" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Jumat, 30 Desember 2016

ceramah Ustd. H.MUHAMMAD SYAUQI MZ putra alm. KH.ZAINUDDIN MZ

Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW 28 Rabiul Awal 1438H / 28 dESEMBER 2016 bersama pemuda ISBAD dan warga kampung Bahagia Kreo Selatan, Larangan, Tangerang. BANTEN.
Menghadirkan pembacaan Ayat-ayat suci Al-Qur'an oleh Ustd. H.Nasrullah dan 
Ceramah agama oleh Ustd. H.Muhammad Syauqi MZ (putera alm. KH.Zainuddin MZ),
Yang di hadiri oleh Lurah Kreo Selatan dan jajaran nya Bpk. Turmudzi serta KAMTIBMAS Kreo Selatan turut hadir juga para alim ulama se-Kreo Selatan.

Senin, 28 November 2016

Mengenal Lebih Dekat 3 Putra dan 4 Putri Rasulullah

Pesan Rasulullah SAW untuk Para Pemuda Islam (1)
Berbicara tentang putra dan putri Rasulullah SAW termasuk pembicaraan yang jarang diangkat. Tidak heran, sebagian umat Islam tidak mengetahui berapa jumlah putra dan putri beliau atau siapa saja nama anak-anaknya.

Enam dari tujuh anak Rasulullah terlahir dari ummul mukminin Khadijah binti Khuwailid radhiallahu ‘anha. Rasulullah memuji Khadijah dengan sabdanya,

قَدْ آمَنَتْ بِي إِذْ كَفَرَ بِي النَّاسُ وَصَدَّقَتْنِي إِذْ كَذَّبَنِي النَّاسُ وَوَاسَتْنِي بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِي النَّاسُ وَرَزَقَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَدَهَا إِذْ حَرَمَنِي أَوْلَادَ النِّسَاء
“Ia telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang menahan hartanya tidak membantuku, dan Allah telah menganugerahkan darinya anak-anak tatkala Allah tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain,” (HR Ahmad no.24864)

Saat beliau mengucapkan kalimat ini, beliau belum menikah dengan Maria al-Qibtiyah.
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Rasulullah memiliki tiga orang putra; yang pertama Qasim, namanya menjadi kunyah Rasulullah (Abul Qashim). Qashim dilahirkan sebelum kenabian dan wafat saat berusia 2 tahun. Yang kedua Abdullah, disebut juga ath-Thayyib atau ath-Tahir karena lahir setelah kenabian. Putra yang ketiga adalah Ibrahim, dilahirkan di Madinah tahun 8 H dan wafat saat berusia 17 atau 18 bulan.
Adapun putrinya berjumlah 4 orang; Zainab yang menikah dengan Abu al-Ash bin al-Rabi’, keponakan Rasulullah dari jalur Khadijah, kemudian Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib, lalu Ruqayyah dan Ummu Qultsum menikah dengan Utsman bin Affan.
Rinciannya adalah sebagai berikut :

Putri-putri Rasulullah
Para ulama sepakat bahwa jumlah putri Rasulullah ada 4 orang, semuanya terlahir dari rahim ummul mukminin Khadijah radhiallahu ‘anha.

Pertama, putri pertama Rasulullah adalah Zainab binti Rasulullah.
Zainab radhiallahu ‘anha menikah dengan anak bibinya, Halah binti Khuwailid, yang bernama Abu al-Ash bin al-Rabi’. Pernikahan ini berlangsung sebelum sang ayah diangkat menjadi rasul. Zainab dan ketiga saudarinya masuk Islam sebagaimana ibunya Khadijah menerima Islam, akan tetapi sang suami, Abu al-Ash, tetap dalam agama jahiliyah. Hal ini menyebabkan Zainab tidak ikut hijrah ke Madinah bersama ayah dan saudari-saudarinya, karena ikatannya dengan sang suami.
Beberapa lama kemudian, barulah Zainab hijrah dari Mekah ke Madinah menyelamatkan agamanya dan berjumpa dengan sang ayah tercinta, lalu menyusullah suaminya, Abu al-Ash. Abu al-Ash pun mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk agama mertua dan istrinya. Keluarga kecil yang bahagia ini pun bersatu kembali dalam Islam dan iman. Tidak lama kebahagiaan tersebut berlangsung, pada tahun 8 H, Zainab wafat meninggalkan Abu al-Ash dan putri mereka Umamah.
Setelah itu, terkadang Umamah diasuh oleh kakeknya, Rasulullah SAW . Sebagaimana dalam hadis disebutkan beliau menggendong cucunya, Umamah, ketika shalat, apabila beliau sujud, beliau meletakkan Umamah dari gendongannya.

Kedua, Ruqayyah binti Rasulullah.
Ruqayyah radhiallahu ‘anha dinikahkan oleh Rasulullah dengan sahabat yang mulia Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Keduanya turut serta berhijrah ke Habasyah ketika musyrikin Mekah sudah sangat keterlaluan dalam menyiksa dan menyakiti orang-orang yang beriman. Di Habasyah, pasangan yang mulia ini dianugerahi seorang putra yang dinamai Abdullah.
Ruqayyah dan Utsman juga turut serta dalam hijrah yang kedua dari Mekah menuju Madinah. Ketika tinggal di Madinah mereka dihadapkan dengan ujian wafatnya putra tunggal mereka yang sudah berusia 6 tahun.
Tidak lama kemudian, Ruqoyyah juga menderita sakit demam yang tinggi. Utsman bin Affan setia merawat istrinya dan senantiasa mengawasi keadaannya. Saat itu bersamaan dengan terjadinya Perang Badar, atas permintaan Rasulullah untuk mejaga putrinya, Utsman pun tidak bisa turut serta dalam perang ini. Wafatlah ruqayyah  bersamaan dengan kedatangan Zaid bin Haritsah yang mengabarkan kemenangan umat Islam di Badar.

Ketiga, Ummu Kultsum binti Rasulullah.
Setelah Ruqayyah wafat, Rasulullah menikahkan Utsman dengan putrinya yang lain, Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha. Oleh karena itulah Utsman dijuluki dzu nurain (pemilik dua cahaya) karena menikahi dua putri Rasulullah, sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki sahabat lainnya.
Utsman dan Ummu Kultsum bersama-sama membangun rumah tangga hingga wafatnya Ummu Kultsum pada bulan Sya’ban tahun 9 H. Keduanya tidak dianugerahi putra ataupun putri. Ummu Kultsum dimakamkan bersebelahan dengan saudarinya Ruqayyah radhiallahu ‘anhuma.

Keempat, Fatimah binti Rasulullah.
Fatimah radhiallahu ‘anha adalah putri bungsu Rasulullah SAW . Ia dilahirkan lima tahun sebelum kenabian. Pada tahun kedua hijriyah, Rasulullah menikahkannya dengan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. Pasangan ini dikaruniai putra pertama pada tahun ketiga hijriyah, dan anak tersebut dinamai Hasan. Kemudian anak kedua lahir pada bulan Rajab satu tahun berikutnya, dan dinamai Husein. Anak ketiga mereka, Zainab, dilahirkan pada tahun keempat hijriyah dan dua tahun berselang lahirlah putri mereka Ummu Kultsum.
Fatimah adalah anak yang paling mirip dengan Rasulullah SAW dari gaya bicara dan gaya berjalannya. Apabila Fatimah datang ke rumah sang ayah, ayahnya selalu menyambutnya dengan menciumnya dan duduk bersamanya. Kecintaan Rasulullah terhadap Fatimah tergambar dalam sabdanya,

فاطمة بضعة منى -جزء مِني- فمن أغضبها أغضبني” رواه البخاري
“Fatimah adalah bagian dariku. Barangsiapa membuatnya marah, maka dia juga telah membuatku marah,” (HR. Bukhari)

Beliau juga bersabda,
أفضل نساء أهل الجنة خديجة بنت خويلد، وفاطمة بنت محمد، ومريم بنت عمران، وآسية بنت مُزاحمٍ امرأة فرعون” رواه الإمام أحمد
“Sebaik-baik wanita penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, Asiah bin Muzahim, istri Firaun,” (HR. Ahmad).

Satu-satunya anak Rasulullah yang hidup saat beliau wafat adalah Fatimah, kemudian ia pula keluarga Rasulullah yang pertama yang menyusul beliau. Fatimah radhiallahu ‘anha wafat enam bulan setelah sang ayah tercinta wafat meninggalkan dunia. Ia wafat pada 2 Ramadhan tahun 11 H, dan dimakamkan di Baqi’.

Putra-putra Rasulullah
Pertama, al-Qashim bin Rasulullah.
Rasulullah berkunyah dengan namanya, beliau disebut Abu al-Qashim (bapaknya Qashim). Qashim lahir sebelum masa kenabian dan wafat saat usia dua tahun.

Kedua, Abdullah bin Rasulullah.
Abdullah dinamai juga dengan ath-Thayyib atau ath-Thahir. Ia dilahirkan pada masa kenabian.

Ketiga, Ibrahim bin Rasulullah.
Ibrahim dilahirkan pada tahun 8 H di Kota Madinah. Dia adalah anak terakhir dari Rasulullah SAW , dilahirkan dari rahim Maria al-Qibthiyah radhiallahu ‘anha. Maria adalah seorang budak yang diberikan Muqauqis, penguasa Mesir, kepada Rasulullah. Lalu Maria mengucapkan syahadat dan dinikahi oleh Nabi SAW .

Usia Ibrahim tidak panjang, ia wafat pada tahun 10 H saat berusia 17 atau 18 bulan. Rasulullah sangat bersedih dengan kepergian putra kecilnya yang menjadi penyejuk hatinya ini. Ketika Ibrahim wafat, Rasulullah bersabda,

“إن العين تدمع، والقلب يحزن، ولا نقول إلا ما يُرْضِى ربنا، وإنا بفراقك يا إبراهيم لمحزونون” رواه البخاري
“Sesungguhnya mata ini menitikkan air mata dan hati ini bersedih, namun kami tidak mengatakan sesuatu yang tidak diridhai Rab kami. Sesungguhnya kami bersedih dengan kepergianmu wahai Ibrahim,” (HR. Bukhari).

Kalau kita perhatikan perjalanan hidup Rasulullah bersama anak-anaknya, niscaya kita dapati pelajaran dan hikmah yang banyak. Allah Ta’ala mengaruniakan beliau putra dan putri yang merupakan tanda kesempurnaan beliau sebagai manusia. Namun Allah juga mencoba beliau dengan mengambil satu per satu anaknya sebagaiman dahulu mengambil satu per satu orang tuanya tatkala beliau membutuhkan mereka; ayah, ibu, kakek, dan pamannya. Hanya anaknya Fatimah yang wafat setelah Nabi Muhammad SAW .

