" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Selasa, 12 Mei 2015

Mengapa Nabi Muhammad Diutus di Arab?

 

Usia bumi telah tua. Lebih tua dari masa pertama saat Adam dan istrinya, Hawa, menginjakkan kaki di permukaannya. Silih berganti zaman dan keadaan. Manusia yang hidup di atasnya pun bergiliran. Allah utus rasul-rasul untuk mereka. Menyempurnakan fitrah yang telah dibawa. Hingga akhirnya diutus Muhammad bin Abdullah ﷺ di Jazirah Arab.
Lalu timbul pertanyaan, “Mengapa Arab?” “Mengapa tanah gersang dengan orang-orang nomad di sana dipilih menjadi tempat diutusnya Rasul terakhir ini?” Tidak sedikit umat Islam yang bertanya-tanya penasaran tentang hal ini. Mereka berusaha mencari hikmahnya. Ada yang bertemu. Ada pula yang meraba tak tentu arah.
Para ulama mencoba menyebutkan hikmah tersebut. Dan dengan kerendahan hati, mereka tetap mengakui hakikat sejati hanya Allah-lah yang mengetahui. Para ulama adalah orang yang berhati-hati. Jauh lebih hati-hati dari seorang peneliti. Mereka jauh dari mengedepankan egoisme suku dan ras. Mereka memiliki niat, yang insya Allah, tulus untuk hikmah dan ilmu.
Zaid bin Abdul Karim az-Zaid dalam Fiqh as-Sirah menyebutkan di antara latar belakang diutusnya para rasul, khusunya rasul terakhir, Muhammad ﷺ, di Jazirah Arab adaalah:

Pertama: Jazirah Arab adalah tanah merdeka.
Jazirah Arab adalah tanah merdeka yang tidak memiliki penguasa. Tidak ada penguasa yang memiliki kekuasaan politik dan agama secara absolut di daerah tersebut. Berbeda halnya dengan wilayah-wilayah lain. Ada yang dikuasai Persia, Romawi, dan kerajaan lainnya.

Kedua: Memiliki agama dan kepercayaan yang beragam.
Mereka memang orang-orang pagan penyembah berhala. Namun berhala mereka berbeda-beda. Ada yang menyembah malaikat. Ada yang menyembah bintang-bintang. Dan ada pula yang menyembah patung –ini yang dominan-.
Patung yang mereka sembah pun bermacam ragam. Setiap daerah memiliki patung jenis tertentu. Keyakinan mereka beragam. Ada yang menolak, ada pula yang menerima.
Di antara mereka juga terdapat orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dan sedikit yang masih berpegang kepada ajaran Nabi Ibrahim yang murni.

Ketiga: Kondisi sosial yang unik mungkin bisa dikatakan istimewa tatkala itu. Mereka memiliki jiwa fanatik kesukuan (ashabiyah).
Orang Arab hidup dalam tribalisme, kesukuan. Pemimpin masyarakat adalah kepala kabilah. Mereka menjadikan keluarga sendiri yang memimpin suatu koloni atau kabilah tertentu. Dampak positifnya kentara saat Nabi ﷺ memulai dakwahnya. Kekuatan bani Hasyim menjaga dan melindungi beliau dalam berdakwah.
Apabila orang-orang Quraisy menganggu pribadi beliau, maka paman beliau, Abu Thalib, datang membela. Hal ini juga dirasakan oleh sebagian orang yang memeluk Islam. Keluarga mereka tetap membela mereka.

Keempat: Jauh dari peradaban besar.
Mengapa jauh dari peradaban besar merupakan nilai positif? Karena benak mereka belum tercampuri oleh pemikiran-pemikiran lain. Orang-orang Arab yang tinggal di Jazirah Arab atau terlebih khusus tinggal di Mekah, tidak terpengaruh pemikiran luar. Jauh dari ideologi dan peradaban majusi Persia dan Nasrani Romawi. Bahkan keyakinan paganis juga jauh dari mereka. Sampai akhirnya Amr bin Luhai al-Khuza’I kagum dengan ibadah penduduk Syam. Lalu ia membawa berhala penduduk Syam ke Jazirah Arab.
Jauhnya pengaruh luar ini, membuat jiwa mereka masih polos, jujur, dan lebih adil menilai kebenaran wahyu.

Kelima: Secara geografi, Jazirah Arab terletak di tengah dunia.
Memang pandangan ini terkesan subjektif. Tapi realitanya, Barat menyebut mereka dengan Timur Tengah. Geografi dunia Arab bisa berhubungan dengan belahan dunia lainnya. Sehingga memudahkan dalam penyampaian dakwah Islam ke berbagai penjuru dunia. Terbukti, dalam waktu yang singkat, Islam sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Ke Eropa dan Amerika.

Keenam: Mereka berkomunikasi dengan satu Bahasa yaitu bahasa Arab.
Jazirah Arab yang luas itu hanya memiliki satu bahasa untuk komunikasi di antara mereka, yaitu Bahasa Arab. Adapun wilayah-wilayah lainnya memiliki banyak bahasa. Saat itu, di India saja sudah memiliki 15 bahasa resmi (as-Sirah an-Nabawiyah oleh Abu al-Hasan an-Nadawi, Cet. Jeddah: Dar asy-Syuruq. Hal: 22).
Bayangkan seandainya di Indonesia, masing-masing daerah berbeda bahasa, bahkan sampai ratusan bahasa. Komunikasi akan terhambat dan dakwah sangat lambat tersebar karena kendala bahasa saja. Dalam waktu yang lama, dakwah Islam mungkin belum terdengar ke belahan dunia lainnya karena disibukkan dengan kendala ini.

