kuno yang kini kebanyakan tersimpan di Leiden.

Hasil riset itu kemudian diwujudkan dalam tulisan-tulisan dan kitab-kitab yang kerap menjadi pegangan kelompok Kejawen seperti Darmogandhul dan Gathuloco. Isinya mengagungkan kehidupan Jawa pra-Islam, melecehkan syariat Islam dan mempromosikan teologi Kristen secara tersamar. Meski dianggap kitab kuno, penelitian sejarawan Muslim seperti Susiyanto dari Pusat Studi Peradaban Islam menunjukkan bahwa kitab-kitab itu dikarang pada era Belanda dan memuat ajaran teologi Kristen.

Sisa Laskar Diponegoro

Pada tanggal 28 maret 1830 pangeran Diponegoro dihianati dalam suatu perundingan di Magelang. Jendral de kock menangkap beliau kemudian diasingkan ke Manado kemudian di pindah ke penjara Rotterdam yang berada di Makasar. Tepat pada tanggal 8 Januari 1855 sehabis shalat subuh, pangeran Diponegoro menemui kesyahidannya di tempat pengasingan dalam usia telah mencapai 70 tahun.

Setelah penangkapan pangeran Diponegoro, hal ini tidak membuat perlawan terhadap Belanda surut tetapi tetap belangsung. Keturunan pangeran Diponegoro beserta pengikutnya yang masih setia tetap menjalankan perintah pangeran Diponegoro. Mereka tetap melakukan Jihad fisabilillah melawan pemerintah Belanda. Mereka tersebar kedalam beberapa wilayah, seperti Semarang, Kedu, Banyumas, Kebumen, dan Purworejo.

Sumber : Jelajah majalah An-najah edisi 92
               http://muslimina.blogspot.com
              Redaksi ISBAD

Sabtu, 06 Desember 2014

Tangisan Imam Abu Hanifah




Numan bin Tsabit atau yang biasa kita kenal dengan Abu Hanifah, atau populer disebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dengan anak kecil yang berjalan mengenakan sepatu kayu.
Sang imam berkata, "Hati-hati, Nak dengan sepatu kayumu itu Jangan sampai kau tergelincir."
Bocah ini pun tersenyum dan mengucapkan "terima kasih" atas perhatian Abu Hanifah.
"Bolehkah saya tahu namamu, Tuan?" tanya si bocah.
"Nu'man namaku," Jawab sang imam.

"Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a'dhom (Imam agung) itu..??" Tanya si bocah
"Bukan aku yang memberi gelar itu, Masyarakatlah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku." Jawab imam Hanafi.
"Wahai Imam, hati - hati dengan gelarmu.Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka karena gelar, Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia.Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskan mu kedalam api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya."
 
Ulama besar yang diikuti banyak umat Islam itu pun ambruk dalam tangisnya. Imam Abu Hanifah ( Hanafi ) bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.
Betapa banyak manusia tertipu karena jabatan, tertipu karena kedudukan, tertipu karena maqom. Jangan kita jadikan gelar dunia untuk keangkuhan.

Ya karim..

Semoga kita menjadi seseorang yg lebih bertanggung jawab lagi.

Di Tulis Kembali Oleh : Ustd. Rais Helmi (Redaksi ISBAD)

Sumber                      : Alhabib Quraisy Baharun
                                     Jalsatulitsnain 
                                     Majelis Rasulullah SAW

3 KAFARAT, 3 DERAJAT, 3 PENYELAMAT dan 3 MUHLIKAT



Anas bin Malik ra menuturkan, bahwa Baginda Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Ada tiga kafarat, tiga derajat, tiga penyelamat dan tiga muhlikat. 


3 KAFARAT (penebus dosa) adalah :
-menyempurnakan wudhu pada saat cuaca amat dingin
-menunggu waktu-waktu shalat
-dan melangkahkan kaki ke masjid untuk shalat berjamaah.

3 DERAJAT adalah :
-memberi makan (orang lemah dan lapar),
-menebarkan salam
-dan mendirikan shalat malam saat kebanyakan manusia tidur terlelap.

