" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Jumat, 20 Februari 2015

Asal usul Kristen dan Syi'ah: Paulus dan Abdullah bin Sabaa

http://www.voa-islam.com/photos3/Bataku/KPS-deklarasi.jpg

The first Christian. Begitulah Karen Armstrong menyebut Paulus. Lalu Yesus? Jelas, tulis Armstrong, Yesus seorang Yahudi. Dia lahir sebagai Yahudi, hidup sebagai Yahudi, dan –menurut Armstrong- mati sebagai Yahudi. Menelaah setiap kalimat yang keluar dari Yesus –sementara begitu saja saya menyebutnya-, dan membandingkannya dengan apa yang ‘dikredokan’ oleh Paulus sebagai pondasi besar kekristenan membuat terperangah. Keduanya selalu bertolak belakang.

Lukas 16:17 mencatat kata-kata Yesus, “Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.” Matius 5:17-18 juga mencatat, “Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para Nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapkannya. Karena aku berkata kepadamu, ‘Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” Sementara Yohannes 7:49 mencatat, “Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!”

Itu Yesus. Apa kata Paulus? Beda lagi. Dalam I Korintus 15:56, Paulus mengatakan, “Sengat maut adalah dosa. Dan kuasa dosa adalah hukum Taurat.” Dalam Roma 4:15, ia berpandangan, “Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.”

Setelah beropini bahwa hukum Taurat itu menyusahkan, Paulus berkata dalam Roma 7:6, “Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia yang mengurung kita, yang sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.” Sebelumnya, dalam Roma 6:14, Paulus mengatakan, “Sebab kamu tidak akan lagi dikuasai oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.” Puncaknya, sambil menanamkan doktrin ketuhanan Yesus, Paulus berkata dalam Efesus 2:15, “Sebab dengan matiNya sebagai manusia, Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala segi dan ketentuannya.”

Beberapa contoh kecil ini cukup membuat orang berkesimpulan, jika Yesus adalah Kristus, maka Paulus adalah Anti-Kristus. Bagaimana bisa Paulus, aslinya bernama Saul, seorang Yahudi dari Tarsus yang sebelumnya dikenal sebagai penganiaya murid-murid Yesus itu bisa memutar balik semua dasar kekristenan?

Karen Armstrong mencatat dalam The Spiral Staircase, My Climb Out of Darkness, setelah penelusurannya bertahun-tahun terhadap sejarah awal kekristenan, “..Saya kini mengetahui bahwa surat-surat rasul Paulus merupakan dokumen Kristen paling awal yang masih ada dan bahwa Injil, yang semuanya ditulis bertahun-tahun setelah kematian Paulus sendiri, ditulis oleh orang-orang yang telah mengadopsi versi Kristennya Paulus. Bukannya Paulus menyimpangkan Injil, tetapi –lebih dari itu-, Injil-lah yang justru memperoleh visinya dari Paulus.

Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan. (QS Al Baqarah [2]: 79)
Awalnya, inilah agama yang ditindas di seantero Imperium Romanum. Hingga, Konstantin, Kaisar cerdik itu membutuhkan stabilitas di negerinya yang mau tak mau harus dimulai dari perangkulan terhadap komunitas Kristen yang makin membesar. Atas prakarsanya, Konsili Nicea di tahun 327 M memvoting dasar-dasar kekristenan tentang ketuhanan Yesus, dosa waris, dan penebusan dosa. Semuanya hanyalah paganisasi sebagaimana dikehendaki oleh Konstantine. David Fiedler memberi sampul bukunya Ancient Cosmology and Early Christian Symbolismdengan tulisan plesetan dominan “Jesus Christ, Sun of God.” Ya, karena semua yang diatributkan pada Yesus, -dari tanggal lahir, tempat lahir, hingga hari ibadah Sunday-, adalah atribut Sol Invictus, dewa matahari yang dipuja Konstantin.

Maka, walk out-lah Arius, Imam Alexandria dan pengikutnya yang tetap bersikukuh meyakini kenabian Yesus. Dia dan pengikutnya kemudian di-ekskomunikasi, ditindas, dan dibantai oleh para pengganti Konstantin yang telah mengambil hasil konsili sebagai agama negara. Maka ketika Rasulullah Muhammad menulis surat untuk Heraclius, kaisar Romawi di masanya, beliau tak lupa untuk menuliskan kalimat, “..Masuklah Islam, niscaya Allah akan melimpahkan kebaikan kepada tuan dua kali lipat. Namun jika tuan berpaling, maka tuan akan menanggung dosa atas Arisiyin..” Arisiyin berarti para pengikut Arius yang dipersekusi.

Unik juga. Modus operandi yang sama, dicobakan seorang Yahudi lain kepada agama Islam yang dibawa Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam. Namanya ‘Abdullah ibn Sabaa. Tetapi ia tak sesukses Paulus. Ia hanya berhasil membangun sebuah sistem kepercayaan yang di kemudian hari disebut sebagai Syi’ah. Jika objek Paulus adalah diri Yesus, maka ‘Abdullah ibn Sabaa menggunakan ‘Ali ibn Abi Thalib.

Al Qadhi Abu Ya’la ketika menjelaskan fitnah besar yang melanda kaum muslimin di masa khilafah ‘Ali ibn Abi Thalib menyebut dengan jelas peran ‘Abdullah ibn Sabaa. Satu kisahnya yang terkenal, ketika ‘Ali dan pasukannya memasuki ‘Iraq pasca tahkim(arbitrase), ‘Abdullah menghasut sekelompok orang untuk bersujud pada ‘Ali, yang disebutnya sebagai ‘Pemegang washiat Nabi, orang yang dipilih untuk menggantikan beliau, imam junjungan kaum beriman, manifestasi Allah di muka bumi’.

Ketika mendapati orang-orang itu sujud, ‘Ali sangat marah dan memerintahkan untuk membakar mereka. Maka ‘Abdullah ibn Sabaa kembali beraksi, “Aku telah mendengar hadits dari NabiShallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda, “Tidak akan menyiksa dengan api kecuali Allah.” Adakah kita kenal ‘Ali selain sebagai sosok ini?”