Ketujuh: Banyaknya orang-orang yang datang ke Mekah.
Mekah telah menjadi tempat istimewa sejak masa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalam. Oleh karena itu, banyak utusan dari wilayah Arab lainnya datang ke sana. Demikian juga jamaah haji. Pedagang. Para ahli syair dan sastrawan. Keadaan ini mempermudah untuk menyebarkan risalah kenabian. Mereka datang ke Mekah, lalu kembali ke kampung mereka masing-masing dengan membawa berita risalah kerasulan.

Kedelapan: Faktor penduduknya.
Ibnu Khladun membagi bumi ini menjadi tujuh bagian. Bagian terjauh adalah kutub utara dan selatan. Inilah bagian yang ia sebut dengan bagian satu dan tujuh. Kemudian ia menyebutkan bagian dua dan enam. Kemudian bagian tiga dan lima. Kemudian menunjuk bagian keempat sebagai pusatnya. Ia tunjuk bagian tersebut dengan mengatakan, “wa sakanaha (Arab: وسكانها).
Penduduk Arab adalah orang-orang yang secara fisik proporsional; tidak terlalu tinggi dan tidak pendek. Tidak terlalu besar dan tidak kecil. Demikian juga warna kulitnya. Serta akhlak dan agamanya. Sehingga kebanyakan para nabi diutus di wilayah ini. Tidak ada nabi dan rasul yang diutus di wilayah kutub utara atau selatan. Para nabi dan rasul secara khusus diutus kepada orang-orang yang sempurna secara jenis (tampilan fisik) dan akhlak. Kemudian Ibnu Khaldun berdalil dengan sebuah ayat:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia…” (QS. Ali Imran: 110). (Muqaddimah Ibnu Khaldun, Cet. Bairut: Dar al-Kitab al-Albani. Hal: 141-142).

Karena pembicaraan pertama dalam ayat tersebut ditujukan kepada orang Arab, yakni para sahabat. Kemudian barulah umat Islam secara umum.
Secara realita, kita juga meyakini, memang ada bangsa yang unggul secara fisik. Contohnya ras Mongoloid. Sebuah istilah yang pernah digunakan untuk menunjuk karakter umum dari sebagian besar penghuni Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseania. Memiliki ciri mata sipit, lebih kecil, dan lebih pendek dari ras Kaukasoid.
Ras Kaukasoid adalah karakter umum dari sebagian besar penghuni Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan dan India Utara. Walaupun penelitian sekarang telah merubah steorotip ini. Namun hal ini bisa kita jadikan pendekatan pemahaman, mengapa Ibnu Khladun menyebut Timur Tengah sebagai “sakanaha”.
Artinya ada fisik yang lebih unggul. Mereka yang sipit ingin mengubah kelopak mata menjadi lebih lebar. Mereka yang pendek ingin lebih tinggi. Naluri manusia menyetujui bahwa Kaukasia lebih menarik. Atau dalam bahasa lain lebih unggul secara fisik.
Namun Allah Ta’ala lebih hikmah dan lebih jauh kebijaksanaannya dari hanya sekadar memandang fisik. Dia lengkapi orang-orang Kaukasia yang ada di Timur Tengah dengan perangai yang istimewa. Hal ini bisa kita jumpai di buku-buku sirah tentang karakter bangsa Arab pra-Islam. Mereka jujur, polos, berkeinginan kuat, dermawan, dll. Kemudian Dia utus Nabi-Nya, Muhammad ﷺ di sana.
Mudah-mudahan bermanfaat…

Daftar Pustaka:
– Az-Zaid, Zaid bin Abdul Karim. 1424 H. Fiqh as-Sirah. Riyadh: Dar at-Tadmuria.
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com


Saad bin Abi Waqqash Pemilik Doa Mustajab




Saad bin Abi Waqqash adalah salah seorang sahabat yang paling pertama memeluk Islam. Hanya beberapa orang sahabat saja yang mendahuluinya. Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah radhiallahu ‘anhu ajma’in merekalah orangnya. Laki-laki Quraisy ini mengucapkan dua kalimat syahadat ketika berusia 27 tahun. Di masa kemudian, ia menjadi tokoh utama di kalangan sahabat. Dan termasuk 10 orang yang diberi kabar gembira sebagai penghuni surga.

