Rabu, 15 Juni 2016
Sepuluh Hari Pertama Bulan Ramadhan, Mari Kita Panjatkan Doa Ini
Tak terasa bulan ramadhan sudah menginjak hari kesepuluh. Tentu, momentum yang mulia ini tak ingin kita lewatkan begitu saja bukan? Terlebih, ramadhan itu waktu yang paling baik untuk bermunajat dan berdoa pada Allah SWT.
Saudaraku, Ada banyak doa yang kita lantunkan sejak hari pertama hingga hari kesepuluh bulan ramadhan.
Saudaraku, Namun, jika kita lupa untuk berdoa kepada Allah SWT, maka tak ada ruginya kita membaca doa-doa tersebut di hari kesepuluh bulan ramadhan ini.
Saudaraku, Beginilah doa hari pertama:
“Ya Allah, jadikanlah puasa dan ibadahku di bulan ini seperti puasa orang-orang sejati, bangunkanlah aku di bulan ini dari kelelapan tidur orang-orang yang lupa dan ampunilah segala kesalahanku, wahai Tuhan semesta alam, dan ampunilah aku, wahai pengampun orang-orang yang bersalah.”
Saudaraku, Beginilah doa hari kedua:
“Ya Allah, dekatkanlah aku di bulan ini dari ridha-Mu, hindarkanlah aku di bulan ini dari kemurkaan-Mu, dan anugerahkanlah taufik kepadaku di bulan ini untuk membaca ayat-ayat (kitab)-Mu dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Lebih Pengasih dari para pengasih.”
Saudaraku, Beginilah doa hari ketiga:
“Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku di bulan ini kecerdasan dan kesadaran diri, jauhkanlah aku di bulan ini dari ketololan dan kesesatan, dan limpahkanlah kepadaku sebagian dari setiap kebajikan yang Engkau turunkan di bulan ini. Dengan kedermawanan-Mu, wahai Dzat Yang Lebih Dermawan dari para dermawan.”
Saudaraku, Beginilah doa hari keempat:
“Ya Allah, kuatkanlah diriku di bulan ini untuk melaksanakan perintah-Mu, anugerahkan kepadaku di bulan ini kemanisan mengingat-Mu, dengan kemurahan-Mu berikanlah kesempatan kepadaku di bulan ini untuk bersyukur kepada-Mu demi kemurahan-Mu, dan dengan penjagaan dan tirai-Mu jagalah diriku di bulan ini, wahai Dzat Yang Lebih Melihat dari orang-orang yang melihat.”
Saudaraku, Beginilah doa hari kelima:
“Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini dari golongan orang-orang yang memohon pengampunan, jadikanlah aku di bulan ini dari dari golongan hamba-hamba-Mu yang salih dan pasrah, dan jadikanlah aku di bulan ini dari golongan para kekasih-Mu yang dekat dengan-Mu. Dengan kasih sayang-mu wahai Dzat Yang Lebih Pengasih dari para pengasih.”
Saudaraku, Beginilah doa hari keenam:
“Ya Allah, jangan Kau hinakan aku di bulan ini karena keberanianku bermaksiat kepada-Mu, jangan Kau cambuk aku dengan cambuk kemurkaan-Mu dan jauhkanlah aku dari (segala perbuatan) yang menyebabkan murka-Mu. Dengan anugerah dan kekuasaan-Mu wahai Puncak Harapan para pengharap.”
Saudaraku, Beginilah doa hari ketujuh:
“Ya Allah, bantulah aku di bulan ini dalam melaksanakan puasa dan ibadah, jauhkanlah aku di bulan ini dari kesalahan dan doa-dosa (yang tidak pantas dilaksanakan) di dalamnya, dan anugerahkanlah kepadaku di bulan ini (kesempatan untuk) mengingat-Mu untuk selamanya dengan taufik-Mu, wahai penunjuk jalan orang-orang yang sesat.”
Saudaraku, Beginilah doa hari kedelapan:
“Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku di bulan ini untuk mengasihani anak-anak yatim, memberi makan, menebarkan salam dan bersahabat dengan orang-orang mulia. Dengan keutamaan-Mu, wahai Tempat Bernaung orang-orang yang berharap.”
Saudaraku,Beginilah doa hari kesembilan:
“Ya Allah, limpahkanlah kepadaku di bulan sebagian dari rahmat-Mu yang luas, tunjukanlah aku di bulan ini kepada tanda-tanda-Mu yang terang, dan tuntunlah aku kepada ridha-Mu yang maha luas. Dengan cinta-Mu wahai harapan orang-orang yang rindu.”