Inilah dasar bagi salah satu sekte paling ekstrim dalam Syi’ah; semisal Kaisaniyah, yang sampai menempatkan kedudukan ‘Ali sebagai manifestasi Allah. Guntur adalah geramnya, dan halilintar adalah cambuk ‘Ali yang murka pada para durjana. Tentu saja kerahasiaan keyakinan yang terlindungi oleh taqiyyahmenyebabkan munculnya berbagai aliran Syi’ah yang sangat banyak dari yang paling moderat hingga paling ekstrim. Spektrum ajaran ini amat lebar, dari Zaidiyah di Yaman yang amat dekat dengan Ahlus Sunnah hingga Bathiniyah Nushairiyah di Suriah yang amat jauh.

Munculnya Syi’ah sama sekali bukan bersebab faktor tunggal. Sintesis antara ajaran ‘Abdullah ibn Sabaa dengan kezhaliman yang dialami keturunan Sayyidina ‘Ali, kelak ditambah faktor ketiga yang amat dominan; dendam Persia.
Leopold Weiss, Yahudi Polandia yang mengganti namanya menjadi Muhammad Assad setelah meraih hidayah mengisahkan perjalanannya di Iran dalam The Road to Mecca. Alangkah kontrasnya kegembiraan dan keriangan khas suku-suku Arab gurun yang ditemuinya di Hijjaz dan Najd dengan kemurungan dan kesayuan yang menjadi lekatan di wajah orang-orang Iran. Secara fisik mereka gagah, tapi tidak tegap. Kesedihan yang parah. Seolah mendung selalu bergayut di raut muka itu. Ada apa ini? Adakah hubungannya dengan perayaan ratap duka yang senantiasa mereka lakukan di tanggal 10 Muharram untuk mengenang syahidnya Husain di Karbala?

Ya. Tepatnya bukan hubungan sebab akibat, tapi sama-sama akibat. Akibat dari sebuah shock budaya dan shock peradaban. Sebuah frustrasi atas kekalahan peradaban mereka yang begitu agung dalam memori, peradaban Imperium Persia Sassaniyah. Ketika angkatan perang Khalifah ‘Umar dipimpin Sa’d ibn Abi Waqqash menklukkan kekaisaran ini dan sekaligus membawakan Islam, kultus Zoroaster telah memasuki palung kebekuan, sehingga ia tak mampu melakukan perlawanan terhadap ide dinamis baru dari jazirah Arab. Peremajaan sosial dan intelektual yang sedang berkecambah di titik balik itu tiba-tiba larut oleh serbuan kekuatan baru yang sungguh-sungguh berbeda.

Islam hadir menghancurkan sistem kasta bangsa Iran kuno dan menghadirkan satu sistem sosial yang egaliter dan bebas. Islam membuka celah baru bagi berkembangnya energi-energi kebudayaan yang sejak lama menggelegak diam tak tentu bentuknya. Tetapi kultus keagungan keturunan Darius dan Xerxes yang tak serta merta terpinggir, seolah diputus, dipenggal antara hari kemarin dan esok. Hari ini, oleh Islam. Suatu bangsa yang memiliki watak begitu halus, telah mendapatkan ekspresinya dalam dualisme asing agama Zand dan pemujaan pantheistis terhadap keempat unsur –udara, air, api, dan tanah-, kini dihadapkan pada kesederhanaan Islam dengan monotheisme tak kenal kompromi. Peralihan itu, kata Assad, terlalu tajam dan perih.

Lebih dari itu, ada perasaan terpendam mendalam ketika mereka mengidentikkan kemenangan cita Islam sebagai kekalahan peradaban mereka. Perasaan sebagai bangsa yang dikalahkan dan kehancuran tak kenal ampun terhadap wadah warisan peradaban mereka memperparah keberantakan mereka, sehingga Islam, yang bagi bangsa-bangsa lain adalah pembebasan dan rangsang kemajuan, menjadi sebuah kerinduan supernatural dan simbolik yang samar.

Syi’ah, yang digarap ‘Abdullah ibn Sabaa menawarkan sesuatu yang lebih dekat dengan masa lalu jiwa-jiwa kalah ini. Doktrin mistik, manifestasi Tuhan dalam jasad-jasad terpilih yang agung, kesemuanya disambut sebagai jalan tengah untuk Islam yang lebih ‘ramah’ terhadap kejiwaan dan kemasyarakatan mereka. Syi’ah, yang hampir menyerupai pendewaan terhadap ‘Ali dan keturunannya itu, menyembunyikan cita benih inkarnasi dan penjelmaan kembali terus menerus. Ini suatu cita yang sangat asing bagi Islam, tetapi sangat akrab bagi kalbu bangsa Iran. Syi’ah menawarkan ratap duka atas Husain sebagai cermin kepedihan atas kekalahan jiwa yang telah terjadi saat ‘Umar menaklukkan peradaban lama mereka. Begitu seterusnya.

Dulu kita bertanya, mengapa Husain lebih diratapi daripada Al Hasan, atau bahkan ‘Ali? Mereka sama-sama terbunuh terzhalimi. Terlepas bahwa pembunuhan Husain memang tampak lebih dahsyat kezhalimannya, tapi ternyata Muharram punya makna tersendiri. Sepuluh Muharram bukan hanya tanggal terbunuhnya Husain. Pada tanggal yang kurang lebih sama di tahun 14 H, demikian menurut Saif ibn ‘Umar At Tamimi sebagaimana dikutip Ibn Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah, pasukan Sa’d ibn Abi Waqqash yang diutus ‘Umar ibn Al Khaththab untuk Futuhat Persia menghancurkan pasukan agung Imperium Sassaniyah di bawah pimpinan Rustum Farrakhzad di Qadisiyah. Muharram bukan cuma duka untuk Husain, ia juga ratapan untuk sebuah kekalahan yang takkan dilupakan.

Kini mudah menjawab, mengapa meski Syi’ah membenci Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsman sebagai perampas hak ‘Ali, kebencian itu dibidikkan lebih ganas kepada ‘Umar. ‘Hadits-hadits’ yang dikarang untuk menista ‘Umar sampai pada tingkat keterlaluan hingga risi menyebutnya. Mengapa bukan Abu Bakr si ‘perampas’ pertama? Barangkali, karena ‘Umarlah yang meleburkan kebanggaan psikologis bangsa Iran itu, sesuatu yang diterakan dalam jiwa sebagai kenangan pahit; Imperium Sassaniyah Persia.
Dan ‘Umar pun, Allah ridha padanya, syahid di mihrab, di tangan seorang budak Persia bernama Firouz.