Nasab Saad bin Abi Waqqash
Merupakan bagian penting dalam rekam jejak seseorang adalah nasab keluarga. Keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter seseorang. Ayah Saad adalah anak dari seorang pembesar bani Zuhrah. Namanya Malik bin Wuhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’d bin Adnan.
Adnan adalah putra Nabi Ismail bin Ibrahim ‘alaihimassalam.
Malik, ayah Saad, adalah anak paman Aminah binti Wahab, ibu Rasulullah ﷺ. Malik juga merupakan paman dari Hamzah bin Abdul Muthalib dan Shafiyyah binti Abdul Muthalib. Sehingga nasab Saad termasuk nasab yang terhormat dan mulia. Dan memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi ﷺ.
Ibunya adalah Hamnah binti Sufyan bin Umayyah al-Akbar bin Abdu asy-Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’d bin Adnan.
Ketika Rasulullah ﷺ sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, beliau memuji dan mencandai Saad dengan mengatakan,

هَذَا خَالِي فَلْيُرِنِي امْرُؤٌ خَالَهُ
“Ini pamanku, maka hendaklah seseorang memperlihatkan pamannya kepadaku.” (HR. al-Hakim 6113 dan at-Tirmidzi 3752. At-Tirmidzi mengatakan hadist ini hasan).

Masa Pertumbuhan
Saad dilahirkan di Mekah, 23 tahun sebelum hijrah. Ia tumbuh dan terdidik di lingkungan Quraisy. Bergaul bersama para pemuda Quraisy dan pemimpin-pemimpin Arab. Sejak kecil, Saad gemar memanah dan membuat busur panah sendiri. Kedatangan jamaah haji ke Mekah menambah khazanah pengetahuannya tentang dunia luar. Dari mereka ia mengenal bahwa dunia itu tidak sama dan seragam. Sebagaimana samanya warna pasir gurun dan gunung-gunung batu. Banyak kepentingan dan tujuan yang mengisi kehidupan manusia.

Memeluk Islam
Mengenal Islam sejak lahir adalah sebuah karunia yang besar. Karena hidayah yang mahal harganya itu, Allah beri tanpa kita minta. Berbeda bagi mereka yang mengenal Islam di tengah jalannya usia. Keadaan ini tentu lebih sulit. Banyak batu sandungan dan pemikiran yang membingungkan.
Saad bin Waqqash memeluk Islam saat berusia 17 tahun. Ia menyaksikan masa jahiliyah. Abu Bakar ash-Shiddiq berperan besar mengenalkannya kepada agama tauhid ini. Ia menyatakan keislamannya bersama orang yang didakwahi Abu Bakar: Utsman bin Affan, Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah. Hanya tiga orang yang mendahului keislaman mereka.

Dipaksa Meninggalkan Islam
Ketika Saad bin Abi Waqqash memeluk Islam, menerima risalah kerasulan Muhammad ﷺ, dan meninggalkan agama nenek moyangnya, ibunya sangat menentangnya. Sang ibu ingin agar putranya kembali satu keyakinan bersamanya. Menyembah berhala dan melestarikan ajaran leluhur.
Ibunya mulai mogok makan dan minum untuk menarik simpati putranya yang sangat menyayanginya. Ia baru akan makan dan minum kalau Saad meninggalkan agama baru tersebut.
Setelah beberapa lama, kondisi ibu Saad terlihat mengkhawatirkan. Keluarganya pun memanggil Saad dan memperlihatkan keadaan ibunya yang sekarat. Pertemuan ini seolah-olah hari perpisahan jelang kematian. Keluarganya berharap Saad iba kepada ibunda.
Saad menyaksikan kondisi ibunya yang begitu menderita. Namun keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya berada di atas segalanya. Ia berkata, “Ibu… demi Allah, seandainya ibu mempunyai 100 nyawa. Lalu satu per satu nyawa itu binasa. Aku tidak akan meninggalkan agama ini sedikit pun. Makanlah wahai ibu.. jika ibu menginginkannya. Jika tidak, itu juga pilihan ibu”.
Ibunya pun menghentikan mogok makan dan minum. Ia sadar, kecintaan anaknya terhadap agamanya tidak akan berubah dengan aksi mogok yang ia lakukan. Berkaitan dengan persitiwa ini, Allah pun menurunkan sebuah ayat yang membenarkan sikap Saad bin Abi Waqqash.

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS: Luqman | Ayat: 15).

Doanya Tidak Tertolak
Saad bin Abi Waqqash adalah seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang memiliki doa yang manjur dan mustajab. Rasulullah ﷺ meminta kepada Allah ﷻ agar doa Saad menjadi doa yang mustajab tidak tertolak. Beliau ﷺ bersabda,

اللَّهُمَّ سَدِّدْ رَمَيْتَهُ، وَأَجِبْ دَعْوَتَهُ
“Ya Allah, tepatkan lemparan panahnya dan kabulkanlah doanya.” (HR. al-Hakim, 3/ 500).

Doa Rasulullah ﷺ ini menjadikan Saad seorang prajurit pemanah yang hebat dan ahli ibadah yang terkabul doanya.

Seorang Mujahid
Saad bin Abi Waqqash adalah orang pertama dalam Islam yang melemparkan anak panah di jalan Allah. Ia juga satu-satunya orang yang Rasulullah pernah menyebutkan kata “tebusan” untuknya. Seperti dalam sabda beliau ﷺ dalam Perang Uhud:

اِرْمِ سَعْدُ … فِدَاكَ أَبِيْ وَأُمِّيْ
“Panahlah, wahai Saad… Tebusanmu adalah ayah dan ibuku.”( HR. at-Tirmidzi, no. 3755).

Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Aku tidak pernah mendengar Rasulullah ﷺ menebus seseorang dengan ayah dan ibunya kecuali Saad. Sungguh dalam Perang Uhud aku mendengar Rasulullah mengatakan,

اِرْمِ سَعْدُ … فِدَاكَ أَبِيْ وَأُمِّيْ
“Panahlah, wahai Saad… Tebusanmu adalah ayah dan ibuku.”( HR. at-Tirmidzi, no. 3755).

Dan Saad sangat merasa terhormat dengan motivasi Rasulullah ﷺ ini.
Di antara keistimewaan lain, yang ada pada diri Saad bin Abi Waqqash termasuk seorang penunggang kuda yang paling berani di kalangan bangsa Arab dan di antara kaum muslimin. Ia memiliki dua senjata yang luar biasa; panah dan doa.
Peperangan besar yang pernah ia pimpin adalah Perang Qadisiyah. Sebuah perang legendaris antara bangsa Arab Islam melawan Majusi Persia. 3000 pasukan kaum muslimin beradapan dengan 100.000 lebih pasukan negara adidaya Persia bersenjata lengkap. Prajurit Persia dipimpin oleh palingma mereka yang bernama Rustum. Melaui Saad lah, Allah memberi kemanangan kepada kaum muslimin atas negara adidaya Persia.

Umar Mengakui Amanahnya Dalam Memimpin
Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu pernah mengamanahi Saad jabatan gubernur Irak. Sebuah wilayah besar dan penuh gejolak. Suatu ketika rakyat Irak mengadukannya kepada Umar. Mereka menuduh Saad bukanlah orang yang bagus dalam shalatnya. Permasalahan shalat bukanlah permsalahan yang ringan bagi orang-orang yang mengetahui kedudukannya. Sehingga Umar pun merespon laporan tersebut dengan memanggil Saad ke Madinah.
Mendengar laporan tersebut, Saad tertawa. Kemudian ia menanggapi tuduhan tersebut dengan mengatakan, “Demi Allah, sungguh aku shalat bersama mereka seperti shalatnya Rasulullah. Kupanjangkan dua rakaat awal dan mempersingkat dua rakaat terakhir”.
Mendengar klarifikasi dari Saad, Umar memintanya kembali ke Irak. Akan tetapi Saad menanggapinya dengan mengatakan, “Apakah engkau memerintahkanku kembali kepada kaum yang menuduhku tidak beres dalam shalat?” Saad lebih senang tinggal di Madinah dan Umar mengizinkannya.
Ketika Umar ditikam, sebelum wafat ia memerintahkan enam orang sahabat yang diridhai oleh Nabi ﷺ -salah satunya Saad- untuk bermusyawarah memilih khalifah penggantinya. Umar berkata, “Jika yang terpilih adalah Saad, maka dialah orangnya. Jika selainnya, hendaklah meminta tolong (dalam pemerintahannya) kepada Saad”.

Sikap Saad Saat Terjadi Perselisihan Antara Ali dan Muawiyah
Saad bin Abi Waqqash menjumpai perselisihan besar yang terjadi pada kaum muslimin. Antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan, radhiallahu ‘anhum ajma’in. Sikap Saad pada saat itu adalah tidak memihak kelompok manapun. Ia juga memerintahkan keluarga adan anak-anaknya untuk tidak mengabarkan berita apapun kepadanya.
Keponakannya, Hisyam bin Utbah bin Abi Waqqash, berkata kepadanya, “Wahai paman, ini adalah 100.000 pedang (pasukan) yang menganggap Andalah yang berhak menjadi khalifah”. Saad menjawab, “Aku ingin dari 100.000 pedang tersebut satu pedang saja. Jika aku memukul seorang mukmin dengan pedang itu, maka ia tidak membahayakan. Jika dipakai untuk memukul orang kafir (berjihad), maka ia mematikan”. Mendengar jawaban pamannya, Hisyam paham bahwa pamannya, Saad bin Abi Waqqash sama sekali tidak ingin ambil bagian dalam permasalahan ini. Ia pun pergi.

Wafat
Saad bin Abi Waqqash termasuk sahabat yang berumur panjang. Ia juga dianugerahi Allah ﷻ harta yang banyak. Namun ketika akhir hayatnya, ia mengenakan pakaian dari wol. Jenis kain yang dikenal murah kala itu. Ia berkata, “Kafani aku dengan kain ini, karena pakaian inilah yang aku pakai saat memerangi orang-orang musyrik di Perang Badar”.
Saad wafat pada tahun 55 H. Ia adalah kaum muhajirin yang paling akhir wafatnya. Semoga Allah meridhainya.

Sumber:
http://islamstory.com

Bohong Itu Hina Bagi Masyarakat Jahiliyah (Dialog Heraclius dan Abu Sufyan)

Bohong Itu Hina Bagi Masyarakat Jahiliyah

Di masa jahiliyah bohong atau dusta adalah sifat yang hina. Mereka benar-benar memandang dusta sebagai sifat rendahan. Islam hadir di lisan masyarakat yang jujur ini sehingga syahadat bisa terwakili dengan zhahir ucapan lisan. Ketika lisan mereka telah berucap itu berarti isi hati dan perbuatan pun sama.
Berikut ini sebuah kisah dimana orang-orang Arab jahiliyah menganggap dusta adalah aib yang tercela dan memalukan. Orang-orang akan mengingatnya dalam waktu yang panjang. Dan dicap sebagai pembohong. Apalagi kalau yang berdusta adalah seorang tokoh. Kisah ini sekaligus menguatkan hikmah mengapa Nabi Muhammad ﷺ diutus di Arab.