3 PENYELAMAT (munjiyat) adalah:
-berlaku adil dalam keadaan marah ataupun ridha,
-bersikap wajar dalam keadaan kaya ataupun fakir
-serta takut kepada Allah SWT dalam keadaan sepi maupun ramai.

3 MUHLIKAT (penghancur) adalah:
-sifat kikir yang ditaati,
-hawa nafsu yang diikuti
-dan takjub terhadap diri sendiri

(Al-Bazzar, Musnad al-Bazzar, II/290)
Ditulis Ulang Oleh   : Ustd. Rais Helmi (Redaksi ISBAD)

Jumat, 05 Desember 2014

Larangan Memukul Anak Kecil Yang Sedang Menangis

Ilustrasi Gambar

Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam bersabda :
"Janganlah kamu memukul anak- anak kamu di sebabkan mereka menangis dalam masa setahun. Karena pada empat bulan pertama kelahirannya Ia bersyahadat LAA ILAAHA ILLALLAH, Pada empat bulan kedua pula ia berselawat ke atas Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam Dan pada empat bulan seterusnya pula ia mendoakan kedua ayah bunda nya.."

( H.R. Abdullah Ibnu Umar Radiyallahu'anhu )

Baginda Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam menjelaskan bahwa tangisan anak di waktu kecil pada bulan pertama adalah tanda ia bertauhid kepada Tuhan nya dan empat bulan kedua pula ia membacakan selawat kepada Nabi nya dan empat bulan seterus nya ia memohon istighfar untuk kedua ayah bunda nya..

Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam Bersabda :
"Anak-anak sebelum sampai ia baligh maka apa-apa yang di perbuat nya daripada kebaikan maka di tuliskan untuknya dan kedua ibu bapaknya, Dan apa yang di perbuat nya daripada kejahatan maka tiadalah di tulis untuk nya dan tidak pula di tulis untuk kedua ibu bapaknya, Apabila ia telah baligh maka berlakulah yang di tulis itu atasnya ia itu segala amal baik atau buruknya..

( H.R.Imam Anas bin Malik Rahimahullah )

Sabda Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam :
"Siapa yang menyampaikan satu ilmu dan orang membaca mengamalkannya maka dia akan beroleh pahala walaupun sudah tiada.."

(HR. Muslim)

Subhanallah...

Ustd. Rais Helmi (Redaksi ISBAD)

Tangisan Rasulullah SAW

Ilustrasi Gambar

Kisah di hari jum'at yang penuh berkah ini admin akan menceritakan kepada sahabat ISBAD'ers semua, tentang cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Sayyidina Hasan Ra dan Sayyidina Husein.

Suatu saat Sayyidina Husein cucu Rasul Saw kecil mendatangi ibundanya Sayyiddah Fathimah Ra sembari menangis ia berkata
"bundaku kakek(Nabi Saw)lebih mencintai kakaku Sayyidina Hasan dari pada aku".
"mengapa duhai anakku"
ujar Sayyidah Fathimah Ra penuh kelembutan.
"kakek sering menciumi bibir Hasan sedangkan aku hanya dicium leherku"
segera Sayyidah Fathimah membawa Sayyidina Husein Ra pada kakeknya Rasulullah SAW dan menceritakan  keluhan Sayyidina Husein Ra itu, Sembari menatap tajam dan lama Rasulullah SAW pun berkata "anakku Fathimah, hasan memang selalu ku kecup bibirnya. lantaran ia akan mati diracuni oleh orang terdekatnya dan seluruh isi perutnya akan terburai keluar lewat mulutnya."

"Sedangkan engkau..."
Rasulullah SAW menatap Sayyidina Husein lama sekali.
Rasulullah SAW tak bisa meneruskan ucapannya dan akhirnya pingsan beberapa saat.
Setelah siuman/sadar beliau SAW kembali menatap tajam Sayyidina Husein sambil terus menangis berguncang dadanya lantas bertutur kata.
"Sedangankan engkau husein, sering kali kucium lehermu karna engkau akan mati syahid dangan leher terputus....."
dan saat itu keadaan rumah mungil yang penuh cahaya surgawi itupun pecah oleh tangisan Rasulullah SAW Fathimah dan kedua cucunya beliau SAW

(Sholu ala muhammad) 
Di share kembali oleh : M.Sofyan (Redaksi ISBAD)