Allah juga tidak memperpanjang usia putra-putra beliau, salah satu hikmahnya adalah agar orang-orang tidak mengkultuskan putra-putranya atau mengangkatnya menjadi Nabi setelah beliau. Bisa kita lihat, cucu beliau Hasan dan Husein saja sudah membuat orang-orang yang lemah terfitnah. Mereka mengagungkan kedua cucu beliau melebih yang sepantasnya, bagaimana kiranya kalau putra-putra beliau dipanjangkan usianya dan memiliki keturunan? Tentu akan menimbulkan fitnah yang lebih besar.

Hikmah dari wafatnya putra dan putri Nabi SAW juga sebagai teladan bagi orang-orang yang kehilangan salah satu putra atau putri mereka. saat kehilangan anaknya, Nabi SAW bersabar dan tidak mengucapkan perkataan yang tidak diridhai Allah. Ketika seseorang kehilangan salah satu anaknya, maka Rasulullah telah kehilangan hampir semua anaknya.

Sumber : http://bulansabit-kembar.blogspot.com
               Islampos

Jumat, 14 Oktober 2016

Ini 8 Alasan Mengapa Nabi Muhammad Diutus di Arab


Jika kita banyak membaca sejarah, maka kita akan menemukan bahwa nabi dan rasul yang terpilih banyak yang lahir dari Jazirah Arab. Lalu timbul pertanyaan, “Mengapa Arab?” “Mengapa tanah gersang dengan orang-orang nomad di sana dipilih menjadi tempat diutusnya Rasul terakhir ini?” Tidak sedikit umat Islam yang bertanya-tanya penasaran tentang hal ini. Mereka berusaha mencari hikmahnya. Ada yang bertemu. Ada pula yang meraba tak tentu arah.
Para ulama mencoba menyebutkan hikmah tersebut. Dan dengan kerendahan hati, mereka tetap mengakui hakikat sejati hanya Allah-lah yang mengetahui. Para ulama adalah orang yang berhati-hati. Jauh lebih hati-hati dari seorang peneliti. Mereka jauh dari mengedepankan egoisme suku dan ras. Mereka memiliki niat, yang insya Allah, tulus untuk hikmah dan ilmu.

Dikutip dari kisahmuslim.com, bahwa Zaid bin Abdul Karim az-Zaid dalam Fiqh as-Sirah menyebutkan di antara latar belakang diutusnya para rasul, khusunya rasul terakhir, Muhammad ﷺ, di Jazirah Arab adaalah :

Pertama: Jazirah Arab adalah tanah merdeka.
Jazirah Arab adalah tanah merdeka yang tidak memiliki penguasa. Tidak ada penguasa yang memiliki kekuasaan politik dan agama secara absolut di daerah tersebut. Berbeda halnya dengan wilayah-wilayah lain. Ada yang dikuasai Persia, Romawi, dan kerajaan lainnya.

Kedua: Memiliki agama dan kepercayaan yang beragam.
Mereka memang orang-orang pagan penyembah berhala. Namun berhala mereka berbeda-beda. Ada yang menyembah malaikat. Ada yang menyembah bintang-bintang. Dan ada pula yang menyembah patung ini yang dominan. Patung yang mereka sembah pun bermacam ragam. Setiap daerah memiliki patung jenis tertentu. Keyakinan mereka beragam. Ada yang menolak, ada pula yang menerima. Di antara mereka juga terdapat orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dan sedikit yang masih berpegang kepada ajaran Nabi Ibrahim yang murni.

Ketiga: Kondisi sosial yang unik mungkin bisa dikatakan istimewa tatkala itu. Mereka memiliki jiwa fanatik kesukuan (ashabiyah).
Orang Arab hidup dalam tribalisme, kesukuan. Pemimpin masyarakat adalah kepala kabilah. Mereka menjadikan keluarga sendiri yang memimpin suatu koloni atau kabilah tertentu. Dampak positifnya kentara saat Nabi ﷺ memulai dakwahnya. Kekuatan bani Hasyim menjaga dan melindungi beliau dalam berdakwah. Apabila orang-orang Quraisy menganggu pribadi beliau, maka paman beliau, Abu Thalib, datang membela. Hal ini juga dirasakan oleh sebagian orang yang memeluk Islam. Keluarga mereka tetap membela mereka.

Keempat: Jauh dari peradaban besar.
Mengapa jauh dari peradaban besar merupakan nilai positif? Karena benak mereka belum tercampuri oleh pemikiran-pemikiran lain. Orang-orang Arab yang tinggal di Jazirah Arab atau terlebih khusus tinggal di Mekah, tidak terpengaruh pemikiran luar. Jauh dari ideologi dan peradaban majusi Persia dan Nasrani Romawi. Bahkan keyakinan paganis juga jauh dari mereka. Sampai akhirnya Amr bin Luhai al-Khuza’I kagum dengan ibadah penduduk Syam. Lalu ia membawa berhala penduduk Syam ke Jazirah Arab.
Jauhnya pengaruh luar ini, membuat jiwa mereka masih polos, jujur, dan lebih adil menilai kebenaran wahyu.

Kelima: Secara geografi, Jazirah Arab terletak di tengah dunia.
Memang pandangan ini terkesan subjektif. Tapi realitanya, Barat menyebut mereka dengan Timur Tengah. Geografi dunia Arab bisa berhubungan dengan belahan dunia lainnya. Sehingga memudahkan dalam penyampaian dakwah Islam ke berbagai penjuru dunia. Terbukti, dalam waktu yang singkat, Islam sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Ke Eropa dan Amerika.

Keenam: Mereka berkomunikasi dengan satu Bahasa yaitu bahasa Arab.
Jazirah Arab yang luas itu hanya memiliki satu bahasa untuk komunikasi di antara mereka, yaitu Bahasa Arab. Adapun wilayah-wilayah lainnya memiliki banyak bahasa. Saat itu, di India saja sudah memiliki 15 bahasa resmi (as-Sirah an-Nabawiyah oleh Abu al-Hasan an-Nadawi, Cet. Jeddah: Dar asy-Syuruq. Hal: 22). Bayangkan seandainya di Indonesia, masing-masing daerah berbeda bahasa, bahkan sampai ratusan bahasa. Komunikasi akan terhambat dan dakwah sanag lambat tersebar karena kendala bahasa saja. Dalam waktu yang lama, dakwah Islam mungkin belum terdengar ke belahan dunia lainnya karena disibukkan dengan kendala ini.

Ketujuh: Banyaknya orang-orang yang datang ke Mekah.
Mekah telah menjadi tempat istimewa sejak masa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalam. Oleh karena itu, banyak utusan dari wilayah Arab lainnya datang ke sana. Demikian juga jamaah haji. Pedagang. Para ahli syair dan sastrawan. Keadaan ini mempermudah untuk menyebarkan risalah kenabian. Mereka datang ke Mekah, lalu kembali ke kampung mereka masing-masing dengan membawa berita risalah kerasulan.

Kedelapan: Faktor penduduknya.
Ibnu Khladun membagi bumi ini menjadi tujuh bagian. Bagian terjauh adalah kutub utara dan selatan. Inilah bagian yang ia sebut dengan bagian satu dan tujuh. Kemudian ia menyebutkan bagian dua dan enam. Kemudian bagian tiga dan lima. Kemudian menunjuk bagian keempat sebagai pusatnya. Ia tunjuk bagian tersebut dengan mengatakan, “wa sakanaha (Arab: وسكانها).
Penduduk Arab adalah orang-orang yang secara fisik proporsional; tidak terlalu tinggi dan tidak pendek. Tidak terlalu besar dan tidak kecil. Demikian juga warna kulitnya. Serta akhlak dan agamanya. Sehingga kebanyakan para nabi diutus di wilayah ini. Tidak ada nabi dan rasul yang diutus di wilayah kutub utara atau selatan. Para nabi dan rasul secara khusus diutus kepada orang-orang yang sempurna secara jenis (tampilan fisik) dan akhlak. Kemudian Ibnu Khaldun berdalil dengan sebuah ayat:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia…” (QS. Ali Imran: 110). (Muqaddimah Ibnu Khaldun, Cet. Bairut: Dar al-Kitab al-Albani. Hal: 141-142).
Karena pembicaraan pertama dalam ayat tersebut ditujukan kepada orang Arab, yakni para sahabat. Kemudian barulah umat Islam secara umum.
Secara realita, kita juga meyakini, memang ada bangsa yang unggul secara fisik. Contohnya ras Mongoloid. Sebuah istilah yang pernah digunakan untuk menunjuk karakter umum dari sebagian besar penghuni Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseania. Memiliki ciri mata sipit, lebih kecil, dan lebih pendek dari ras Kaukasoid.
Ras Kaukasoid adalah karakter umum dari sebagian besar penghuni Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan dan India Utara. Walaupun penelitian sekarang telah merubah steorotip ini. Namun hal ini bisa kita jadikan pendekatan pemahaman, mengapa Ibnu Khladun menyebut Timur Tengah sebagai “sakanaha”.
Artinya ada fisik yang lebih unggul. Mereka yang sipit ingin mengubah kelopak mata menjadi lebih lebar. Mereka yang pendek ingin lebih tinggi. Naluri manusia menyetujui bahwa Kaukasia lebih menarik. Atau dalam bahasa lain lebih unggul secara fisik.
Namun Allah Ta’ala lebih hikmah dan lebih jauh kebijaksanaannya dari hanya sekadar memandang fisik. Dia lengkapi orang-orang Kaukasia yang ada di Timur Tengah dengan perangai yang istimewa. Hal ini bisa kita jumpai di buku-buku sirah tentang karakter bangsa Arab pra-Islam. Mereka jujur, polos, berkeinginan kuat, dermawan, dll. Kemudian Dia utus Nabi-Nya, Muhammad ﷺ di sana.

Sumber : Islampos
               Redaksi ISBAD

Kamis, 15 September 2016

Nikah dalam Keadaan Hamil di Luar Nikah, Bagaimana?



Sekarang ini, di sekeliling kita begitu banyak wanita yang hamil di luar nikah. Dalam kondisi seperti itu, dengan satu alasan dan hal lainnya, dinikahkanlah wanita itu. Bagaimana status pernikahan wanita yang hamil di luar nikah dengan pria yang menghamilinya?
Madzhab Syafi’i dan Hanafi menganggap sah pernikahan ini tanpa harus menunggu anak zina lahir.

Dengan alasan tidak ada keharaman pada anak zina karena tidak ada nasab (keturunan).
Kompilasi Hukum Islam (KHI), Bab VIII Kawin Hamil sama dengan persoalan menikahkan wanita hamil. Pasal 53 dari BAB tersebut berisi tiga(3) ayat , yaitu : 1. Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dinikahkan dengan pria yang menghamilinya.

Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dulu kelahiran anaknya. Dengan dilangsungkan perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir.