Sumber : http://muslimina.blogspot.com
Foto     : www.voa-islam.com

Senin, 16 Februari 2015

Mau Mengenal Aib Diri, Ini Cara Imam Ghazali

 Introspeksi diri (ilustrasi)
Kebanyakan manusia lupa pada aib yang melekat pada dirinya sendiri. Mereka juga menutup mata atas kekurangan-kekurangan yang ada. Sebaliknya, manusia malah selalu mengganggap dirinya lebih baik dibandingkan orang lain. Itu jelas bertentangan dengan firman Allah SWT yang artinya, "Maka janganlah ka mu menga - takan dirimu suci. Dialah yang paling me ngetahui tentang orang yang bertakwa." (QS an-Najm: 32).

Mengenal aib diri berarti menyadari kesempurnaan mutlak hanyalah milik Allah SWT. Sedangkan, kemaksuman hanya dipunyai oleh Rasulullah SAW. Kita tidak lebih dari seorang manusia yang diliputi beragam ke kurang an, baik dari sisi ilmu maupun amal. Rasulullah SAW bersabda, "Setiap anak Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang (mau) bertobat." (HR Tirmidzi).

Imam Ghazali pernah berkata, "Kehidupan seorang Muslim tidak dapat dicapai dengan sempurna, kecuali mengikuti jalan Allah SWT yang dilalui secara bertahap.

Tahapan-tahapan itu, antara lain, tobat, sabar, fakir, zuhud, tawakal, cinta, makrifat, dan ridha. Karena itu, seorang mukmin wajib mendidik jiwa dan akhlaknya. Sementara, hati adalah cermin yang sanggup menang kap makrifat, kesanggupan itu terletak pada hati yang suci dan jernih. Imam Ghazali juga mengatakan, "Siapa hendak mengetahui aib-aibnya, maka ia dapat menempuh lima jalan.

Pertama, duduk di hadapan seorang guru yang mampu mengetahui keburukan hati dan berbagai bahaya yang tersembunyi di dalamnya. Kemudian, ia memasrahkan dirinya kepada sang guru dan mengikuti petunjuknya dalam bermujahadah membersihkan aib itu.

Ini adalah keadaan seorang murid dengan gurunya. Sang guru akan menunjukkan aib-aibnya dan cara pengobatannya, tapi pada zaman sekarang guru semacam ini langka.

Kedua, mencari seorang teman yang jujur, memiliki bashiroh (mata hati yang tajam), dan berpegangan pada agama. Ia kemudian menjadikan temannya itu sebagai peng awas yang mengamati keadaan, perbuatan, serta semua aib batin dan zahirnya sehingga ia dapat memperingatkannya. Demikian inilah yang dahulu dilakukan oleh orang-orang cerdik, orang-orang terkemuka, dan para pemimpin agama.

Ketiga, berusaha mengetahui aib dari ucapan orang yang membencinya. Sebab, pandangan yang penuh keben- cian akan berusaha menyingkapkan keburukan seseorang. Bisa jadi, manfaat yang diperoleh seseorang dari musuh yang sangat membencinya dan suka mencari-cari kesalahannya lebih banyak dari teman yang suka bermanis muka, memuji, dan menyembunyikan aib-aibnya.

Namun, sudah menjadi watak manusia untuk mendustakan ucapan musuh-musuhnya dan menganggapnya sebagai ungkapan kedengkian. Akan tetapi, orang yang mempunyai mata hati jernih mampu memetik pelajaran dari berbagai keburukan dirinya yang disebutkan oleh musuhnya.

Keempat, bergaul dengan masyarakat. Setiap kali melihat perilaku tercela seseorang, ia segera menuduh dirinya sendiri juga memiliki sifat tercela itu. Kemudian, ia tuntut dirinya untuk segera meninggalkannya. Sebab, seorang mukmin adalah cermin bagi Mukmin lainnya. Ketika melihat aib orang lain, ia akan melihat aib-aibnya sendiri.

Kelima, renungkanlah pendeknya umur. Andai kita berumur seratus tahun sekalipun, umur itu pendek jika dibandingkan dengan masa hi dup kelak di akhi rat yang aba di. Karena itu, lihatlah aib sendiri se belum menilai aib orang lain.

Sumber : republika.co.id

Minggu, 15 Februari 2015

Meluruskan Bukan Berarti Menghina



Penanya : Dr. Zakir Naik ditanya, “Kenapa Anda Suka Sekali Menghina Kristen?”
Zakir Naik menjawab : Haram bagi seorang muslim untuk menghina atau merendahkan Non Muslim,
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan ...” [Al-An'am 108]
Penanya : “Tapi kenapa anda suka sekali membuktikan kesalahan Bible?”
Zakir Naik : “Saya tidak menghina, saya membuktikan kesalahan Bible, menyampaikan kebenaran bukan berarti menghina”
Kemudian, Dr. Zakir Naik bertanya kepada orang tersebut, “2+2=5, benar atau salah?”
Orang tersebut menjawab, “Salah!”
Dr. Zakir Naik, “Kenapa anda katakan salah, anda menghina saya ya??”
Orang itu menjelaskan, “No sir! saya tidak menghina anda, saya hanya mengatakan bahwa 2+2=5 itu salah, yang benar 2+2=4″
Dr. Zakir Naik menjawab, “Nah… seperti itulah yang saya lakukan, saya tidak menghina kristen, saya hanya mengatakan dan membuktikan bahwa bible itu adalah kitab yang salah”

[Sumber : Cuplikan Video Dr. Zakir Naik]

Sejarah Kelam Hari Valentine



Banyak remaja muslim tidak mengetahui bagaimanakah sejarah hari valentine. Karena ketidaktahuan dan cuma asal ikut-ikutan trend, juga supaya mau dikatakan gaul, akhirnya mereka pun merayakannya. Di antara mereka saling memberi kado, lebih-lebih pada orang yang dikasihi. Maka kita lihat coklat dan berbagai souvenir laris manis di hari tersebut. Bagaimanakah sebenarnya sejarah hari tersebut?

Cikal Bakal Hari Valentine
Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day. Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).

Kaitan Hari Kasih Sayang dengan Valentine
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).
Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”.
(Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
  1. Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
  2. Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
  3. Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
  4. Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh ironis memang kondisi remaja saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme. Bahkan secara tegas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan, Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka(HR. Ahmad dan Abu Daud). Dalil ini sudah cukup sebagai alasan terlarangnya merayakan hari valentine, apa pun bentuk perayaannya.

Wallahu waliyyut taufiq.