Dari Abdullah bin Abbas:
Setelah Caisar Heraclius (Raja Romawi) membaca surat Rasulullah ﷺ yang ditujukan kepadanya, ia berkata, “Hadapkan kepadaku salah seorang dari kaum orang yang mengaku Nabi ini. Aku ingin bertanya tentang dia”.
Abdullah bin Abbas melanjutkan:
Abu Sufyan bercerita kepadaku bahwa ia dan orang-orang Quraisy berada di Syam untuk berdagang. Saat itu Rasulullah ﷺ dan orang-orang Quraisy masih sedang mengikat perjanjian damai. Lalu datanglah utusan Caisar. Kami pun diundang bertemu raja. Kami masuk menemui Caisar. Caisar duduk di singgasananya dengan mengenakan mahkota. Dan di sekelilingnya terdapat tokoh-tokoh Kerajaan Romawi.
Caisar Heraclius berkata kepada penerjemahnya, “Tanyakan pada mereka, siapa yang paling dekat kekerabatannya dengan laki-laki yang mengaku Nabi itu!”
Abu Sufyan berkata, “Akulah orang yang paling dekat hubungan nasab dengannya”.
Ia bertanya, “Seberapa dekat nasabmu dengannya?”
“Dia adalah anak pamanku”, jawab Abu Sufyan. “Tidak ada pada rombongan ini seorang pun dari bani Abdi Manaf kecuali aku”.

Kisahnya.
Caisar berkata, “Mendekatlah”. Lalu ia memerintahkan rombonganku berada di belakangku. Lalu ia berkata kepada penerjemahnya, “Katakan kepada teman-temannya, aku akan menanyai dia tentang laki-laki yang mengaku nabi itu. Apabila ia bohong, maka katakan ia berbohong”.
Abu Sufyan berkata, “Demi Allah, kalau bukan karena malu dicap sebagai pendusta, pasti aku akan berbohong saat ia bertanya tentang nabi itu. Tapi aku malu kebohonganku ini akan diingat, jadi kukatakan yang sebenarnya”.
Kemudian Caisar berkata kepada penerjemahnya, “Bagaimana nasab laki-laki itu di kalangan kalian?” “Ia adalah seorang yang memiliki nasab terhormat”, jawabku.
“Apakah ada di antara kalian orang yang mengatakan kenabian ini sebelum dia?” tanyanya lagi. “Tidak ada”, jawabku.
“Apakah kalian pernah menuduhnya berdusta sebelum ia mengaku Nabi?” “Tidak”, jawabku.
“Apakah ada dari ayah dan kakek-kakenya seorang raja?” “Tidak ada”, jawabku.
“Apakah pengikutnya orang-orang terhormat di kaumnya ataukah orang-orang yang lemah?” “Pengikutnya adalah orang-orang lemah”, jawabku. “Terus bertambah atau berkurang?” tanyanya lagi. “Terus bertambah”, jawabku.
“Apakah ada yang murtad (keluar) dari agamanya setelah mereka memeluknya?” “Tidak ada”, jawabku.
“Apakah dia pernah berkhianat?” tanyanya. “Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat”. Abu Sufyan bergumam, “Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam jawaban selain ucapan di atas”.
“Apakah ia memerangi kalian dan kalian memeranginya?” “Iya”, jawabku. “Bagaimana perang kalian?” tanyanya lebih lanjut. “Perang antara kami dengannya silih berganti. Terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya”, jawab Abu Sufyan.
“Apa yang diperintahkannya kepada kalian?” Abu Sufyan menjawab, “Ia memerintahkan kami agar menyembah Allah saja dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Melarang menyembah Tuhan-Tuhan nenek moyang kami. Memerintahkan shalat, sedekah, menjaga kehormatan diri, memenuhi janji, dan menunaikan amanah”.