Keputuasan KHI di atas diperkuat oleh pendapat mayoritas ahli fiqh (jumhur) yang membolehkan menikahi wanita yang dihamilinya. Juga diperkuat oleh beberapa hadits berikut:

Dari Aisyah ra berkata, “Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seseorang yang berzina dengan seorang wanita dan berniat untuk menikahinya, lalu beliau bersabda, “Awalnya perbuatan kotor dan akhirnya nikah. Sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan yang halal,” (HR Tabarany dan Daruquthuny).
Di masa lalu seorang bertanya kepada Ibnu Abbas ra, “Aku melakukan zina dengan seorang wanita, lalu aku diberikan rizki Allah dengan bertaubat. Setelah itu aku ingin menikahinya, namun orang-orang berkata (sambil menyitir ayat Allah), “Seorang pezina tidak menikah kecuali dengan pezina juga atau dengan musyrik’. Lalu Ibnu Abbas berkata, “Ayat itu bukan untuk kasus itu. Nikahilah dia, bila ada dosa maka `ku yang menanggungnya,” (HR Ibnu Hibban dan Abu Hatim).

Ibnu Umar ditanya tentang seorang laki-laki yang berzina dengan seorang wanita, bolehkan setelah itu menikahinya? Ibnu Umar menjawab, “Ya, bila keduanya bertaubat dan memperbaiki diri.” Kalangan Sahabat Nabi yang membolehkan nikah dalam kasus ini antara lain: Abu Bakar, Umar, Ibnu Abbas.
Bagaimana dengan status anak tersebut? Status anak, menurut sebagian ulama, jika anak ini lahir 6 bulan setelah akad nikah—berarti usia kandugan sekitar 3 bulan saat menikah, maka si anak secara otomatis sah dinasabkan pada ayahnya tanpa harus ada ikrar tersendiri.

Namun jika si jabang bayi lahir sebelum bulan keenam setelah pernikahan–berarti usia kandungan lebih dari 3 bulan saat menikah, maka ayahnya dipandang perlu untuk melakukan ikrar, yaitu menyatakan secara tegas bahwa si anak memang benar-benar dari darah dagingnya.

Sumber :
Fiqih Praktis 2
IslamPos
Redaksi ISBAD 

Minggu, 11 September 2016

Inilah Kehidupan Mujahid di Gaza


mujahid palestina

Al-Qur'an. Senjata. Pertolongan Allah. Itulah aksioma kehidupan para mujahidin Palestina di Jalur Gaza. Seperti apa persisnya kehidupan para mujahid Palestina sehari-hari? Tiga orang mujahid Palestina diwawancarai oleh gulfnews menuturkan keseharian mereka.

“Kami hidup normal dan biasa saja, kecuali di saat perang. Ketika perang, kami tidak pernah lagi tinggal atau sempat pulang ke rumah, bahkan untuk sedetikpun. Untuk mengetahui kondisi keluarga, kami menelefon mereka, atau mengirim seseorang yang kami percaya. Dalam kondisi normal, kami berkumpul bersama keluarga, silaturahim dengan teman-teman. Perang membuat semuanya menjadi sulit,” ujar salah seorang dari mereka.

“Apakah kami memikirkan kematian? Tentu saja, kami sangat khawatir, tapi bukan terhadap diri kami sendiri, melainkan pada keluarga kami. Seperti siapapun di dunia ini, kita selalu kuatir terhadap keluarga kita melebihi pada diri sendiri. Kami telah memilih jalan perjuangan, tak ada yang memaksa kami. Ini pilihan hidup kami.”

“Dunia selalu mengira kami membesarkan anak-anak untuk menjadikan mereka barisan perjuangan melawan Israel, itu salah besar. Kami tidak pernah sama sekali melibatkan anak-anak dalam perjuangan kami. Itu adalah propaganda Israel. Semua yang terlibat dalam perjuangan adalah laki-laki dewasa, mulai dari usia 20, 25 dan 30 tahun. Mereka yang tergabung menyadari benar akan risiko menjadi mujahid. Sekali lagi kami tidak pernah sekalipun menggunakan anak-anak untuk menghadapi musuh!”

“Yang ada dalam pikiran kami ketika kami menarik pelatuk, bagi saya pribadi, saya harus membunuh mereka, tentara-tentara Israel itu seperti mereka yang membunuh orang-orang Palestina tak berdosa. Jika saya meninggalkan satu orang tentara Israel saja, maka dia akan kembali membunuh lebih banyak lagi warga kami.”

“Orang bertanya bagaimana kami selama ini mendapatkan senjata sedangkan kami dikepung sedemikian rupa. Walaupun Israel menutup semua terowongan, kami akan tetap mendapatkan senjata untuk melindungi diri. Kami mempunyai banyak sekali terowongan yang tidak pernah diketahui oleh siapapun, kecuali kami sendiri. Dan Allah selalu menolong kami.”

Sumber :
gulfnews
Islampos

Sabtu, 10 September 2016

GERAKAN PITUAN PITULUNG (PITUNG) BERDASARKAN KITAB AL FATAWI

Pitung atau Pituan Pitulung adalah salah satu organisasi perlawanan rakyat Jakarta yang dibentuk pada tahun 1880 Masehi oleh Kyai Haji Naipin atas saran dari Pejuang Jayakarta dan Sesepuh adat Tempo Dulu.
Kyai Haji Naipin adalah seorang yang alim dan juga dikenal sebagai salah satu ahli silat yang handal dikawasan Tenabang.

PITUNG didirikan setelah seluruh anggotanya melewati beberapa tes seperti ujian jurus terakhir illmu silat, ujian ilmu agama yang sudah mereka pelajari, ujian ilmu tarekat serta diakhiri dengan khataman Al-Qur'an yang diikuti oleh 7 santri terbaik Kyai HajiNaipin. Setelah dinyatakan lulus maka ketujuhnya dibaiat untuk selalu setia dalam jihad fisabillah, setia terhadap persahabatan, selalu menolong rakyat dan hormat dan patuh
terhadap orangtua, ulama dan sesepuh adat.

Nama Pitung yang berarti 7 Pendekar Penolong, mengambil dari inspirasi Surat Al Fatehah yang terdiri dari 7 ayat. Oleh karena itu ke 7 Pendekar ini selalu ditekankan untuk terus menghayati dan mengamalkan kandungan Surat Al Fatehah dalam setiap perjuangan mereka.
Diantara ke 7 Pendekar itu maka kemudian dipilihlah yang paling terbaik untuk menjadi pemimpin, jatuhlah pilihan itu kepada salah satu murid yang paling dicintai KH Naipin yaitu Radin Muhammad Ali Nitikusuma yang asli kelahiran Slipi, beliau lahir di "Rumah Jipang" (kini bangunan Rumah Jipang sudah musnah berganti dengan bangunan Kompas Gramedia).

KH Naipin memang sangat sayang pada sosok ini, karena sejak kecil Radin Muhammad Ali adalah seorang Yatim dan beliau juga tahu bagaimana kisah terbunuhnya ayah Muhammad Ali. Sedangkan ibunya telah
menikah lagi dengan salah seorang duda yang mempunyai anak yang berada di daerah Kemanggisan. Kasih sayang ulama sufi ini juga sangat wajar karena dia adalah paman Radin Muhammad Ali.

Beliau Radin Muhammad Ali Nitikusuma adalah sosok yang alim dan soleh, pewaris silat Kyai Haji Naipin dan silat-silat warisan pejuang Jayakarta. Beliau dikenal sebagai sosok yang tegas dan pantang kompromi
dengan penjajah kafir. Ayahnya syahid dibunuh penghianat bangsa yang diantaranya para Tuan Tanah China dan centeng-centeng bayarannya, harta bendanya dirampas dan keluarga besarnya banyak yang diburu dan
difitnah.

Beliau yatim sejak umur dua tahun. Di mata penjajah sosok ini lebih dikenal sebagai perampok daripada pejuang. Orang kedua yang juga tidak kalah hebatnya adalah Ratu Bagus Muhammad Roji'ih Nitikusuma. Beliau kelahiran dari Desa Cengkareng yang kini berada di Jakarta Barat Dialah otak dibalik semua strategi perlawanan gerakan Pitung. Dikenal licin dan sulit untuk ditangkap. Namanya sering disebut sebagai Ji'ih. Sosoknya alim dan Soleh dan dikenal sangat keras perlawanannya terhadap penjajah kafir.

Dia tidak seperti yang digambarkan dalam beberapa film. Dia justru sangat cerdas dan penuh perhitungan.
5 orang lagi juga tidak kalah hebatnya, mereka adalah :
Abdul Qodir (dari Kemanggisan), 
Abdus Shomad (Kemanggisan),
Saman (dari Cileduk),
Rais (asli Tenabang),
Jebul/Ki Dulo/Abdulloh (dari Kramat Togo).

Salah satu dari mereka yaitu Bang Jebul bahkan pernah membuat gempar para pendekar persilatan, dimana pada sebuah acara pesta dia telah membuat Schout Van Hinne keok, padahal Hinne sebelumnya berkoar-koar kalau dia jago beladiri segala aliran dari berapa negara, dan dia saat itu berani nantang semua
yang hadir. Pada acara pesta yang diadakan oleh salah satu tuan tanah itu kebetulan semua anggota Pitung datang tapi dengan cara menyamar sebagai orang biasa. Pitung datang karena mendengar Hinne datang. Pitung ingin melihat seberapa besar sebenarnya pengaruh dia terhadap Tuan tanah yang ada di Betawi.

Tantangan Opsir polisi yang sombong itu dilayani, Radin Muhammad Ali yang paling dituakan membisiki Bang Jebul agar segera memberi pelajaran, dan hanya berapa gebrakan jurus "Sira Macan" Bang Jebul berhasil membuat babak belur Schout Van Hinne dalam sebuah adu tanding silat di Tangerang, sehingga dari kejadian inilah Hinne menjadi sangat dendam dan marah, dia dan pasukan marsosenya bahkan saat itu mau ngamuk tapi keburu dicegah tuan rumah. Schout yang satu ini bahkan bertambah dendam begitu tahu bahwa yang mengalahkan dia ternyata satu dari anggota Pitung.

Hinne betul-betul dendam terhadap semua anggota Pitung karena merasa telah dipermalukan di depan khalayak ramai. Schout Van Hinne sepertinya memang musuh besar Pituan Pitulung. Satu kali dia pernah kena batunya saat semua Anggota Pitung menangkapnya di daerah Jelambar. Disini dia dan pasukan marsosenya dihajar habis-habisan.

Pasukan Marsosenya itu terkenal sadis dan kejam terhadap pribumi, tapi menghadapi Pituan Pitulung mereka lari terbirit birit. Pitung memang sangat keras terhadap Hinne dan marsosenya. Anggota Pitung kesal karena Hinne dan marsosenya ini sering memfitnah Pitung dan mengancam beberapa orang yang pro terhadap perjuangan Pitung. Tapi semua anggota Pitung masih memberikan kesempatan dia hidup dengan catatan dia tidak menindas rakyat dan tidak memfitnah Pitung sebagai gerombolan perampok.