Artikel : RemajaIslam.com
              Redaksi ISBAD

Kamis, 12 Februari 2015

Bukti Bahwa Rasulullah Muhammad SAW Sudah Mengetahui Pulau Sumatra Sejak Dahulu

Pulau Sumatra tak diragukan sudah diketahui oleh Rasulullah SAW selama hidup, dan sudah dilalui serta disinggahi para pedagang serta pelaut Arab di waktu itu. Sebagaimana ungkap Prof. DR. Muhammad Syed Naquib al-Attas di buku terbarunya ‘Historical Fact and Fiction’.
Kesimpulan Al-Attas ini menurut inductive methode of reasoning. Metode ini, jelas al-Attas, dapat dipakai para pengkaji sejarah saat sumber-sumber sejarah yang tersedia dalam jumlah yang sedikit maupun sulit diketahui, lebih khusus pula sumber-sumber sejarah Islam serta penyebaran Islam di Nusantara memang kurang.
Terdapat dua fakta yang al-Attas gunakan buat sampai pada kesimpulan di atas. Pertama,  bukti sejarah Hikayat Raja-Raja Pasai yang di dalamnya ditemukan sebuah hadits yang mengatakan Rasulullah SAW menyuruh para sahabat
guna berdakwah di suatu tempat bernama Samudra, yang bakal terjadi tak lama lagi di kemudian hari.

Kedua, berupa terma “kafur” yang didapati di dalam Al-Qur’an.  Kata ini bersumber asal kata dasar “kafara” yang berarti menutupi. Kata “kafur” juga merupakan nama yang digunakan bangsa Arab untuk menyebut sebuah produk alam yang dalam Bahasa Inggris disebut camphor, atau dalam Bahasa Melayu disebut dengan kapur barus.
Masyarakat Arab menyebutnya dengan nama tersebut karena bahan produk tersebut tertutup dan tersembunyi di dalam batang pohon kapur barus/pohon karas (Cinnamomum camphora) dan juga karena “menutupi” bau jenazah sebelum dikubur. Produk kapur barus yang terbaik adalah dari Fansur (Barus) sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, yang terletak di pantai barat Sumatra. 
Dengan demikian tidak diragukan wilayah Nusantara lebih khusus lagi Sumatra telah dikenal oleh Rasulullah SAW dari para pedagang dan pelaut yang kembali dengan membawa produk-produk dari wilayah tersebut dan dari laporan tentang apa yang telah mereka lihat dan dengar tentang tempat-tempat yang telah mereka singgahi.
Dalam acara bedah buku “Historical Fact and Fiction” yang baru-baru ini (13/11) diselenggarakan oleh Islamic Studies Forum for Indonesia (ISFI) bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Sulawesi Selatan (PPSS) di kampus International Islamic University Malaysia (IIUM), Prof. DR. Tatiana Denisova, dosen di Departemen Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Akademi Studi Islam di Universitas Malaya Kuala Lumpur Malaysia, mengungkapkan kesetujuannya dengan al-Attas dalam penggunaan inductive methode of reasoning dalam mengkaji sejarah.

Muslimah asal Rusia yang pandai berbahasa Melayu ini setuju dalam masalah ini berdasarkan pengalaman Denisova yang setiap hari menghadapi masalah kurangnya bahan-bahan dan kajian-kajian dalam bidang ilmu sejarah Islam di Nusantara, dan berdasarkan kenyataan konsep sejarah Islam yang tidak berasaskan pada konsep dan falsafah Islam.
Lebih lanjut, mantan staf domestik di KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Rusia yang mendorong al-Attas menulis buku tersebut dan membantu al-Attas dalam menyediakan bahan-bahan tulisan untuk penulisan buku tersebut lebih lanjut menjelaskan menurutnya ada empat faktor penyebab minimnya sumber dan kajian sejarah Islam dan sejarah penyebaran Islam di Nusantara.
Pertama, sumber dan karya ilmiah sejarah Islam yang ditulis dalam huruf Jawi/Pego (Arab latin) oleh masyarakat Nusantara tidak begitu terkenal di kalangan ilmuwan Barat karena tidak banyak dari mereka yang pandai membaca tulisan Jawi.
Kedua, banyak sumber sejarah yang hilang atau tidak diketahui keberadaannya pada zaman penjajahan. Ketiga, biasanya sumber-sumber sejarah yang ditulis masyarakat Nusantara dianggap oleh orientalis sebagai artifak sastra, sebagai karya dongeng atau legenda, yang hanya bisa dipelajari dari sudut filologi atau linguistik, dan tidak bisa diterima sebagai sumber sejarah yang sempurna dan benar. Para orientalis hanya membicarakan dan menganalisa gaya bahasa dan genre, tetapi tidak memperhatikan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan fakta sejarah berupa aktivitas ekonomi, undang-undang, aktivitas intelektual dan lain sebagainya.

Keempat, karena minimnya sumber dan kajian sejarah Islam Nusantara membuat para ilmuwan Barat hanya menggunakan sumber, kajian dan tulisan dari luar Nusantara termasuk dari Barat. Mereka tidak memperhatikan atau mungkin tidak tahu adanya bahan-bahan dan informasi yang terdapat dalam berbagai sumber sejarah Islam termasuk sumber-sumber sejarah dari wilayah Nusantara.
Spekulatif
Dalam acara bedah buku yang dihadiri 120 orang mahasiswa dan mahasiswi IIUM yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei tersebut, Prof. DR. Abdul Rahman Tang, dosen pasca sarjana di Departemen Sejarah dan Peradaban, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences di International Islamic University Malaysia, selaku pembanding menyatakan kajian sejarah Islam Nusantara yang dilakukan al-Attas dalam buku tersebut sebagian besar bersifat spekulatif.
Muslim Cina warga Malaysia tuna netra yang mengakui kredibilitas akademik al-Attas dalam kajian dunia Nusantara terutama sejarah kedatangan, peradaban dan adat  Islam Nusantara ini menyimpulkan sebagian besar fakta-fakta yang diungkap al-Attas dalam buku tersebut bersifat spekulatif. Salah satu fakta spekulatif tersebut adalah hadits yang terdapat dalam Hikayat Raja Raja Pasai. Menurutnya, fakta-fakta tersebut bisa valid jika telah menjalani proses “verification of fact”. Namun Al-Attas tidak melakukan proses ini terhadap hadits tersebut.