Setelah itu, Caisar berkata kepada penerjemahnya:
Katakan padanya! Aku bertanya kepadamu tentang nasabnya dan engkau menjawab ia memiliki nasab terhormat. Demikianlah para rasul. Mereka adalah orang-orang yang memiliki nasab terhormat.
Aku juga bertanya kepadamu, apakah ada sebelum dia orang yang mengatakan demikian (mengaku nabi). Engkau jawab tidak ada. Kalau ada seseorang yang mengaku sebagai nabi sebelum dia. Maka menurutku dia hanya ikut-ikutan saja.
Aku bertanya kepadamu apakah kalian pernah menuduhnya berdusta sebelum ia mengaku nabi. Engkau jawab tidak pernah. Maka aku bisa tahu, tidak mungkin orang yang tidak berdusta atas nama manusia akan berdusta atas nama Allah.
Aku bertanya kepadamu apakah ada nenek moyangnya yang pernah menjadi raja. Engkau jawab tidak ada. Jika seandainya ada nenek moyangnya yang pernah jadi raja. Maka ia adalah orang yang menginginkan kerajaan nenek moyangnya (kembali ke tangannya).
Aku bertanya kepadamu apakah pengikutnya orang-orang terhormat atau orang-orang lemah. Engkau jawab pengikutnya adalah orang-orang lemah. Demikian itulah pengikut para rasul.
Aku bertanya kepadamu apakah pengikutnya itu terus bertambah atau berkurang. Engkau jawab terus bertambah. Demikianlah keimanan sehingga ia bisa sempurna.
Aku bertanya kepadamu apakah ada yang murtad salah seorang pengikutnya setelah memeluk agamanya. Engkau jawab tidak ada. Memang demikianlah keimanan ketika cahayanya telah menyentuh hati. Tidak seorang pun membencinya.
Aku bertanya kepadamu apakah ia pernah berkhianat. Engkau jawab tidak pernah. Memang para rasul tidak akan berkhianat.
Aku bertanya kepadamu tentang ia memerangi kalian dan kalian memeranginya. Engkau jawab demikianlah keadaannya. Peperangan antara kalian dengannya kadang dia yang menang dan kadang kalian yang menang. Begitulah para rasul. Mereka senantiasa diuji. Namun pada akhirnya merekalah yang akan menang.
Aku bertanya apa yang ia serukan. Engkau katakan ia memerintahkan agar menyembah Allah saja dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Melarang menyembah Tuhan-Tuhan nenek moyang kalian. Memerintahkan shalat, sedekah, menjaga kehormatan diri, memenuhi janji, dan menunaikan amanah. Inilah sifat seorang nabi. Aku telah mengetahui bahwa ia akan diutus. Hanya saja aku tidak menyangka dari bangsa kalian.

Jika apa yang engkau katakan benar , maka ia menguasai tempat kedua kakiku berpijak ini. Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya. Kalau aku berada di sisinya, pasti akan aku cuci kedua kakinya.
Abu Sufyan melanjutkan kisahnya: Kemudian ia meminta untuk dibawakan surat Rasulullah ﷺ. Kemudian dibacakan. Ternyata di dalamnya bersikan:

Bismillahirrahmanirrahim..
Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya kepada Heraclius pembesar Romawi. Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du..
Sungguh aku mengajakmu dengan dakwah Islam. Masuk Islam lah pasti engkau selamat. Islam lah, Allah akan memberimu pahala dua kali lipat. Jika engkau menolak, maka engkau akan menanggung dosa-dosa rakyatmu.

“Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. Ali Imran | Ayat: 64).

Abu Sufyan kembali melanjutkan: Setelah ia selesai membacanya, terdengar suara-suara meninggi dan rebut dari tokoh-tokoh kerajaan yang ada di sekitarnya. Dan mereka semakin rebut. Aku tidak tahu apa yang mereka katakan. Kemudian ia memerintahkan kami untuk meninggalkan ruangan.
Ketika aku dan teman-temaku keluar, aku berkata kepada mereka, “Ajaran Ibnu Abu Kabasyah benar-benar telah tersebar. Raja bani al-Ashfar pun takut kepadanya… …Demi Allah aku masih terus merasa yakin dengan ajaran Rasulullah ﷺ bahawa ia akan tersiar luas sehingga Allah berkenan memasukkan ajaran Islam itu ke dalam hatiku”.
(al-Anwar fi Syama-il an-Nabi al-Mukhtar, Bab Alamat Nubuwatihi ﷺ, Hadits No:36)
Pelajaran:
  1. Meskipun membenci Nabi Muhammad ﷺ, orang-orang Quraisy tidak bersekongkol untuk berbohong dan membiarkan Abu Sufyan berbicara semaunya.
  2. Ketahuan berbohong akan menjatuhkan harga diri dan kredibilitas seseorang di tengah masyarakat jahiliyah. Karena itu Abu Sufyan menahan diri dari berbohong walaupun ia sangat ingin bercerita bohong.
  3. Di masa kemudian, tradisi kejujuran bangsa Arab memudahkan dan sangat membantu dalam periwayatan hadits Nabi ﷺ.
  4. Keluarga para nabi adalah keluarga terhormat.
  5. Tidak tepat menilai kebenaran dengan keadaan pengikutnya. Banyak orang-orang lemah dan miskin yang berada dalam ketaatan dan ajaran Nabi bukan berarti hal itu keliru. Sebagaimana orang-orang liberal dan sekuler sering menjadikan kemajuan Eropa sebagai alasan untuk meninggalkan ajaran Islam yang hakiki. Karena menurut mereka ajaran ini tidak benar dan sudah tidak cocok lagi dengan zaman.
  6. Umat Islam jumlahnya senantiasa bertambah.
  7. Nabi Isa juga menyerukan kalimat laa ilaaha illallah. Karena itu Nabi mengutip surat Ali Imran ayat 64 untuk mendakwahi Romawi yang Nasrani.
Oleh Nurfitiri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com