Seperti pada sebuah perjuangan pasti ada resiko, dua orang anggota Pitung yaitu Jebul dan Saman pada tahun 1896 pernah tertangkap dan dipenjarakan di Glodok. Namun mereka berhasil meloloskan diri bahkan
berhasil membunuh beberapa marsose. Beberapa anggota Pitung juga harus mengalami mati syahid.
Dji'ih tertembak tahun 1899 Masehi, jenazahnya masih bisa diselamatkan. Radin Muhammad Ali syahid ditembak tahun 1905 Masehi. Beliau ditembak bertubi tubi oleh para Marsose sampai akhirnya rubuh, namun sampai detik detik kematiannya dia tidak menyerah dan terus bertakbir.

Setelah Syahid jasad Muhammad Ali dimutilasi penjajah kafir melalui para inlander yg menjadi "anjing anjing penjajah" yang rela menindas saudaranya sendiri. Jasad Muhammad Ali yang tidak sempurna kemudian disholatkan oleh para alim ulama di kawasan Slipi dan sekitarnya untuk kemudian dimakamkan di daerah Bandengan. Para ulama dan sesepuh yang berada di daerah Jipang Pulorogo (Slipi, Palmerah, Rawa Belong, Kemandoran dan sekitarnya) sangat berduka dengan kematian salah satu pejuang terbaik mereka.


Pitung adalah fakta sejarah, kisah mereka tercatat dalam kitab Al Fatawi, kisah mereka adalah kisah perlawanan kaum muslimin yang tertindas oleh penjajah kafir dan antek anteknya Mereka adalah Mujahid
Sejati yang membela agama Islam dan rakyat Jakarta, mereka bukan Perampok, mereka orang orang terpelajar dan juga mengerti tentang dunia politik yang diterapkan penjajah.


Kisah mereka tentu tidak akan pernah sesuai dengan kisah yang berasal dari penjajah kafir baik itu melalui koran mereka ataupun para sejarawan kolonialis yang memang bekerja untuk kepentingan penjajah. Penjajah pada masa itu dengan politik devide et imperanya bahkan berusaha untuk menciptakan Pitung-Pitung palsu untuk memancing Pitung Pitung asli keluar dari persembunyian. Bahkan saat syahidnya Radin
Muhammad Ali , salah satu fihak yang menjebaknya mengaku sebagai Pitung asli.

Para anggota Pitung adalah manusia biasa, mereka tidak mempunyai ilmu macam-macam apalagi sampai memakai jimat seperti yang disebarkan beritanya oleh Belanda kalau Pitung Sakti mandraguna. Isu peluru emaspun dibuat-buat dan disebarkan kepada masyarakat agar Radin Muhammad Ali dianggap sosok sakti namun ternyata Belanda bisa membunuhnya, Belanda menciptakan cerita fiktif seperti ini agar masyarakat semakin takut.

Jasadnya sengaja dimutilasi agar masyarakat kehilangan jejak sejarahnya dan juga tidak bisa lagi menziarahi makamnya. Namun sekalipun jasadnya terpencar kisah kepahlawanan pejuang tangguh ini tidak akan pernah hilang dari tanah Jakarta ini...
Kematian dua orang dedengkot Pitung tentu mengguncangkan perasaan keluarga besar mereka yang ada di wilayah Jipang Pulorogo (kini merupakan daerah Slipi, Palmerah, Kemanggisan, Rawa Belong, Kemandoran dan sekitarnya), sehingga akhirnya banyak dari mereka yang trauma dan menutup diri terhadap fihak luar (terutama oknum-oknum pendatang yang telah setia menjadi "anjing-anjing nya penjajah").

Mereka betul-betul semakin terpukul karena kematian dua orang Mujahid itu telah melibatkan oknum-oknum bayaran pribumi yang disewa para tuan tanah china dan penjajah kafir, lagi-lagi politik devide et impera dimunculkan. Pasca kematian dua orang tokoh utama Pitung, penjajah semakin gencar membuat berita dan kabar bohong tentang Pitung, digambarkan kalau Pitung itu identik dengan ilmu-ilmu yang aneh dan senang pakai jimat, padahal semua anggota Pitung hanya diajarkan ilmu beladiri dan juga ilmu ilmu agama seperti Ilmu Tafsir, Ilmu Fiqih, Ilmu Hadist, Ilmu Tassawuf, Ilmu Tauhid, Ilmu Alat dan juga pengetahuan tentang strategi-strategi perlawanan.

Mereka juga melek terhadap dunia politik yang berkembang pada masa itu, sehingga karena lengkapnya pengetahuan mereka, penjajah menghabisi gerakan ini sampai ke akar akarnya yang salah satunya dengan cara menghancurkan sejarah asli Pituan Pitulung, tidak heran ada kabar bahwa Pitung katanya orang China, Pitung katanya dari daerah luar, padahal semua anggota Pitung pribumi asli Jakarta yang sudah menetap ratusan tahun.

PITUAN PITULUNG.... 1 untuk 7.... 7 untuk 1.... 7 Golok adalah jiwa kesatria mereka Allah SWT Dasar hidup mereka Rasulullah SAW panutan suci mereka Al Fatehah untuk KH Naipin, Asy-Syahid Radin Muhammad Ali Nitikusuma, Asy-Syahid Ratu Bagus Muhammad Roji'ih Nitikusuma, Abdul Qodir, Abdus Shomad, Rais, Saman, Abdullah (Jebul).

Sumber :
Disarikan dari KITAB AL FATAWI yang dtulis ulang dari tulisan lama ke dalam bahasa arab melayu oleh Al Allamah Asy-Syekh KH Ratu Bagus Ahmad Syar'i/ Kumpi Syari/Babe Betawi) atas perintah Guru Mansur Sawah Lio tahun 1910 Masehi di Jakarta

Selasa, 30 Agustus 2016

Imam Ahmad dan Tukang Roti

Suatu ketika Imam Ahmad ingin menghabiskan waktu malam di dalam masjid. Ia berpakaian layaknya orang biasa, sehingga sulit dikenali orang.
Tetapi, oleh penjaga masjid, beliau dilarang menginap di dalamnya.
Imam Ahmad berusaha membujuk si penjaga itu agar bisa menetap di masjid tersebut, namun usahanya sia-sia. Maka, Imam Ahmad berkata, “Aku akan tidur di tempat berpijaknya telapak kakiku sekarang ini!”
Benar saja, Imam Ahmad bin Hanbal akhirnya tidur di tempat berpijaknya telapak kaki beliau.
Dan si penjaga tadi kemudian pergi entah kemana meninggalkan masjid.

Ketika itu, seorang tukang roti lewat dan melihat Imam Ahmad tertidur di teras masjid. Ia menawari beliau untuk menginap di rumahnya. Imam Ahmad pun menerima tawaran tersebut. Sejurus kemudian ia dan tukang roti tadi pergi meninggalkan masjid untuk menginap di rumahnya.

Setelah sampai, Imam Ahmad disambut dengan penuh penghormatan. Si tuan rumah beres-beres mempersiapkan segalanya untuk Imam Ahmad, dan beliau dipersilahkan untuk beristirahat.

Setelah semuanya dirasa tidak ada yang masalah, tukang roti yang mengajak Imam Ahmad menginap di rumahnya pun mulai membuat adonan roti untuk dijual besok harinya. Si tukang roti meninggalkan Imam Ahmad sendirian. Ada sesuatu yang tidak biasa, didengar oleh Imam Ahmad dari tukang roti tadi. Ternyata tukang roti itu beristighfar dan terus beristighfar dalam kesibukannya mengolah adonan.

Waktu pun terus berlalu, namun tukang roti tadi tidak berhenti dari mengucap istighfar. Keadaannya terus seperti sebelumnya, sehingga membuat Imam Ahmad merasa takjub. Kemudian pada pagi harinya, beliau bertanya kepada tukang roti itu tentang istighfar yang diucapkan di malam hari.

Tukang roti itu menjawab bahwa ia sudah melakukannya sudah sejak lama. Setiap kali membuat adonan, ia selalu beristighfar.
Imam Ahmad melanjutkan pertanyaannya, “Apakah engkau mendapat manfaat dari istighfar yang sering engkau ucapkan?” Pertanyaan ini sengaja ia tanyakan, meskipun beliau sudah tahu manfaat dan keutamaannya.

Tukang roti pun menjawab, “Ya, demi Allah, setiap kali aku memanjatkan doa kepada Allah, Ia selalu mengabulkan doaku. Kecuali satu saja.”
“Apa itu?” tanya Imam Ahmad.
Tukang roti menjawab, “Bertemu Imam Ahmad bin Hanbal.”
Lalu, dengan takjub Imam Ahmad berkata, “Aku adalah Ahmad bin Hanbal. Demi Allah, aku benar-benar didatangkan oleh Allah kepadamu.”

Sumber : Islampos
               Redaksi ISBAD 

Tujuh Golongan Manusia yang Dimuliakan oleh Allah

 

 Dari Nabi SAW, beliau bersabda:  

“Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada Masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk bezina), tapi ia mengatakan: “Aku takut kepada Allah”, seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya,” (HR Bukhari).

Tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan dari Allah yang pada hari itu tidak ada perlindungan kecuali hanya perlindungan Allah.
1. Imamun adil, pemimpin yang adil, hakim yang adil. Subhanallah, terdepan, yang pertama mendapat perlindungan Allah. Dan sungguh negeri Indonesia yang tercinta ini sangat merindukan pemimpin yang adil, hakim yang adil.

2. Manusia yang aktif, gesit, dalam ibadah kepada Allah SWT. Aktivitasnya mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

3. Manusia, hamba Allah, yang hatinya senang berada di dalam Masjid. Dia betah di masjid. Shalat berjama’ah, ia senang, subuh-subuh ia menegakkan shalat berjamaah. Allahu Akbar, tentu ini hamba Allah yang benar-benar beriman kepada Allah.

4. Manusia yang bersedakah yang tangan kanannya memberi tapi tangan kirinya tidak tahu. Subhanallah.. Apa ini? Orang yang ikhlash, tidak riya, tidak ujub.

5. Manusia yang saling mencintai karena Allah, bertemu karena Allah, berpisah karena Allah.

6. Manusia yang dirayu, digoda, oleh wanita cantik yang memiliki kekayaan, lalu ia berkata: “Aku takut kepada Allah”. Keinginan maksiatnya ada, tapi rasa takutnya kepada Allah lebih hebat, sehingga ia tidak mau melakukan kemaksiatan. Kita sangat merindukan pemuda, yang memiliki kualitas keimanan yang luar biasa, sehingga ia mampu menahan dari berbagai macam godaan.

7. Manusia, atau hamba Allah, atau orang yang dalam ingatannya kepada Allah, dalam ibadahnya, dalam doanya, dalam dzikirnya, ia menangis. Allahu Akbar, menangis.. Dua tetesan yang dibanggakan Allah di hari kiamat, pertama tetesan darah fii sabilillah, kedua tetesan air mata karena menangis, takut azab Allah, karena merasa bersalah atas

segala dosa yang ia lakukan kepada Allah, karena ia sangat mencintai Allah.