Tang mempertanyakan status hadits ini dan mengkhwatirkan implikasinya terhadap pemikiran masyarakat Nusantara. Menurutnya, al-Attas melakukan inductive methode of reasoning secara tidak konstruktif.
DR. Syamsuddin Arif, dosen IIUM asal Jakarta, selaku pembicara kedua dalam acara bedah buku tersebut mengungkapkan kesimpulan al-Attas di atas logis dan sesuai dengan fakta. Hal ini berdasarkan perjalanan pelaut dan pedagang Arab pada masa Rasulullah saw yang pergi ke Cina. Untuk mencapai negeri Cina melalui laut tak ada rute lain kecuali melalui dan singgah wilayah Nusantara.
Lebih lanjut Arif mengemukakan berbagai teori dan pendapat tentang kapan, dari mana, oleh siapa, dan untuk apa penyebaran Islam di Nusantara beserta bukti-bukti dan fakta-fakta yang digunakan untuk mendukung pendapat-pendapat tersebut. Arif juga menjelaskan ilmuwan siapa saja yang memegang dan yang menentang pendapat-pendapat tersebut.
Di akhir makalahnya, Arif mempertanyakan pendapat J.C. Van Leur yang pertama kali menyatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara dimotivasi oleh kepentingan ekonomi dan politik para pelakunya. Van Leur dalam bukunya Indonesian Trade and Society berpendapat, sejalan dengan melemahnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Sumatera dan khususnya di Jawa, para pedagang Muslim beserta muballigh lebih berkesempatan mendapatkan keuntungan dagang dan politik. Dia juga menyimpulan adanya hubungan saling menguntungkan antara para pedagang Muslim dan para penguasa lokal. Pihak yang satu memberikan bantuan dan dukungan materiil, dan pihak kedua memberikan kebebasan dan perlindungan kepada pihak pertama. Menurutnya, dengan adanya konflik antara keluarga bangsawan dengan penguasa Majapahit serta ambisi sebagian dari mereka untuk berkuasa, maka islamisasi merupakan alat politik yang ampuh untuk merebut pengaruh dan menghimpun kekuataan.
“Namun, benarkah demikian? That’s a problem!” ungkap Arif.
Suasana debat akademis di antara pembicara yang  “pro dan kontra” terhadap karya al-Attas dalam acara bedah buku tersebut cukup memanas tetapi tetap mengedepankan akhlaqul karimah dan mengedepankan rasio dibanding emosi. Begitulah semestinya debat ilmiah para ilmuwan Muslim.

Abdullah al-Mustofa
mustofa96@gmail.com
Peneliti ISFI (Islamic Studies Forum for Indonesia) Kuala Lumpur, Malaysia
Redaktur: Johar Arif

Patung Sphinx, Bukti Arkeologis Bencana Nuh 13.000 tahun yang silam


Banyak Arkeologi bingung, mengapa Sphinx di Mesir menghadap ke arah barat daya (Southwest).
Padahal sudah kita pahami bersama, berdasarkan penelitian catatan-catatan mengenai Mesir kuno, melalui gambar-gambar yang terdapat pada piramid dan sphinx, diketahui bahwa penguasa yang membangun benda-benda itu, mendewakan Matahari.
Oleh karenanya, apabila kita imaginasikan wajah Sphinx menghadap ke arah ufuk timur, tempat terbitnya matahari, secara mengejutkan diperoleh fakta bahwa Mekkah ternyata berada di wilayah kutub utara.

Apa makna semua ini ?
Seorang cendikiawan muslim, ustadz Nazwar Syamsu menduga, pergeseran posisi menghadap pada Sphinx erat kaitannya dengan bencana maha dahsyat ribuan tahun yang silam, yang kita kenal sebagai bencana banjir Nuh
Hal ini juga didukung oleh informasi Al Qur’an, yang menceritakan posisi Bakkah (Mekkah), berada di wilayah Utara (QS. Nuh (71) ayat 14), sebelum peristiwa bencana Nuh (Sumber : Sains dan Dakwah).
Sphinx, adalah patung singa bermuka manusia yang juga merupakan obyek penting dalam penelitian ilmuwan, tingginya 20 meter, panjang keseluruhan 73 meter, dianggap didirikan oleh kerajaan Firaun ke-4 yaitu Khafre.
Namun, melalui bekas yang dimakan karat (erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan memperkirakan bahwa masa pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak 10 ribu tahun silam sebelum Masehi.
Seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx, jika dibandingkan dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya, sama sekali berbeda, Sphinx diperkirakan dibangun di masa yang lebih purba.
Dalam bukunya “Ular Angkasa“, John Washeth mengemukakan: perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil, melainkan berasal dari budaya yang lebih awal.
Ahli ilmu pasti Swalle Rubich dalam “Ilmu Pengetahuan Kudus” menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat. Pada saat itu Sphinx telah ada, hal ini bisa terlihat, pada bagian badan Sphinx yang jelas sekali ada bekas erosi. Diperkirakan akibat dari banjir dahsyat di tahun 11.000 SM.

Perkiraan erosi lainnya pada Sphinx adalah air hujan dan angin.
Washeth mengesampingkan dari kemungkinan air hujan, sebab selama 9.000 tahun di masa lalu dataran tinggi Jazirah, air hujan selalu tidak mencukupi, dan harus melacak kembali hingga tahun 10.000 SM baru ada cuaca buruk yang demikian.
Washeth juga mengesampingkan kemungkinan tererosi oleh angin, karena bangunan batu kapur lainnya pada masa kerajaan ke-4 malah tidak mengalami erosi yang sama. Dan bisa terlihat, pada tulisan berbentuk gajah dan prasasti peninggalan kerajaan kuno, dimana tidak ada sepotong batu pun yang mengalami erosi, separah Sphinx.
Profesor Universitas Boston, dan ahli dari segi batuan erosi Robert S. juga setuju dengan pandangan Washeth sekaligus menujukkan: Bahwa erosi yang dialami Sphinx, ada beberapa bagian yang kedalamannya mencapai 2 meter lebih, dan jelas sekali merupakan bekas setelah mengalami tiupan dan terpaan angin yang hebat selama ribuan tahun.
Washeth dan Robert S. juga menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno tidak mungkin dapat mengukir skala yang sedemikian besar di atas sebuah batu raksasa, produk seni yang tekniknya rumit.
Jika diamati secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan secara logis, bahwa pada masa purbakala, di atas tanah Mesir, pernah ada sebuah budaya yang sangat maju, namun karena adanya pergeseran lempengan bumi, daratan batu tenggelam di lautan, dan budaya yang sangat purba pada waktu itu akhirnya disingkirkan, meninggalkan piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi bangunan yang sempurna.
Dalam jangka waktu yang panjang di dasar lautan, piramida raksasa dan Sphinx mengalami rendaman air dan pengikisan dalam waktu yang panjang.
Temuan ahli arkeologi, berkenaan dengan Sphinx nampaknya sejalan dengan temuan Geologi, yang memperkirakan pada sekitar masa 11.000 SM, pernah terjadi banjir global yang melanda bumi.
Peristiwa banjir global inilah, yang menurut Ustadz H.M. Nur Abdurrahman, sebagai banjir di era Nabi Nuh. Yang sangat luar biasa, dan memusnahkan seluruh peradaban ketika itu, dan yang tersisa adalah mereka yang meyakini Syariat Allah, melalui utusanNya Nabi Nuh As.