Saudaraku,Beginilah doa hari kesepuluh:
“Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini dari golongan orang-orang yang bertawakal kepada-Mu, jadikanlah aku di bulan ini dari golongan orang-orang yang jaya di haribaan-Mu, dan jadikanlah aku di bulan ini dari golongan orang-orang yang telah dekat kepada-Mu. Dengan kebaikan-Mu wahai tujuan orang-orang yang berharap.”
Sumber :
Islampos
Redaksi ISBAD
Ini Tahapan Pensyariatan Puasa pada Umat Nabi Muhammad
Pensyariatan puasa pada umat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam melalui beberapa tahapan:
2. Diwajibkan puasa Ramadhan bagi yang mampu dengan pilihan: boleh berpuasa atau tidak berpuasa tapi membayar fidyah.
3. Diwajibkan berpuasa Ramadhan bagi semua orang yang mampu. Tidak diberi pilihan lagi. Boleh makan dan minum sejak berbuka hingga tidur malam. Kalau sudah tidur malam atau sholat Isya’, maka tidak boleh lagi melakukan hal-hal yang dilarang di siang hari.
4. Diwajibkan berpuasa Ramadhan bagi semua orang yang mampu pada siang harinya. Sedangkan pada malam hari (dari terbenam matahari hingga menjelang terbit fajar) boleh melakukan hal-hal yang terlarang dilakukan di siang harinya.
(tahapan-tahapan ini didasarkan pada hadits Muadz bin Jabal yang diriwayatkan oleh Ahmad no 21107. Pada hadits Muadz tahapan puasa adalah 3 tahapan, namun yang ketiga dibagi lagi menjadi 2 tahapan, sehingga pada paparan di atas disebutkan 4 tahapan).
Pada saat diberlakukannya tahapan ke-3 di atas, terjadi beberapa peristiwa yang menunjukkan ketidakmampuan para Sahabat menerapkan puasa pada waktu itu. Pada waktu itu, bolehnya berbuka adalah hingga tidur malam atau sholat Isya. Kalau sudah tidur, atau tertidur di malam hari, setelah bangunnya tidak boleh lagi makan dan minum serta berhubungan suami istri, meski masih belum masuk fajar Subuh. Hingga turunlah ayat ke 187 dari surat al-Baqoroh ini.
Setelah turunnya ayat ke-187 dari surat al-Baqoroh, maka dihalalkan pada waktu malam bagi kaum muslimin melakukan segala hal yang membatalkan puasa di waktu siang seperti makan, minum, dan berhubungan suami istri.
Ayat tersebut menjelaskan bolehnya seseorang melakukan rofats pada malam hari bulan puasa terhadap istrinya.
Dihalalkan bagi kalian pada malam (bulan) puasa berbuat rofats kepada istri-istri kalian (Q.S alBaqoroh:187)
Az-Zujaj mendefinisikan rofats sebagai: segala sesuatu yang diinginkan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan (Umdatul Qoori Syarh Shahih al-Bukhari 16/314).
Sumber : Islampos
Referensi : Ramadhan Bertabur Berkah/Karya: Abu Utsman Kharisman/
Foto : science-all.com
Redaksi ISBAD Share
Minggu, 12 Juni 2016
Demi Agama, Harus Rela Korban Harta
Tetapi, tak sedikit pula orang yang enggan untuk berbagi. Padahal, secara materi terlihat berkecukupan bahkan lebih dari cukup. Ada kelebihan yang ia miliki, tapi tidak ia keluarkan untuk orang lain. Dan seharusnya hal itu tidak ia lakukan. Mengapa? Sebab, jika ia benar-benar mencintai Allah SWT sebagai Tuhannya, termasuk Islam sebagai agamanya, maka ia harus rela mengorbankan hartanya demi kesejahteraan umat.
Sebagaimana hal ini telah dibuktikan oleh Utsman bin Affan yang mengaku cinta terhadap Rasulullah ﷺ. Dikisahkan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersiap-siap untuk memerangi orang-orang Romawi. Kaum muslimin ketika itu berada dalam kesulitan yang luar biasa hingga pasukan beliau dinamakan “pasukan yang kesulitan”. Pada perang tersebut, Utsman bin Affan bersedekah dengan uang sepuluh ribu dinar, tiga ratus unta lengkap dengan alas penanya, dan lima puluh ribu kuda. Jadi, ia menanggung separuh perbekalan pasukan.