Sumber : Islampos [berbagai sumber]

Senin, 29 Agustus 2016

Ya Rasulullah Seandainya Aku Tidak Buta, Tentu Aku Sudah Pergi Berjihad


Abdullah bin Umar bin Syuraikh, seorang sahabat asal Quraisy ini termasuk peserta hijrah ke Madinah rombongan pertama. Beliau sampai di Madinah sebelum kedatangan Rasulullah Shalalahu ‘alaihi Wassalam. Beliau meninggal dalam peperangan Qadisiah membawahi sebuah brigade.

‘Abdullah bin Ummi Maktum, orang mekah suku Quraisy. Dia mempunyai ikatan keluarga dengan Rasululah Shalalahu ‘alaihi Wassalam. Yaitu anak paman Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid Ridhwanullah ‘Alaiha. Bapaknya Qais bin Zaid, dan ibunya ‘Atikah binti ‘Abdullah. Ibunya bergelar “Umi Maktum” karena anaknya ‘Abdullah lahir dalam keadaan buta total.

‘Abdullah bin Ummi Maktum menyaksikan ketika cahaya Islam mulai memancar di Makkah. Allah melapangkan dadanya menerima agama baru itu. Karena itu tidak diragukan lagi dia termasuk kelompok yang pertama-tama masuk Islam. Sebagai muslim kelompok pertama, ‘Abdullah turut menanggung segala macam suka duka kaum muslimin di Makkah ketika itu. Dia turut menderita siksaan kaum Quraisy seperti diderita kawan-kawannya seagama, berupa penganiayaan dan berbagai macam tindakan kekerasan lainnya. Tetapi apakah karena tindakan-tindakan kekerasan itu Ibnu ummi Maktum menyerah? Tidak……! Dia tidak pernah mundur dan tidak lemah iman. Bahkan dia semakin teguh berpegang pada ajaran Islam dan Kitabullah. Dia semakin rajin mempelajari syariat Islam dan sering mendatangi majelis Rasulullah.

Begitu rajin dia mendatangi majelis Rasulullah, menyimak dan menghafal Al-Qur’an, sehingga setiap waktu senggang selalu disinya, dan setiap kesempatan yang baik selalu disebutnya. Bahkan dia sangat rewel. Karena rewelnya, dia beruntung memperoleh apa yang diinginkannya dari Rasulullah, di samping keuntungan bagi yang lain-lain juga.

Pada masa permulaan tersebut, Rasulullah sering mengadakan dialog dengan pemimpin-pemimpin Quraisy, mengharapkan semoga mereka masuk Islam. Pada suatu hari beliau bertatap muka dengan ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, ‘Amr bin Hisyam alias Abu Jahl, Umayyah bin Khalaf dan walid bin Mughirah, ayah saifullah Khalid bin walid.

Rasulullah berunding dan bertukar pikiran dengan mereka tentang Islam. Beliau sangat ingin mereka menerima dakwah dan menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat beliau.
Sementara beliau berunding dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba ‘Abdullah bin Ummi maktum datang mengganggu minta dibacakan kepadanya ayat-ayat Al-Qur’an.

Kata ‘Abdullah, “Ya, Rasulullah! Ajarkanlah kepadaku ayat-ayat yang telah diajarkan Allah kepada Anda!”
Rasul yang mulia terlengah memperdulikan permintaan ‘Abdullah. Bahkan beliau agak acuh kepada interupsinya itu. Lalu beliau membelakangi ‘Abdullah dan melanjutkan pembicaraan dengan pemimpin Quraisy tersebut. Mudah-mudahan dengan Islamnya mereka, Islam tambah kuat dan dakwah bertambah lancar.

Selesai berbicara dengan mereka, Rasulullah bermaksud hendak pulang. Tetapi tiba tiba penglihatan beliau gelap dan kepala beliau terasa sakit seperti kena pukul. Kemudian Allah mewahyukan firman-Nya kepada beliau: “Dia ( Muhammad ) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta datang kepadanya, Tahukah kamu, barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau mereka tidak membersihkan diri (beriman). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bergegas (untuk mendapatkan pengajaran), sedangkan ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (begitu)! Sesungguhnya ajaran Allah itu suatu peringatan. Maka siapa yanag menghendaki tentulah ia memperhatikannya. (Ajaran ajaran itu) terdapat di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para utusan yang mulia lagi (senantiasa) berbakti.” (QS. ‘Abasa : 1 – 16).

Enam belas ayat itulah yang disampaikan Jibril Al-Amin ke dalam hati Rasulullah sehubungan dengan peristiwa ‘Abdullah bin Ummi maktum, yang senantiasa dibaca sejak diturunkan sampai sekarang, dan akan terus dibaca sampai hari kiamat.

Sejak hari itu Rasulullah tidak lupa memberikan tempat yang mulia bagi ‘Abdullah apabila dia datang. Beliau menyilahkan duduk ditempat duduk beliau. Beliau tanyakan keadaannya dan beliau penuhi kebutuhannya. Tidaklah heran kalau beliau memuliakan ‘Abdullah demikian rupa; bukankah teguran dari langit itu sangat keras!

Tatkala tekanan dan penganiayaan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin semakin berat dan menjadi-jadi, Allah Ta’ala mengizinkan kaum muslimin dan Rasul-Nya hijrah. ‘Abdullah bin Ummi maktum bergegas meninggalkan tumpah-darahnya untuk menyelamatkan agamanya. Dia bersama sama Mush’ab bin Umar sahabat-sahabat Rasul yang pertama-tama tiba di Madinah, setibanya di Yatsrib (Madinah), ‘Abdullah dan Mush’ab segera berdakwah, membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan mengajarkan pengajaran Islam.

Sumber : Islampos 
               Redaksi ISBAD

Minggu, 28 Agustus 2016

Ketika Rupiah Menjadi Peluru Zionis

anak palestina
Save Palestina
“Satu real (mata uang Arab) yang Anda keluarkan untuk membeli produk Israel dan AS, sama dengan satu peluru yang akan merobek tubuh saudara Anda di Palestina,” (Yusuf Qardhawi).

Kampanye gerakan boikot Israel yang mengharamkan kita membeli produk yang diproduksi perusahaan-perusahaan yang terbukti menyokong perekonomian Zionis-Israel memang kembali digencarkan ketika Zionis melakukan kebiadaban yang sangat massif dan kejam terhadap warga Jalur Gaza, sekitar empat tahun lalu. Kebrutalan Israel tersebut yang ditayangkan lewat berbagai pemancar televisi telah membuka siapa pun yang masih punya nurani untuk ingin membantu warga Palestina, sesuai dengan kesanggupannya masing-masing. Aksi boikot adalah satu gerakan yang mudah namun sangat efektif untuk menghancurkan sifat-sifat kebinatangan Israel.

Dalam aksi boikot ini dikatakan bahwa uang yang ada di saku atau dompet kita bisa akan menjelma menjadi peluru tentara Zionis jika kita ikut membeli produk-produk yang dikeluarkan dari berbagai perusahaan yang aktif membantu perekonomian Israel. Sebab itu, dengan membeli produk tersebut sebenarnya kita telah ikut aktif membunuhi saudara-saudara kita di Palestina.
Alur diubahnya Rupiah kita menjadi peluru tentara Zionis-Isael sebenarnya sangat sederhana. Ini adalah ilustrasi yang mudah. Misal, di dekat rumah kita berdiri salah satu gerai makanan cepat saji yang berasal dari Amerika, sebut saja namanya “McDul”. Walau karyawannya orang Indonesia, juga para pemasok bahan-bahan mentahnya juga orang Indonesia, dan empunya gerai tersebut juga pengusaha Indonesia, namun karena gerai makanan cepat saji “McDul” itu berasal dari AS, hak patennya milik pengusaha AS, dan ada biaya waralaba yang harus disetor secara rutin dari gerai makan dekat rumah kita itu kepada markas besarnya di AS, maka sebenarnya gerai McDul di dekat rumah kita itu merupakan satu tentakel atau salah satu cabang dari ratusan ribu gerai makanan cepat saji McDul yang markas besarnya ada di Amerika. Sebagian keuntungan dari gerai McDul di dekat rumah kita itu akan mengalir ke pusat McDul di Amerika Serikat. Padahal, menurut sejumlah bukti yang ada, perusahaan McDul di AS itu diketahui telah menyumbangkan sebagian labanya ke Israel.

Sumbangan sebagian keuntungan McDul ke Israel hanya bisa dilakukan jika McDul mendapat profit atau laba. Jika McDul merugi maka dia tidak akan mampu lagi untuk menyumbang ke Israel.
Nah, jika kita masih saja membeli produk-produknya, berupa burger, hotdog, minuman ringan, atau pun berbagai merchandiser-nya, maka gerai makanan cepat saji tersebut akan tetap eksis dan meraup untung. McDul yang ada di Indonesia akan tetap mampu untuk membayar biaya waralabanya ke pusat McDul yang ada di AS. Oleh McDul Pusat inilah, sebagian laba mereka akan disumbangkan untuk membiayai eksistensi Zionis-Israel, yang sangat mungkin sebagiannya dipakai untuk memproduksi aneka senjata dan juga amunisi tentaranya.

McDul hanyalah satu ilustrasi. Ada sedemikian banyak produk yang dihasilkan perusahaan-perusahaan negara-negara Barat (AS, Inggris, Perancis, dan sebagainya) yang terbukti menyisihkan sebagian labanya untuk menyokong keberadaan penjajahan Zionis-Israel di atas bumi milik bangsa Palestina.
Jadi, semakin kita sering membeli produk mereka, maka semakin besar pula andil kita di dalam mendukung kebiadaban Israel membunuhi bayi-bayi di Palestina. Tangan kita pun ikut belepotan darah bayi-bayi Palestina. Sebab itulah, kita harus berhenti membeli produk-produk mereka. Mulai dari diri kita sendiri, dan mulai dari sekarang juga. Kapan hal ini kita akhiri? Ya, sampai dengan dibebaskannya Masjid Al-Aqsha dan Tanah Suci Palestina dari penjajahan Zionis-Israel. Wallahu’alam bishawab.

Sumber :
eramuslim/berbagaisumber
Islampos

Orang yang Disukai oleh Dajjal

dajjal
Ilustarsi : Dajjal

Diriwayatkan oleh An-Nawwas ibn Sam’an : “Dia, yang hidup dan melihatnya (Dajjal) harus membacakan di depannya ayat-ayat pembukaan Surat Al Kahfi,” (HR Muslim).

Diriwayatkan oleh Abu Umamah al-Bahili : “Barangsiapa memasuki nerakanya (Dajjal), mintalah pertolongan Allah dan bacakan ayat pembukaan Surat Al Kahfi, dan hal ini akan mendinginkan dan mendamaikannya, seperti api menjadi dingin terhadap Ibrahim,” (HR Ibnu Katsir). 