Sejarah Bani ISRAEL

Bani Israel
Israel adalah gelar yang diberikan untuk nabi Yakub bin Ishak bin Ibrahim a.s. yang berarti “Hamba/Pasukan Allah” (Hafidz, h.14). Meskipun gelar itu dikhususkan untuk nabi Yakub namun jika berbicara mengenai bangsa Israel maka sama sekali tidak bisa dipisahkan dari sejarah nabiyullah Ibrahim a.s. karena semua literatur agama telah menetapkan bahwa Ibrahim a.s. adalah bapak panutan bagi semua agama samawi (Ali Imran: 67).
Ibrahim a.s. berasal dari bangsa Smith, satu bangsa yang pada mulanya mendiami Arab Tengah dan Utara kemudian menyebar ke wilayah Babilonia (Irak) dan Asia.
Dengan demikian, bangsa Smith yang masih bermukim di wilayah Arab adalah nenek moyang  bangsa Arab, sedang yang menyebar ke Asia dan palestina adalah nenek moyang bangsa Asyura dan Israel.
Jika ditarik garis keturunannya ke atas adalah: Ibrahim bin Tarikh/Azar (6:74) bin Mahur bin Sarugh bin Rau’ bin Falij bin Abir bin Syalikh bin Arfakhsyid bin Sam bin Nuh bin Lamik bin Mutwasyalah bin Khanukh (Idris a.s) bin Yarad bin Mahlayil bin Qanin bin Anwasy bin Syits bin Adam.
Nabi Nuh setelah diselamatkan dari air bah hijrah ke Makkah bersama pengikutnya dan dimakamkan di sana, sebagaimana disebut dalam hadist riwayat Ibnu Asakir dari Abdurrahman bin Sabith:  
“Sesungguhnya kuburan nabi Nuh, Hud, Syuaib dan Shaleh terletak di antara Zam-zam, Ar-Rukn dan al-Maqam.” (Katsir, h.95,147, 209).
 Itu artinya bahwa nenek moyang manusia adalah satu.

Nabi Ibrahim dilahirkan di Aur di sebuah wilayah yang terletak di Babilonia. Setelah diselamatkan Allah dari ujian Namrud, Ibrahim as. bersama kedua istrinya dan sepupunya, Luth, hijrah ke tanah yang diberkahi yaitu tanah air bangsa Kan’an/ Palestina di Baitul Maqdis (29: 26-27; 21: 71-73). Ketika Ibrahim a.s. tiba di tanah tersebut, 19 S.M., bangsa Kan’an tengah dipimpin oleh seorang raja yang shaleh bernama Sidiq/ Melkisedeq (Kejadian 14: 18).
Beliau a.s. pernah meninggalkan Palestina menuju Mesir ketika dilanda paceklik (Kejadian 12: 10) untuk kemudian kembali lagi ke Palestina hingga wafat dan dimakamkan di Al-Kholil (Hebron).
Sekembalinya dari Mesir, Ibrahim a.s. dikaruniai dua orang putra, Ismail dan Ishak. Menurut Kitab Kejadian: Ismail lahir dari Hajar ketika Ibrahim berusia 86 tahun (Kejadian 16:16). Sebenarnya Hajar adalah wanita merdeka, bukan seorang budak. Ia adalah anak dari Raja Mesir, Fir’aun (Syaikh Shafiyyur-rahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah h.28). Sedang Ishak lahir dari Sarah ketika Ibrahim a.s. berusia 100 tahun (Kejadian 21:5).

Saat Ismail masih kecil, dia dan Ibundanya dibawa hijrah ke Makkah di Hijaz dan melahirkan keturunan besar dan menjadi bangsa Arab (14:37).
Sementara itu Ishak mempunyai putera bernama Yakub a.s. yang dikemudian hari mendapat gelar “Israel”. Karena itu penyebutan nama “Bani Israel” hingga saat ini dikaitkan dengan semua keturunan Yakub a.s. Dua belas anak Ya’qub ini adalah Rubin, Sya’maun, Levi, Zebulan, Yassakhar, Yahuda, Dan, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf dan Benyamin (Hermawati, M.A. Dra.)
Ishak, Yakub a.s. dan keturunannya tetap tinggal di negeri Kan’an. Sepeninggal Ishak, Yakub a.s. dan semua keturunannya pindah ke Mesir karena paceklik yang panjang melanda negeri Kan’an. Kepindahan Yakub a.s. bersama semua keluarganya yang berjumlah 70 orang dibawah jaminan putranya, Yusuf a.s., yang saat itu menjabat sebagai wazir kerajaan Mesir.
Keturunan Bani Israel di Mesir mengalami perkembangan cukup pesat dan hidup tenteram. Bangsa Heksus dari Asia yang baru menggulingkan Fir’aun ke-13 memberi kesempatan kepada mereka untuk berperan di kerajaan selama empat periode, mulai dari Fir’aun Heksus ke 14-17.
Menyusul wafatnya Yusuf a.s., kententeraman Bani Israel segera sirna. Keturunan Fir’aun ke-13 yang digulingkan merebut kembali kerajaan Mesir dari bangsa Heksus dan mendirikan pemerintahan Fir’aun ke-18 pada abad 16 S.M. Dendam mereka mencapai puncak ketika Ramses II (1301-1234 SM) (Shalaby, h.32) dari pemerintahan Fir’aun ke-19 naik tahta (Hafidz, h.35). Bani Israel dalam tekanan pembunuhan dan perbudakannya (2:49; 29:4; 14:6) hingga nabi Musa memimpin mereka keluar dari Mesir pada abad 13 S.M (1213 SM) untuk memasuki Kan’an atas petunjuk Allah (5:21) (Shalaby, h,33).
Akan tetapi sebagian besar umat Musa a.s. menolak perintah Allāh tersebut untuk masuk ke Kan’an karena di sana sudah ada penduduk yang memiliki kekuatan dan keberanian yang lebih besar (Jabariin). Sebagian di antara yang patuh menerima perintah Allāh adalah dua orang (5:21-25) yaitu Yusya bin Nun dan Kalib bin Yauqana (Bilangan 13:5-10).