SUMBER : http://kanzunqalam.wordpress.com/2010/11/12/patung-sphinx-bukti-arkeologis-bencana-nuh-13-000-tahun-yang-silam/

Alasan Zionis Israel Ngotot menghancurkan Al Aqsa

Hasil gambar untuk al aqsa

Haikal Sulaiman diyakini dibangun tahun 960 SM oleh Nabi Sulaiman a.s, 370 tahun kemudian bangsa Babylonia menginvasi Yerusalem dan menghancurkan kuil tersebut.
Setelah itu, tentara Persia yang dipimpin Cyrus merebut Yerusalem dari tangan Babylonia dan membangun kembali Haikal Sulaiman.
Tahun 70 M, pasukan Romawi menyerang Yerusalem dan menghancurkan kembali Haikal Sulaiman rata dengan tanah.

Abad demi abad terus berjalan, namun cita-cita kaum Zionis-Yahudi untuk membangun kembali Haikal Sulaiman terus terpelihara dengan baik di dalam memori bangsanya.
Ketika gerakan Zionisme Internasional menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Bassel, Swiss, tahun 1897, memori ini menemukan momentumnya dan Theodore Hertzl menyerukan agar semua Yahudi Diaspora berbondong-bondong memenuhi Tanah Palestina yang disebutnya sebagai Tanah Perjanjian.
Atas klaim sepihak, kaum Zionis ini mengatakan bahwa di bawah tanah Masjidil Aqsha inilah Haikal Sulaiman berdiri. Sebab itu, mereka mengatakan tidak ada pilihan lain kecuali menghancurkan Masjidil Aqsha dan kemudian membangun kembali Haikal Sulaiman di atasnya.
Bagi kaum Zionis, Haikal Sulaiman merupakan pusat dari dunia. Bukan Makkah, bukan pula Vatikan. Haikal Sulaiman-lah pusat seluruh kepercayaan dan pemerintahan segala bangsa. Keyakinan ini bukanlah berangkat tanpa landasan.
Dalam keyakinan Yudaisme yang sesungguhnya telah bergeser jauh dari Taurat yang dibawa oleh Musa a. S., bangsa Yahudi meyakini bahwa di suatu hari nanti seorang Messiah (The Christ) akan mengangkat derajat dan kedudukan bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia.
Kehadiran Mesiah inilah yang menjadi inti dari semangat kaum Yahudi untuk memenuhi Tanah Palestina. Namun hal ini menjadi perdebatan utama di kalangan Yahudi yang pro-Zionis dengan yang anti-Zionis.
Bagi yang pro-Zionisme, mereka menganggap Kuil Sulaiman harus sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Messiah yang akan bertahta di atas singgasananya. Sedangkan bagi kaum Yahudi yang menolak Zionisme, bagi mereka, Messiah sendirilah yang akan datang dan memimpin pembangunan kembali Haikal Sulaiman yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat pemerintahan dunia (One World Order).
Mengenai benar tidaknya lokasi bekas reruntuhan Kuil Sulaiman tepat berada di bawah Masjidil Aqsha, para sejarawan masih berbeda pendapat. Beberapa peneliti bahkan meyakini bahwa wilayah bekas berdirinya Kuil Sulaiman tersebut sesungguhnya berasa di luar kompleks Masjidil Aqsha sekarang ini.
Sejak menjajah Yerusalem di tahun 1967, kaum Zionis selalu berupaya merusak Masjidil Aqsha. Tahun 1969 sekelompok Yahudi fanatik berupaya membakar Masjid ini. Mereka juga terus melakukan penggalian di bawah tanah Masjidil Aqsha dengan alasan tengah melakukan riset arkeologis.
Belum cukup dengan itu, di dalam terowongan-terowongan yang digali, mereka juga mengalirkan air dalam jumlah besar dengan tujuan menggoyahkan kekuatan tanah di bawah masjid agar pondasi masjid menjadi rapuh. Akibatnya sekarang ini banyak pondasi masjid yang sudah rapuh dan jika ada gempa bumi sedikit saja maka bukan mustahil Masjidil Aqsha bisa runtuh.
Sekarang, tentara Zionis sudah secara terang-terangan hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Mereka tidak lagi mengeluarkan dalih macam-macam. Apakah ini merupakan tanda bahwa mereka sudah yakin bahwa sebentar lagi Messiah yang dinanti-nantikan akan segera hadir?

Menyongsong berdirinya Kuil Sulaiman, ‘Presiden’ Zionis-Israel Moshe Katsav melayangkan sepucuk surat kepada Perdana Menteri Vatikan yang berisi permintaan agar Tahta Suci Vatikan mengembalikan seluruh harta karun dan benda-benda berharga yang kini memenuhi kompleks Tahta Suci kepada mereka.
Kaum Zionis masih ingat betul, ketika di tahun 70M, pasukan Romawi menyerbu Yerusalem dan memboyong banyak harta karun dari Kuil Sulaiman dan membawanya ke Vatikan.
Jika harta karun sudah dikembalikan, maka ada satu syarat lagi menjelang hadirnya Messiah, yakni mereka harus menemukan dan menyembelih serta membakar seekor sapi betina berbulu merah berusia tiga tahun dan belum pernah melahirkan anak.
Untuk yang satu ini pun kaum Zionis telah mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.
Hanya saja, mereka terbentur satu persyaratan lagi, yakni penyembelihan dan pembakaran sapi merah ini harus dilakukan di atas kaki Bukit Zaitun.
Masalahnya, daerah ini sekarang belum bisa dijajah Zionis-Israel seperti wilayah Palestina lainnya. Kaki Bukit Zaitun masih berada di tangan yang berhak, yakni di tangan bangsa Palestina. Sebab itu, kaum Zionis selalu berupaya tanpa lelah mengusir orang-orang Palestina dari wilayah ini.