Subhanallah bukan? Sungguh besar pengorbanan yang dilakukan oleh Utsman bin Affan demi kepentingan dan kesejahteraan umat. Jika kita pun perduli terhadap kepentingan umat, maka bersedekahlah. Jika harta tak cukup bagi kita untuk membantu sesama, maka kita masih memiliki tenaga untuk membantu. Juga Allah SWT telah memberikan kita akal untuk berpikir, maka kita bisa menyumbangkan suatu hal yang baru dari pikiran kita, yang berguna bagi masa depan umat.
Referensi: Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim/Karya: Abu Bakr Jabir Al-Jazairi/Penerbit: Darul Falah
Foto: tabungwakaf.com Share
Ketika akhir zaman mulai mendekat, akan ada salah satu tanda di mana orang bodoh menjadi juru bicara kepentingan umat.
Umat merupakan pokok utama bagi kita untuk mensejahterakannya. Walau kita tahu, pada hakikatnya Allah SWT-lah yang memberikan kesejahteraan itu. Tetapi, tentunya kita membutuhkan perantara. Dan haruslah ada orang yang berdiri di depan demi membangun kepentingan umat. Salah satunya menjadi seorang bicara bagi kepentingan umat.
Dulu, juru bicara yang mewakili masyarakat untuk menyampaikan aspirasi mereka adalah orang yang berakal budi, bijaksana dan fasih. Nanti, akan datang satu masa yang ketika itu moral masyarakat sudah bobrok. Sehingga, yang menjadi juru bicara dan penyambung lidah mereka adalah ar-Ruwaibidhah, yaitu orang yang tak bermoral dan tak berilmu.
Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Kelak, manusia akan menghadapi satu masa yang ketika hujan sering turun namun tak ada satu pun tanaman yang bisa tumbuh. Pada saat itu, seorang pendusta dianggap jujur, orang yang jujur dianggap pembohong, pengkhianat dipercaya, orang yang bisa dipercaya dianggap pengkhianat, dan ar-Ruwaibidhah akan menjadi penyambung lidah masyarakat.”
Seorang sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan ar-Ruwaibidhah?” Nabi menjawab, “Orang tak berilmu yang berbicara tentang urusan masyarakat,” (Menurut al-Hutsaimi, hadis ini diriwayatkan oleh Imam Thabrani. Di dalam sanadnya terdapat seorang mudallis [pemalsu hadis] bernama Ibnu Ishaq. Sementara perawi lainnya adalah sosok-sosok yang tsiqah [terpercaya]).
Salah satu ciri zaman ini adalah tampilnya orang-orang tak bermartabat di tengah-tengah masyarakat, mengalahkan sosok-sosok terbaik mereka. Sehingga, semua urusan mereka pun berada di tangan orang-orang bodoh dan tak bermartabat itu. Sekarang, fenomena ini sudah terjadi di mana-mana.
Seharusnya, orang yang berilmu, berakal budi, dan memiliki keahlianlah yang lebih berhak untuk menangani dan mengelola urusan masyarakat. Namun, pada saat ini, kita bisa melihat bahwa orang sekarang lebih mendahulukan hawa nafsu dan kepentingan pribadinya, meski harus menjual agama mereka. Karena itulah, mereka lebih memilih orang-orang bodoh yang tak bermartabat menjadi pemimpin.
Referensi: Kiamat Sudah Dekat?/Karya: Dr. Muhammad Al-‘Areifi/Penerbit: Qisthi Press
Foto: www.densodynamics.com Share
Bahasan Utama Inilah Sebab Turunnya Ayat Tentang Poligami
Islam adalah agama fitrah yang mengerti akan kebutuhan setiap manusia. Tentunya kebutuhan setiap manusia tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya termasuk dorongan syahwat (libido). Ada diantara mereka yang membutuhkan istri lebih dari satu untuk memenuhi libidonya sementara sebagian lainnya merasa cukup dengan satu istri. Atau mungkin ada diantara mereka yang sedang diuji dengan sakit berkepanjangan yang dialami istrinya sehingga tidak bisa melayani kebutuhan seksual suaminya sementara dirinya membutuhkan jalan keluar untuk itu, lalu apakah solusi buat suaminya itu?
Apakah dirinya harus menanti hingga istrinya meninggal dunia? Sementara dorongan seksualnya semakin hari terus semakin bertambah! dan bukan tidak mungkin jika tidak ada solusi berpoligami maka dirinya akan jatuh kedalam perbuatan yang diharamkan untuk memenuhi kebutuhannya itu.