Tanda-tanda dan rahasia Hari Akhir
Satu alasan mengapa Rasulullah SAW menganjurkan orang-orang beriman membaca Surat Al Kahfi saat Dajjal mencoba membujuk rayu adalah karena surat ini berisi isyarat penting mengenai Hari Akhir. Seperti berbagai hal yang dibutuhkan untuk bertahan dan memerangi Dajjal, dan gerakan-gerakan anti-agama yang menimbulkan berbagai kejahatan atas kemanusiaan, yang ingin disebarkan oleh Dajjal ke seluruh dunia.
Surat Al Kahfi ini juga berisi berbagai pelajaran bagi kaum Muslimin. Anjuran Rasulullah SAW untuk menghapalkan dan membaca surat ini dengan penuh perhatian adalah suatu isyarat kuat tentang hal ini. Seperti kita akan lihat di seluruh bab ini, pengalaman Ashabul Kahfi yang tinggal di sebuah masyarakat yang kafir, pelajaran bahwa Musa AS belajar dari Khidr, dan pemerintahan di atas dunia yang didirikan oleh Dzulkarnain AS agar dapat menyebarkan nilai-nilai Islam, adalah perkara-perkara yang perlu direnungkan oleh orang-orang beriman.

Lalu orang seperti apa yang sangat disukai oleh Dajjal? Dan tanpa disadari ia sudah ditandai oleh Dajjal di hatinya?

1. Orang yang apabila kumandang adzan terdengar, ia mengacuhkannya.
2. Orang yang apabila dinasihati atau diberitahukan mengenai rencana-rencana Dajjal di dunia sebelum ia datang, dia tidak peduli.

Dajjal tidak langsung tiba-tiba datang. Atas Izin Allah SWT ia mempersiapkan semuanya dengan bantuan para pengikutnya (Freemasonry – Illuminati) agar semakin banyak manusia yang akan menjadi pengikutnya. Dan jika seseorang sudah tahu mengenai rencana Dajjal ini, Dajjal sudah melihatnya dan menandai hatinya.

Ini sesuai dengan doa Dajjal kepada Allah SWT yang kelak akan di kabulkan: 

”Ya rabb berikanlah aku kemampuan untuk menurunkan hujan, menghidupkan orang yang sudah mati, menyembuhkan penyakit yang ada di dunia, menyuburkan tanaman dan memperlihatkan surga dan neraka kepada manusia kelak,,, yang sesungguhnya surgaku adalah neraka-Mu dan nerakaku adalah surga-Mu ya Rabb agar aku bisa menguji keimanan manusia kelak….”

Sumber : 
oleh: Izzûdin Azhár/sudah tahukah anda
Islampos
Redaksi ISBAD

Kamis, 18 Agustus 2016

17 Agustus 1945, Hari Kemerdekaan Indonesia Telah Tertulis dalam Al-Quran

Kemerdekaan-Indonesia

Foto: jelajahsejarah.com

Perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan begitu besar. Mereka rela mempertaruhkan nyawa demi terbebas dari jerat penindasan yang dilakukan oleh para penjajah. Hingga, akhirnya perjuangan mereka membuahkan hasil yang begitu membanggakan dan tak terlupakan. Yakni menjadi sebuah negara yang merdeka.
Tahukah Anda, bahwa hal ini bukanlah suatu kebetulan? Ya, Allah SWT telah mengaturnya. Bahkan, 17 Agustus 1945 waktu kemerdekaan kita sudah tertulis dalam Al-Quran.

Semua orang tentu sudah mengetahui bahwa Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 yang bertepatan pada hari Jum’at di bulan Ramadhan. Namun apakah ada yang mengetahui bahwa Indonesia merdeka pada tanggal 8 Ramadhan 1364 H? Pasti banyak di antara kita yang tidak mengetahuinya.

Sebuah penemuan ditemukan di sebuah sofwer kalender horoskop ciptaan Johan Wijarko, yang mana memperlihatkan dengan jelas bahwa pada Jumat, 17 Agustus 1945 itu bertepatan dengan Jum’at 8 Ramadhan 1364 Hijriyah.

Jika dikaji maka kita akan mengetahui bahwa kemerdekaan Indonesia telah lama tertulis di Al-Qur’an. Benarkah? Mari kita cermati.

Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 yang mana jika dihitung secara kalender Hijriah maka akan bertepatan dengan 8 Ramadhan 1364 H. Dan Ramadhan merupakan bulan ke 9 di Kalender Hijriah. Maka akan menjadi seperti tanggal 8 bulan 9 (Ramadhan) tahun 1364 Hijriah.

Angka 8 dan 9 menjadi patokan kita untuk menemukan surah dan ayat yang terdapat di Al-Quran. Tepatnya di surah Al-Anfal ayat 9 yang berbunyi, “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut’,” (QS. Al-Anfal: 9).
Ayat ini merupakan kisah dari keengganan sebagian sahabat untuk pergi ke perang badar. Dan pertolongan Allah kepada kaum muslimin. Yang dituliskan dalam Al-Quran di surah Al-Anfal ayat 5-14.

Seolah mengisahkan juga seorang Soekarno (golongan tua) yang agak enggan untuk memproklamirkan kemerdekaan pada saat itu. Namun ia didesak oleh pemuda (golongan muda) seperti Wikana untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dan akhirnya dengan izin Allah dan pertolongan Allah, Allah SWT meneguhkan hati Soekarno. Dan memberikan bantuan kepada Soekarno lewat pemuda-pemuda Indonesia yang berisikeras memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada saat itu juga. Akhirnya kemerdekaan Indonesia diproklamirkan di tanggal 17 Agustus 1945 atau 8 Ramadhan 1364 H.

Masih tentang keterkaitan antara ayat Al-Quran dengan kemerdekaan Indonesia. Indonesia merdeka pada tanggal 17-8-45 masih di surah Al-Anfal (surah kedelapan di Al-Quran) ayat ke 17 dan ayat ke 45 berbunyi:
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS. Al-Anfaal: 17).

Di ayat ke 17 ini semakin menegaskan bahwa Allah SWT memberikan bantuan dan kemenangan kepada Indonesia yang berusaha memperjuangkan kemerdekaan. Sedangkan pada ayat ke 45 masih di surah Al-Anfal berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman. Apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung,” (QS. Al-Anfaal: 45).

Ayat tersebut menggambarkan para pejuang muslim di masa dulu selalu menyerukan kalimah “Allahu Akbar” dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mengobarkan semangat juang para pahlawan hingga harta, jiwa dan jasadnya mereka pertaruhkan untuk memerdekakan negara ini untuk kita para penerus bangsa.

Ingatlah, di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Semuanya sudah diatur oleh Allah SWT. Begitu juga dengan kemerdekaan Indonesia yang telah tertulis di Al-Quran, jauh sebelum negara indonesia terbentuk.
Wallahu ‘alam.

Sumber: http://www.cakrawawasan.com
               Redaksi ISBAD

Jumat, 29 Juli 2016

Rasulullah Sujud Syukur ketika Orang Ini Meninggal

padang pasir
Sujud syukur merupakan salahsatu bentuk ekspresi rasa bahagia dan ucapan terimakasih kepada Allah. Tentunya, sujud syukur dilakukan ketika mendapatkan kabar gembira dan membahagiakan. Namun, tahukah Anda? Rasululllah pernah melakukan sujud syukur ketika seseorang meninggal. Siapakah orang itu?
Sebagaimana yang diriwayakan oleh HR Abu Daud dan Tirmizi, Abu Bakrah menuturkan bahwa sesungguhnya apabila datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sesuatu yang menggembirakan atau kabar suka, beliau langsung sujud terima kasih kepada Allah.

Nabi SAW pernah bersujud setelah doanya dikabulkan. Beliau meminta kepada Allah Ta’ala agar dapat memberikan syafaat kepada umat-umatnya. Maka beliau bersujud setelah doanya dikabulkan sebagai wujud syukur kepada Allah Ta’ala.

Beliau juga pernah bersujud lama di luar shalat hingga disangka wafat oleh ‘Abdurrahman bin ‘Auf. Peristiwa itu terjadi ketika beliau menerima kabar dari Malaikat Jibril bahwa Allah Ta’ala akan memberikan balasan kepada umatnya yang berkirim shalawat dan salam kepadanya.

Sebagaimana disebutkan dalam al-Futuh, Imam Abu Daud pernah meriwayatkan perkataan Imam Muhamamd bin Ishaq bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersujud ketika mendengar kabar kematian seseorang. Seberapa burukkah orang ini hingga membuat Nabi bersujud mendengar kematiannya?
Kabar tewasnya Abu Jahal dalam Perang Badar diterima oleh Nabi SAW dari seorang laki-laki yang menyatakan bahwa Abu Jahal tewas di tangan Mu’awwadz dan Mu’adzAbu (Riwayat Bukhari dan Muslim). Namun, beliau tidak langsung mempercayainya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun memerintahkan lelaki tersebut untuk bersumpah sebanyak tiga kali.

“Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Aku sungguh melihat Abu Jahal terbunuh,” ucap laki-laki tersebut. Setelah kalimat sumpah itu diucapkan tiga kali, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun bersujud.
Melihat konteks historis kehidupan pada masa nabi, sujud syukur dilakukan ketika musuh-musuh Islam meninggal karena pada masa itu masih terjadi peperangan. Terbukti hadis yang dikeluarkan oleh Abu Daud terdapat dalam kitab jihad. Jihad pada masa nabi identik dengan angkat senjata sehingga kematian musuh-musuh Islam merupakan sesuatu yang menggembirakan.

Kejadian tewasnya Abu Jahal dan sujudnya Nabi sebagai wujud rasa syukur ini juga menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi umat Islam. Bahwa dalam proses menjalani hidup, ada orang-orang yang kematiannya ditunggu dan disyukuri oleh orang lain.

Sebab, ketiadaan mereka lebih diharapkan karena selama hidup orang tersebut tidak memberikan manfaat, justru madharat kepada diri dan sekitarnya. Padahal Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada umatnya melalui sabda beliau: Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah).

Sumber: www.infoyunik.com
               Redaksi ISBAD

Selasa, 26 Juli 2016

Masuk Surga Tanpa ke Neraka Dulu, Bisakah?

surga
Ilustrasi Gambar
 TANYA: Mungkinkah secara syariat kita bisa meraih surga tanpa ke neraka dahulu? bagaimana caranya?

JAWAB: Dikutip dari rumahfiqih.com, mungkin saja ada orang yang masuk surga langsung, tanpa harus masuk ke neraka lebih dahulu. Dan orang-orang seperti itu bukan terbatas pada nabi dan rasul saja.
Di masa nabi SAW, ada seorang wanita yang berzina lalu hamil. Namun dia bertaubat dan minta dihukum rajam hingga mati. Ketika jenazahnya sudah tergelatak, Umar bin Al-Khattab mencacinya, namun dicegah oleh Rasulullah SAW. Beliau SAW malah mengatakan bahwa wanita ini telah diampuni semua dosanya dengan kualitas taubat yang cukup untuk dibagikan kepada 70 ahli Madinah.