Guna mencapai tujuannya, kaum Zionis tidak berusaha sendirian. Mereka juga memperdaya musuh-musuhnya yakni umat Kristen dan kaum Muslimin. Untuk memperdaya umat Kristiani, kaum Zionis menyusupkan nilai-nilai Talmud ke dalam Bibel seperti yang terjadi atas Injil Scofield atau Injil Darby.
Bahkan Injil versi King James sebagai Injil resmi Barat pun demikian. Sebab itu, tidak aneh jika sekarang ini sikap politik umat Kristiani seolah sama sebangun dengan kaum Yahudi. Padahal di dalam banyak ayat-ayat Talmud, kaum Yahudi ini begitu keras permusuhannya terhadap Kristen dan Yesus.
Keyakinan Injil juga menyebutkan tentang hadirnya The Christ kembali ke muka bumi (Maranatha atau The Second Coming) dalam wujud Tuhan seutuhnya. Kaum Yahudi menggiring opininya bahwa Maranatha tidak akan terjadi sebelum Haikal Sulaiman berdiri kembali di Yerusalem.
Kesamaan pandangan inilah yang membuat orang-orang Kristen mendiamkan ulah kaum Zionis yang hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Orang-orang Kristen ini telah terbius dengan retorika dan racun Zionis sehingga tidak bisa bersikap kritis dan mereka lupa bahwa salah satu agenda utama Zionis ini adalah juga meruntuhkan Tahta Suci Vatikan dan memindahkannya ke Yerusalem.
Dari sisi hukum internasional, upaya penghancuran Masjidil Aqsha juga tidak bisa dibenarkan. Berdasarkan Resolusi DK-PBB Nomor 242 dan beberapa resolusi lainnya, rezim Zionis Israel wajib melindungi masjid ini dan menuntut Zionis agar mundur dari seluruh wilayah Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza, dan menyerahkan wilayah itu kepada penduduk aslinya yang tak lain adalah rakyat Palestina. Namun dalam tataran praktek, resolusi ini tidak dijalankan.
Menurut keyakinan Yahudi, jika Messiah sudah bertahta di atas singgasana Haikal Sulaiman, maka Messiah itu akan memimpin kaum Yahudi untuk memerangi siapa pun yang tidak mau tunduk pada The New World Order, yakni si Yahudi itu sendiri.

Isi Injil Barnabas yang Memuat Berita Kedatangan nabi Muhammad


Penemuan Injil kuno yang diyakini berusia 1500 tahun telah membuat heboh. Yang membuat gempar, Injil kuno tersebut ternyata memprediksi kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai penerus risalah Isa (Yesus) di bumi.
Sebagian orang memprediksi injil tersebut adalah Injil Barnabas. Menurut mailonline, injil yang tersimpan di Turki itu ditulis tangan dengan tinta emas menggunakan bahasa Aramik. Inilah bahasa

yang dipercayai digunakan Yesus sehari-hari. Dan di dalam injil ini dijelaskan ajaran asli Yesus serta prediksi kedatangan penerus kenabian setelah Yesus. Alkitab kuno ini sekarang di simpan di Museum Etnografi di Ankara, Turki.

Dalam Injil Barnabas memang diungkapkan tentang akan datangnya Rasul bernama Muhammad SAW, setelah Nabi Isa. Berikut ini isi Injil Barnabas yang menyebut tentang Nabi Muhammad:
Bab 39 Barnabas: ”Terpujilah nama-Mu yang kudus, ya Allah Tuhan kita… Tiada Tuhan Selain Allah dan dan Muhammad adalah utusan-Nya”.
Masih pada bab 39 yang mengisahkan tentang Nabi Adam, nama Nabi Muhammad SAW juga disebut dalam dialog antara Nabi Adam dengan Tuhan. ”…Apa arti kata-kata, Muhammad utusan Allah, apakah ada manusia sebelum aku?”
Bab 41 Barnabas: “Atas perintah Allah, Mikael mengusir Adam dan Hawa dari surga, kemudian Adam keluar dan berbalik melihat tulisan pada pintu surga ‘Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah…”
Bab 44 Barnabas: Pada bab ini Yesus atau Nabi Isa menyebut nama Nabi Muhammad. ”Oh, Muhammad Tuhan bersamamu…”
Bab 97: Yesus menjawab, “Nama Mesias sangat mengagumkan, karena Allah sendiri yang memberinya nama, ketika menciptakan jiwanya dan menempatkannya di dalam kemuliaan surgawi. Allah berkata: ‘Tunggu Muhammad; karena kamu Aku akan menciptakan firdaus, dunia, dan banyak makhluk… Siapa pun yang memberkatimu akan diberkati, dan barangsiapa mengutukmuu akan dikutuk..”
Bab 112: Dalam bab ini Nabi Isa (Yesus) bercerita kepada Barnabas bahwa dirinya akan dibunuh. Namun, kata Nabi Isa, Allah aka membawanya naik dari bumi. Sedangkan orang yang dibunuh sebenarnya adalah seorang pengkhianat yang wajahnya diubah seperti Nabi Isa. Dan orang-orang akan percaya bahwa yang disalib itu adalah Nabi Isa. ”Tetapi Muhammad akan datang… Rasul Allah yang suci,” kata Nabi Isa. Nama Nabi Muhammad juga disebut pada Bab 136, 163, dan 220. Isi Injil Barnabas di atas dikutip dari barnabas.net.
***

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/03/19160/inilah-isi-injil-barnabas-yang-memuat-berita-kedatangan-muhammad-saw/#ixzz1o1RMzWSh

Piramida di Giza tidak dibangun oleh Para Budak!!


Para arkeolog Mesir menemukan sebuah makam baru milik para pekerja yang membangun piramida besar Giza. Penemuan makam ini sekaligus membantah sejarah yang selama ini mencatat bahwa piramida Giza dibangun oleh para budak. Ribuan orang yang membangun piramida raksasa ini ternyata makan daging secara teratur, bekerja dengan sistem shift dan diberikan kehormatan untuk dimakamkan di makam batu bata lumpur di
piramida raksasa Giza. Hal ini mengindikasikan bahwa para pekerja pembangun piramida raksasa Giza bukan dibangun oleh para budak seperti yang selama ini tercatat dala sejarah dunia.