Tidak ada nash didalam Al Qur’an maupun sunnah yang melarang seorang muslim untuk berpoligami sementara istri pertamanya masih ada disampingnya selama dirinya sudah termasuk orang-orang yang memenuhi persyaratan untuk itu. Nash-nash Al Qur’an dan sunnah hanya memberikan batasan bagi seseorang yang berpoligami untuk tidak memiliki istri lebih dari empat orang, sebagaimana Diriwayatkan oleh Ahmad dari Salim dari ayahnya bahwa Ghailan bin Salamah ats Tsaqofi masuk islam sementar dirinya memiliki sepuluh orang istri. Lalu Nabi saw berkata kepadanya,”Pilihlah empat orang saja dari mereka.”
”Wahai anak saadara perempuanku sesungguhnya anak perempuan yatim ini berada didalam perawatan walinya ia menyertainya didalam hartanya, lalu walinya tertarik dengan harta dan kecantikan anak perempuan yatim itu dan menginginkan untuk menikahinya dan tidak berlaku adil terhadap maharnya, dia memberikan mahar kepadanya tidak seperti orang lain memberikan mahar kepadanya. Maka mereka dilarang untuk menikahi anak-anak perempuan yatim kecuali apabila mereka dapat berlaku adil terhadap anak-anak perempuan yatim itu dan memberikan kepada anak-anak perempuan yatim itu yang lebih besar dari kebiasaan mereka dalam hal mahar. Maka para wali itu pun disuruh untuk menikahi wanita-wanita lain yang disenanginya selain dari anak-anak perempuan yatim itu.”
Ayat 3 dari surat An Nisa ini turun pada tahun kedelapan setelah Rasulullah saw berhijrah ke Madinah setelah meninggalnya Khodijah ra pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh kenabian dan juga setelah beliau saw menikahi seluruh istrinya dan wanita terakhir yang dinikahinya adalah Maimunah pada tahun ke-7 H.
Sumber: www.eramuslim.com
Redaksi ISBAD Share
Ketika Imam Malik Menangis Saat Berbuka Puasa
Dalam sebuah riwayat, sayidina al-imam malik bin anas (Mālik ibn Anas bin Malik bin ‘Āmr al-Asbahi), pengagas Mahdzab Maliki ini lahir di Madinah pada tahun 714 M atau 93 H, meninggal pada tahun 800 M atau 179 H. Beliau adalah pakar ilmu fiqh dan hadits.
Menitikan air mata hingga janggutnya basah karenanya. Salah seorang muridnya bertanya,
“Wahai guruku yang mulia, kenapa engkau menangis sedemikian rupa? Tangismu menyayat hati kami? Apakah di antara kami ada yang menyebabkan engkau bersedih, atau apakah hidangan ini kurang berkenan?”
“Tidak. Tidak wahai murid-muridku. Kalian adalah murid-murid terbaik, sangat khidmat padaku. Bahkan hidangan ini teramat nikmat buatku.”
“Jika demikian, kenapakah wahai guru kami yg tercinta?”
“Suatu ketika aku pernah berbuka puasa dengan guruku (Sayidina Al-Imam Ja’far As-shodiq), cucu baginda Rasulullah dalam hidangan yang begitu nikmat layaknya makanan saat ini. Kemudian beliau berisak tangis,
“Wahai ibnu anas ketahuilah bahwa Rasulullah terkadang berbuka hanya dengan 3 buah kurma dan air saja, namun beliau sangat menikmati dengan penuh kesyukuran. Bahkan seringkali Rasulullah hanya berbuka dengan sebutir kurma yang di bagi dengan aisyah, tapi sungguh beliau merasa sangatlah nikmat.
Beliau menyedikitkan santap sahur dan berbuka, tapi sebaliknya sangatlah banyak dalam beribadah dan bersyukur.
Pun beliau senantiasa mendo’akan kita sebagai umatnya yang padahal selalu abai kepada baginda”
“Hari ini, kita di penuhi makanan penuh nikmat. Namun kita sangat-sangatlah jauh dari ibadah dan rasa syukur!”
“Dan tahukah kalian, setelah beliau menceritakan ihwal berbuka Rasulullah, ia seketika tak siuman karena berat hati mengenang Rasulullah.
Sektika ruangan tersebut menjadi penuh haru, isak tangis penuh kerinduan mengumandang pada Rasulullah.
Allah. Allah. Ya Rasulullah.
Sumber : Islampos
Redaksi ISBAD
Share
Langganan:
Postingan (Atom)