Di dalam Al-Quran bertabur ayat yang menggambarkan orang-orang yang meninggal dan langsung masuk surga, tidak perlu mampir di neraka. Banyak caranya, tapi kunci utamanya hanya satu, yaitu mati dalam keadaan tidak punya dosa apapun. Kalau pun ada dosa, hanya sedikit dan bisa terkover dengan pahala amalan yang sangat banyak.  Wallahu’alam.

Sumber : islampos.com

Ini Bentuk-bentuk Pelecehan Agama


 alq

Berita tentang pelecehan terhadap agama Islam kembali mencuat. Setelah muncul berita sekelompok anak sekolah yang menghina gerakan-gerakan sholat, kini muncul lagi kasus sekelompok pemuda yang shalat di masjid tanpa pakaian dan diunggah ke media sosial.

Ini bukan kasus baru, mengolok-olok ajaran Islam telah sering terjadi. Pada zaman sekarang maupun zaman dahulu, tindakan mengolok-olok agama dilakukan oleh berbagai kalangan, tua maupun muda. Beberapa bentuk penistaan terhadap agama di antaranya:

1. Pelecehan dalam bentuk sindiran terhadap Islam dan hukum-hukumnya.

Contohnya orang yang mengejek hukum hudud dalam Islam, semisal potong tangan dan rajam dengan sebutan hukum barbar. Menyebut Islam sebagai agama kolot dan terbelakang. Menyebut syariat thalak dan ta’addud zaujaat (poligami) sebagai kezhaliman terhadap kaum wanita. Atau ucapan bahwa Islam tidak cocok diterapkan pada zaman modern dan ucapan-ucapan sejenisnya.

2. Pelecehan dalam bentuk perbuatan, bahasa tubuh atau gambar.

Inilah yang sering disaksikan pada zaman sekarang. Penghinaan ibadah sholat oleh sekelompok pemuda, menghina Rasulullah dalam bentuk karikatur, membuat terompet dari jilid Al-Quran atau pelecehan terhadap Muslimah.

3. Pelecehan dalam bentuk pelesetan-pelesetan yang menghina agama.

Yahudi adalah pelopor dalam membuat pelesetan-pelesetan yang menghina Allah, Rasul-Nya dan Islam. Sikap mereka ini telah disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (Muhammad): ‘Raa’ina, tetapi katakanlah: ‘Unzhurna,’ dan ‘dengarlah.’ Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.” (Al Baqarah: 104).

Raa’ina artinya “Sudilah kiranya kamu memperhatikan kami.” Saat para sahabat menggunakan kata-kata ini kepada Rasulullah SAW dan kaum Yahudi ikut memakainya pula. Namun Yahudi pelesetkan kata Raa’ina menjadi ru’unah, artinya ketololan yang amat sangat.

Ini sebagai ejekan terhadap Rasulullah SAW. Oleh karena itulah, Allah SWT menyuruh para sahabat agar menukar perkataan raa’ina dengan unzhurna, yang juga sama artinya dengan raa’ina.
Tak hanya itu, kata Assalamualaikum juga dipelesetkan oleh Yahudi menjadi “as saamu ‘alaikum,” yang artinya “semoga kematianlah atas kamu.” Mereka tujukan ucapan itu kepada Rasulullah SAW.

4. Pelecehan dalam bentuk ejekan dan sindiran terhadap syi’ar-syi’ar agama dan orang-orang yang mengamalkannya.

Sering kita mendengar seorang Muslim yang taat memelihara jenggotnya dengan ejekan “kambing” atau seorang Muslim yang memakai celana tidak melebihi mata kaki dengan ejekan.“pakaian kebanjiran.”
Apalagi saat ini tengah ramai istilah ‘teroris’ yang digunakan Barat untuk menghina umat Islam. Imbasnya, jika ada orang taat menjalankan ajaran Islam, ia kerap dicap dan diejek dengan sebutan teroris dan lain sebagainya oleh teman-teman sekantornya. Yang sangat memprihatinkan adalah para pelaku pelecehan dan pengejekan itu adalah dari kalangan kaum Muslimin sendiri.
Apapun bentuk penistaannya, tindakan ini tetaplah berdosa. Bahkan Allah mencap orang-orang yang mengolok-olok agama sebagai orang-orang yang kafir setelah beriman.

Sumber: almanhaj.or.id

Rabu, 15 Juni 2016

Sepuluh Hari Pertama Bulan Ramadhan, Mari Kita Panjatkan Doa Ini


Tak terasa bulan ramadhan sudah menginjak hari kesepuluh. Tentu, momentum yang mulia ini tak ingin kita lewatkan begitu saja bukan? Terlebih, ramadhan itu waktu yang paling baik untuk bermunajat dan berdoa pada Allah SWT.

Saudaraku, Ada banyak doa yang kita lantunkan sejak hari pertama hingga hari kesepuluh bulan ramadhan.
Saudaraku, Namun, jika kita lupa untuk berdoa kepada Allah SWT, maka tak ada ruginya kita membaca doa-doa tersebut di hari kesepuluh bulan ramadhan ini.

Saudaraku, Beginilah doa hari pertama:
“Ya Allah, jadikanlah puasa dan ibadahku di bulan ini seperti puasa orang-orang sejati, bangunkanlah aku di bulan ini dari kelelapan tidur orang-orang yang lupa dan ampunilah segala kesalahanku, wahai Tuhan semesta alam, dan ampunilah aku, wahai pengampun orang-orang yang bersalah.”

Saudaraku, Beginilah doa hari kedua:
“Ya Allah, dekatkanlah aku di bulan ini dari ridha-Mu, hindarkanlah aku di bulan ini dari kemurkaan-Mu, dan anugerahkanlah taufik kepadaku di bulan ini untuk membaca ayat-ayat (kitab)-Mu dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Lebih Pengasih dari para pengasih.”

Saudaraku, Beginilah doa hari ketiga:
“Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku di bulan ini kecerdasan dan kesadaran diri, jauhkanlah aku di bulan ini dari ketololan dan kesesatan, dan limpahkanlah kepadaku sebagian dari setiap kebajikan yang Engkau turunkan di bulan ini. Dengan kedermawanan-Mu, wahai Dzat Yang Lebih Dermawan dari para dermawan.”

Saudaraku, Beginilah doa hari keempat:
“Ya Allah, kuatkanlah diriku di bulan ini untuk melaksanakan perintah-Mu, anugerahkan kepadaku di bulan ini kemanisan mengingat-Mu, dengan kemurahan-Mu berikanlah kesempatan kepadaku di bulan ini untuk bersyukur kepada-Mu demi kemurahan-Mu, dan dengan penjagaan dan tirai-Mu jagalah diriku di bulan ini, wahai Dzat Yang Lebih Melihat dari orang-orang yang melihat.”

Saudaraku, Beginilah doa hari kelima:
“Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini dari golongan orang-orang yang memohon pengampunan, jadikanlah aku di bulan ini dari dari golongan hamba-hamba-Mu yang salih dan pasrah, dan jadikanlah aku di bulan ini dari golongan para kekasih-Mu yang dekat dengan-Mu. Dengan kasih sayang-mu wahai Dzat Yang Lebih Pengasih dari para pengasih.”

Saudaraku, Beginilah doa hari keenam:
“Ya Allah, jangan Kau hinakan aku di bulan ini karena keberanianku bermaksiat kepada-Mu, jangan Kau cambuk aku dengan cambuk kemurkaan-Mu dan jauhkanlah aku dari (segala perbuatan) yang menyebabkan murka-Mu. Dengan anugerah dan kekuasaan-Mu wahai Puncak Harapan para pengharap.”

Saudaraku, Beginilah doa hari ketujuh:
“Ya Allah, bantulah aku di bulan ini dalam melaksanakan puasa dan ibadah, jauhkanlah aku di bulan ini dari kesalahan dan doa-dosa (yang tidak pantas dilaksanakan) di dalamnya, dan anugerahkanlah kepadaku di bulan ini (kesempatan untuk) mengingat-Mu untuk selamanya dengan taufik-Mu, wahai penunjuk jalan orang-orang yang sesat.”

Saudaraku, Beginilah doa hari kedelapan:
“Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku di bulan ini untuk mengasihani anak-anak yatim, memberi makan, menebarkan salam dan bersahabat dengan orang-orang mulia. Dengan keutamaan-Mu, wahai Tempat Bernaung orang-orang yang berharap.”

Saudaraku,Beginilah doa hari kesembilan:
“Ya Allah, limpahkanlah kepadaku di bulan sebagian dari rahmat-Mu yang luas, tunjukanlah aku di bulan ini kepada tanda-tanda-Mu yang terang, dan tuntunlah aku kepada ridha-Mu yang maha luas. Dengan cinta-Mu wahai harapan orang-orang yang rindu.”

Saudaraku,Beginilah doa hari kesepuluh:
“Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini dari golongan orang-orang yang bertawakal kepada-Mu, jadikanlah aku di bulan ini dari golongan orang-orang yang jaya di haribaan-Mu, dan jadikanlah aku di bulan ini dari golongan orang-orang yang telah dekat kepada-Mu. Dengan kebaikan-Mu wahai tujuan orang-orang yang berharap.” 

Sumber : 
Islampos
Redaksi ISBAD

Ini Tahapan Pensyariatan Puasa pada Umat Nabi Muhammad



Pensyariatan puasa pada umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam melalui beberapa tahapan:
1. Puasa 3 hari tiap bulan dan puasa Asyura sebagai kewajiban. Pada saat itu belum diwajibkan puasa di bulan Ramadhan.

2. Diwajibkan puasa Ramadhan bagi yang mampu dengan pilihan: boleh berpuasa atau tidak berpuasa tapi membayar fidyah.

3. Diwajibkan berpuasa Ramadhan bagi semua orang yang mampu. Tidak diberi pilihan lagi. Boleh makan dan minum sejak berbuka hingga tidur malam. Kalau sudah tidur malam atau sholat Isya’, maka tidak boleh lagi melakukan hal-hal yang dilarang di siang hari.

4. Diwajibkan berpuasa Ramadhan bagi semua orang yang mampu pada siang harinya. Sedangkan pada malam hari (dari terbenam matahari hingga menjelang terbit fajar) boleh melakukan hal-hal yang terlarang dilakukan di siang harinya.

(tahapan-tahapan ini didasarkan pada hadits Muadz bin Jabal yang diriwayatkan oleh Ahmad no 21107. Pada hadits Muadz tahapan puasa adalah 3 tahapan, namun yang ketiga dibagi lagi menjadi 2 tahapan, sehingga pada paparan di atas disebutkan 4 tahapan).