Kuburan dari para pekerja piramida ini pertama kali ditemukan di daerah ini pada 1990, menurut kepada arkeolog Mesir, Zahi Hawass. Dari apa yang ditemukan disana menunjukkan bahwa para para pekerja merupakan buruh upah dan bukan budak sama sekali. Hawass menambahkan dalam pernyataannya bahwa kuburan yang dibangun di samping makam raja (piramida Giza) adalah bukti bahwa para pekerja diberi kehormatan atas jasa-jasa mereka. Hawass juga menambahkan bahwa bukti lain yang menunjukkan bahwa mereka bukan budak adalah sekitar 10.000 buruh yang bekerja di piramida makan 21 sapi dan 23 domba yang dikirimkan kepada mereka setiap hari dari peternakan di bagian utara dan selatan Mesir. bayangkan jika 23 domba itu dibuat sate, pasti anda dapat membayangkan bagaimana banyak makanan yang tersedia pada saat itu untuk meberi makan para buruh tersebut. Selain itu, para pekerja juga bekerja dengan sistem shift setiap 3 bulan. Dan mereka yang meninggal dalam masa pembangunan konstruksi piramida Giza diberikan kehormatan untuk dimakamkan di makam yang terletak dekat dengan piramida Giza.

Penemuan-penemuan seperti ini mengungkapkan aspek-aspek lain dari masyarakat Mesir kuno selain hanya monumen batu dan kuil-kuil sering dikunjungi oleh para imam, para penguasa dan bangsawan, menjelaskan Salima Ikram, seorang profesor ilmu pengetahuan Mesir di Universitas Amerika di Kairo.

Sumber : http://zilzaal.blogspot.com
              Redaksi ISBAD

Adolf Hitler : Sudut Kisah Yang Jarang Kita Dengar



1. Prinsip Hitler mengenai Yahudi, Zionisme dan proses berdirinya negara Israel. Hitler telah melancarkan Holocaust untuk membasmi Yahudi karena beranggapan nantinya Yahudi akan menjerumuskan dunia.
2. Prinsip Hitler mengenai Islam. Hitler telah mempelajari sejarah kerajaan terdahulu dan umat yang lampau, dan dia telah menyatakan bahwa ada tiga peradaban yang terkuat yaitu Persia, Romawi dan Arab. Ketiganya telah menguasai dunia pada masa lalu. Sementara Persia dan Romawi masih melanjutkan peradaban mereka hingga hari ini, namun Arab hanya bertengkar dengan sesamanya. Dia melihat ini sebagai satu masalah karena Arab akan merobohkan Peradaban Islam yang dia telah lihat begitu hebat pada masa lalu.
Karena dia merasa kagum pada Peradaban Islam, dia telah mencetak panduan mengenai Islam dan diedarkan kepada tentara Nazi sewaktu perang, walaupun kepada tentara yang non-Muslim.


Beliau juga memberi kesempatan tentara Jerman yang muslim untuk menunaikan sholat ketika masuk waktunya di manapun juga…bahkan tentara Jerman pernah sholat di Lapangan Berlin dan Hitler menunggu hingga mereka menyelesaikan sholat jamaah untuk menyampaikan pidatonya.



Hitler juga sering bertemu dengan para Ulama dan meminta pendapat mereka serta belajar dari mereka tentang agama dan kisah para sahabat dalam menyusun strategi…


Dia juga meminta para Syeh untuk mendampingi tentaranya dan mendoakan mereka yang non-muslim dan memberi semangat kepada tentara muslim untuk memerangi Yahudi…

1) Pengaruh Al-Quran di dalam ucapan Hitler.
Ketika tentara Nazi tiba di Moscow, Hitler berniat menyampaikan pidato. Dia memerintahkan para penasihatnya untuk mencari kata-kata pembukaan yang agung dari kitab suci, kata-kata ahli filsafat ataupun dari bait syair. Seorang sastrawan Iraq yang tanggal di Jerman memberi masukan ayat Al-Quran yang artinya : Telah dekat Hari Kiamat dan telah terbelah bulan…
Hitler merasa kagum dengan ayat ini dan menggunakannya sebagai kalimat pembukaan dan isi kandungan pidatonya. Memang para ahli tafsir menjelaskan bahwa ayat tersebut bermakna keagungan, kekuatan dan arti yang mendalam.
Hal ini dinyatakan Hitler dalam bukunya Mein Kampf yang ditulis di penjara bahwa segala tindakannya berdasarkan Al-Quran khususnya tindakannya terhadap Yahudi.

2) Hitler bersumpah dengan nama Allah yang Maha Besar
Hitler telah memasukkan sumpah dengan nama Allah yang Maha Besar di dalam ikrar pimpinan tentaranya yang akan tamat belajar di Akademi tentara Jerman.
” Saya bersumpah dengan nama Allah (Tuhan) yang Maha Besar dan inilah sumpah suci saya, bahwa saya akan mematuhi semua perintah pimpinan tentara Jerman dan pemimpinnya Adolf Hitler, panglima tertinggi, bahwa saya akan selalu bersedia untuk mengorbankan nyawa saya kapanpun demi pemimpin saya”

3) Hitler pantang meminum arak
Ketika dia gemetar saat keadaan pasukan Jerman sedang goncang dan berbahaya. Waktu itu para dokter memintanya meminum arak sebagai obat dan beliau menolak sambil berkata,” Bagaimana anda ingin menyuruh seseorang minum arak untuk pengobatan sedangkan dia seumur hidupnya tak pernah menyentuh arak?”
Ya, Hitler tidak pernah menyentuh arak sepanjang hayat…minuman kegemarannya adalah teh celup yang khas…

Tujuan penulisan ini bukanlah untuk membela apa yang telah dilakukan Hitler, tetapi hanya bertujuan untuk menyingkap apa yang disembunyikan oleh pihak Barat. Semoga kita semua memperoleh manfaat.
Sekian infonya gan.. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, ane bikin thread seperti ini bukan berarti ane mengajak agan – agan sekalian untuk membela Hitler atau nazi bukan gan.. Sama sekali bukan.. Karena menurut ane, untuk menjadi seorang yang adil maka kita harus melihat sesuatu tidak hanya dari satu sisi saja.. Melainkan dari kedua sisi baik itu sisi negatif maupun positifnya.