Pada saat diberlakukannya tahapan ke-3 di atas, terjadi beberapa peristiwa yang menunjukkan ketidakmampuan para Sahabat menerapkan puasa pada waktu itu. Pada waktu itu, bolehnya berbuka adalah hingga tidur malam atau sholat Isya. Kalau sudah tidur, atau tertidur di malam hari, setelah bangunnya tidak boleh lagi makan dan minum serta berhubungan suami istri, meski masih belum masuk fajar Subuh. Hingga turunlah ayat ke 187 dari surat al-Baqoroh ini.

Dari al-Bara’ radhiyallahu anhu beliau berkata: Dulu para Sahabat (Nabi) Muhammad shollallaahu alaihi wasallam jika berpuasa, kemudian datang waktu berbuka, kemudian tidur sebelum berbuka, tidak bisa makan di malam itu maupun pada siang (keesokan) harinya. Sesungguhnya Qoys bin Shirmah al-Anshary berpuasa kemudian datang waktu berbuka, ia mendatangi istrinya dan berkata: Apakah engkau memiliki makanan? Istrinya berkata: Tidak. Tapi aku akan mencarikan untukmu. Pada siang harinya Qoys bekerja (keras), hingga ia tertidur (menunggu datangnya istrinya). Kemudian istrinya datang. Ketika istrinya melihatnya (telah tertidur), istrinya berkata : kerugian bagimu. Keesokan harinya ketika tiba pertengahan siang, ia pingsan. Maka diceritakanlah hal itu kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam. Kemudian turunlah ayat : …<< dihalalkan bagi kalian berhubungan (badan) dengan istri kalian pada malam (bulan) puasa>>, maka bergembiralah para Sahabat dengan kegembiraan yang sangat. Dan turun pula ayat << makan dan minumlah hingga nampak jelas benang putih dari benang hitam >>(H.R al-Bukhari)

Setelah turunnya ayat  ke-187 dari surat al-Baqoroh, maka dihalalkan pada waktu malam bagi kaum muslimin melakukan segala hal yang membatalkan puasa di waktu siang seperti makan, minum, dan berhubungan suami istri.

Ayat tersebut menjelaskan bolehnya seseorang melakukan rofats pada malam hari bulan puasa terhadap istrinya.

Dihalalkan bagi kalian pada malam (bulan) puasa berbuat rofats kepada istri-istri kalian (Q.S alBaqoroh:187)

Az-Zujaj mendefinisikan rofats sebagai: segala sesuatu yang diinginkan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan (Umdatul Qoori Syarh Shahih al-Bukhari 16/314).

Sumber      : Islampos
Referensi  : Ramadhan Bertabur Berkah/Karya: Abu Utsman Kharisman/
Foto         : science-all.com
                  Redaksi ISBAD

Minggu, 12 Juni 2016

Demi Agama, Harus Rela Korban Harta

tangan koin


Dalam Islam kita mengenal berbagi terhadap sesama. Itulah yang dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Dari berbagi, maka kita akan merasakan indahnya kebersamaan. Dapat kita rasakan ketenangan dan kenyamanan dalam diri. Sebab, kita melihat orang lain yang kita bantu merasakan kebahagiaan dari apa yang telah kita beri.

Tetapi, tak sedikit pula orang yang enggan untuk berbagi. Padahal, secara materi terlihat berkecukupan bahkan lebih dari cukup. Ada kelebihan yang ia miliki, tapi tidak ia keluarkan untuk orang lain. Dan seharusnya hal itu tidak ia lakukan. Mengapa? Sebab, jika ia benar-benar mencintai Allah SWT sebagai Tuhannya, termasuk Islam sebagai agamanya, maka ia harus rela mengorbankan hartanya demi kesejahteraan umat.

Sebagaimana hal ini telah dibuktikan oleh Utsman bin Affan yang mengaku cinta terhadap Rasulullah ﷺ. Dikisahkan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersiap-siap untuk memerangi orang-orang Romawi. Kaum muslimin ketika itu berada dalam kesulitan yang luar biasa hingga pasukan beliau dinamakan “pasukan yang kesulitan”. Pada perang tersebut, Utsman bin Affan bersedekah dengan uang sepuluh ribu dinar, tiga ratus unta lengkap dengan alas penanya, dan lima puluh ribu kuda. Jadi, ia menanggung separuh perbekalan pasukan.

Subhanallah bukan? Sungguh besar pengorbanan yang dilakukan oleh Utsman bin Affan demi kepentingan dan kesejahteraan umat. Jika kita pun perduli terhadap kepentingan umat, maka bersedekahlah. Jika harta tak cukup bagi kita untuk membantu sesama, maka kita masih memiliki tenaga untuk membantu. Juga Allah SWT telah memberikan kita akal untuk berpikir, maka kita bisa menyumbangkan suatu hal yang baru dari pikiran kita, yang berguna bagi masa depan umat.

Referensi: Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim/Karya: Abu Bakr Jabir Al-Jazairi/Penerbit: Darul Falah
Foto: tabungwakaf.com

Ketika akhir zaman mulai mendekat, akan ada salah satu tanda di mana orang bodoh menjadi juru bicara kepentingan umat.


Umat merupakan pokok utama bagi kita untuk mensejahterakannya. Walau kita tahu, pada hakikatnya Allah SWT-lah yang memberikan kesejahteraan itu. Tetapi, tentunya kita membutuhkan perantara. Dan haruslah ada orang yang berdiri di depan demi membangun kepentingan umat. Salah satunya menjadi seorang bicara bagi kepentingan umat.

Dulu, juru bicara yang mewakili masyarakat untuk menyampaikan aspirasi mereka adalah orang yang berakal budi, bijaksana dan fasih. Nanti, akan datang satu masa yang ketika itu moral masyarakat sudah bobrok. Sehingga, yang menjadi juru bicara dan penyambung lidah mereka adalah ar-Ruwaibidhah, yaitu orang yang tak bermoral dan tak berilmu.

Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Kelak, manusia akan menghadapi satu masa yang ketika hujan sering turun namun tak ada satu pun tanaman yang bisa tumbuh. Pada saat itu, seorang pendusta dianggap jujur, orang yang jujur dianggap pembohong, pengkhianat dipercaya, orang yang bisa dipercaya dianggap pengkhianat, dan ar-Ruwaibidhah akan menjadi penyambung lidah masyarakat.”

Seorang sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan ar-Ruwaibidhah?” Nabi menjawab, “Orang tak berilmu yang berbicara tentang urusan masyarakat,” (Menurut al-Hutsaimi, hadis ini diriwayatkan oleh Imam Thabrani. Di dalam sanadnya terdapat seorang mudallis [pemalsu hadis] bernama Ibnu Ishaq. Sementara perawi lainnya adalah sosok-sosok yang tsiqah [terpercaya]).

Salah satu ciri zaman ini adalah tampilnya orang-orang tak bermartabat di tengah-tengah masyarakat, mengalahkan sosok-sosok terbaik mereka. Sehingga, semua urusan mereka pun berada di tangan orang-orang bodoh dan tak bermartabat itu. Sekarang, fenomena ini sudah terjadi di mana-mana.
Seharusnya, orang yang berilmu, berakal budi, dan memiliki keahlianlah yang lebih berhak untuk menangani dan mengelola urusan masyarakat. Namun, pada saat ini, kita bisa melihat bahwa orang sekarang lebih mendahulukan hawa nafsu dan kepentingan pribadinya, meski harus menjual agama mereka. Karena itulah, mereka lebih memilih orang-orang bodoh yang tak bermartabat menjadi pemimpin.

Referensi: Kiamat Sudah Dekat?/Karya: Dr. Muhammad Al-‘Areifi/Penerbit: Qisthi Press
Foto: www.densodynamics.com

Jangan kamu nikahi 6 jenis perempuan ini menurut Imam Al-Ghazali

 
 
 
 



Bahasan Utama Inilah Sebab Turunnya Ayat Tentang Poligami


Islam adalah agama fitrah yang mengerti akan kebutuhan setiap manusia. Tentunya kebutuhan setiap manusia tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya termasuk dorongan syahwat (libido). Ada diantara mereka yang membutuhkan istri lebih dari satu untuk memenuhi libidonya sementara sebagian lainnya merasa cukup dengan satu istri. Atau mungkin ada diantara mereka yang sedang diuji dengan sakit berkepanjangan yang dialami istrinya sehingga tidak bisa melayani kebutuhan seksual suaminya sementara dirinya membutuhkan jalan keluar untuk itu, lalu apakah solusi buat suaminya itu?

Apakah dirinya harus menanti hingga istrinya meninggal dunia? Sementara dorongan seksualnya semakin hari terus semakin bertambah! dan bukan tidak mungkin jika tidak ada solusi berpoligami maka dirinya akan jatuh kedalam perbuatan yang diharamkan untuk memenuhi kebutuhannya itu.
Tidak ada nash didalam Al Qur’an maupun sunnah yang melarang seorang muslim untuk berpoligami sementara istri pertamanya masih ada disampingnya selama dirinya sudah termasuk orang-orang yang memenuhi persyaratan untuk itu. Nash-nash Al Qur’an dan sunnah hanya memberikan batasan bagi seseorang yang berpoligami untuk tidak memiliki istri lebih dari empat orang, sebagaimana Diriwayatkan oleh Ahmad dari Salim dari ayahnya bahwa Ghailan bin Salamah ats Tsaqofi masuk islam sementar dirinya memiliki sepuluh orang istri. Lalu Nabi saw berkata kepadanya,”Pilihlah empat orang saja dari mereka.”
Adapun sebab nuzul dari ayat 3 surat an Nisa tentang poligami diatas, sebagaimana disebutkan didalam ash shahihain adalah bahwa Urwah bin az Zubeir bertanya kepada Aisyah tentang firman Allah وَإِنْ خِفْتُمْ أَلا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى , maka Aisyah berkata,

”Wahai anak saadara perempuanku sesungguhnya anak perempuan yatim ini berada didalam perawatan walinya ia menyertainya didalam hartanya, lalu walinya tertarik dengan harta dan kecantikan anak perempuan yatim itu dan menginginkan untuk menikahinya dan tidak berlaku adil terhadap maharnya, dia memberikan mahar kepadanya tidak seperti orang lain memberikan mahar kepadanya. Maka mereka dilarang untuk menikahi anak-anak perempuan yatim kecuali apabila mereka dapat berlaku adil terhadap anak-anak perempuan yatim itu dan memberikan kepada anak-anak perempuan yatim itu yang lebih besar dari kebiasaan mereka dalam hal mahar. Maka para wali itu pun disuruh untuk menikahi wanita-wanita lain yang disenanginya selain dari anak-anak perempuan yatim itu.”

Ayat 3 dari surat An Nisa ini turun pada tahun kedelapan setelah Rasulullah saw berhijrah ke Madinah setelah meninggalnya Khodijah ra pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh kenabian dan juga setelah beliau saw menikahi seluruh istrinya dan wanita terakhir yang dinikahinya adalah Maimunah pada tahun ke-7 H.

Sumber: www.eramuslim.com
               Redaksi ISBAD