Akibat penolakan itu Allah menghukum mereka dalam kesesatan di Padang Tih selama 40 tahun (5:26). Musa dan Harun a.s. wafat pada periode ini.
Yusya bin Nun kemudian diangkat sebagai nabi oleh Allah melanjutkan kepemimpinan Musa a.s. atas Bani Israel. Di bawah kepemimpinannya bani Israel berhasil memasuki Palestina dari sungai Urdun kemudian menguasai benteng Ariha setelah mengepungnya selama enam bulan. Setelah menguasai Ariha, Yusya kemudian membebaskan Baitul Maqdis dan menetap di sana bersama umatnya.
Setiap kali nabi dari kalangan Bani Israel meninggal (dibunuh umatnya yang durhaka) selalu digantikan dengan nabi lain untuk memimpin mereka. Menurut Ibnu Jarir, sepeninggal Yusya bin Nun Bani Israel berturut-turut dipimpin oleh Kalib bin Yufana, Hizqil bin Budzi, Ilyas, Ilyasa (38:48), Syamuel (Syam’un)(2:246).

Pada masa Syamuel, Bani Israel menghadapi serangan raja Jalut. Atas petunjuk Allah, Syamuel menetapkan Thalut untuk memimpin Bani Israel menghadapi Jalut. Sebagian pemuka dari kalangan Bani Israel menolak Thalut karena raja harus dari keturunan Yehuda, sedang Thalut dari keturunan Bunyamin.
Jalut tewas ditangan salah seorang pasukan Thalut, yaitu Dawud . Setelah Syamuel dan Thalut meninggal, Allah menjadikan Dawud (1043-973 SM.) menggantikan kepemimpinan mereka sebagai Raja dan Nabiyullah (2:251).
Dawud a.s. wafat digantikan oleh Sulaiman a.s. (27:16) (985-932 SM.) yang memperluas hubungan hingga ke negeri Saba (Bilqis) di Yaman (27:42).
Dawud dan Sulaiman a.s tidak pernah mempunyai kekuasaan yang luas. Kerajaan mereka hanya merupakan lingkup kota yang dikelilingi desa-desa sekitarnya (Carr, 18) dari Dan sampai Bersyeba (Osman, 154). Seorang sejarawan Yahudi bernama Wells, menuliskan bahwa ketika sulaiman berada di puncak kejayaannya dia hanya memerintah sebuah kota kecil saja (Shalaby, h.52). Hanya kebiasaan pengikutnya menyebut pimpinan mereka dengan Raja (Carr, 18). Pegawai nabi Sulaiman yang bernama Yarbaam mengadakan pemberontakannya tetapi gagal dan melarikan diri ke Mesir. Dia kembali ke Palestina setelah nabi Sulaiman a.s. wafat (Raja-Raja I 12:3).

Saat nabi Armiya (Katsir, h.812) menggantikan Sulaiman a.s. Bani Israel mengalami kemerosotan moral luar biasa. Daerah kerajaan warisan Sulaiman a.s. terpecah menjadi dua kerajaan yang saling bermusuhan dan berperang: Utara-Israel dengan pusat di Samaria dipimpin oleh Yarbaam, dan Selatan-Yahuda di Yerusalem dipimpin keturunan Nabi Sulaiman Rahba’am 922 SM – 915 SM. (Shalaby, h.54).
Peringatan Allah melalui Nabi Armiya tidak di indahkan, bahkan nabi Armiya dipenjarakan oleh umatnya. Maka kemudian Allah menghukum mereka melalu kekuasaan dua raja, Thufan dan Nebukadznezar (Bukhtanashar).
Kerajaan Israel di Utara diserbu oleh raja Thufan dari Asyura tahun 721 S.M. dan membawa penduduknya untuk dijadikan budak.
Kerajaan Yehuda di Selatan diserbu raja Nebukadznezar dari Babilonia (17:4-5) pada tahun 586 S.M. Sepertiga dari penduduknya dibunuh, sepertiga ditawan dan dijadikan budak di Babilonia, sepertiga dibiarkan karena mereka adalah orang tua, wanita, anak-anak dan orang lemah. Benteng-benteng, masjid-masjid, juga Baitul Maqdis, dirusak dan dirobohkan, taurat dibakar.

Beda Bani Israel dan Yahudi
Orang Babil menamakan penduduk negeri yang diserbunya dengan “Yahudi”, sedang kepercayaan yang mereka anut sebagai agama Yahudi. Mulai saat itu nama Yahudi itu dikenakan kepada siapa saja yang menganut kepercayaan Yahudi, meskipun ia bukan keturunan Bani Israel. Itulah perbedaan Yahudi dan Israel.
Sejak kedua Negara-kota Israel dan Yehuda jatuh, maka boleh dikatakan tanah Palestina telah kosong dari orang-orang Bani Israel, karena meskipun pada tahun 538 S.M. raja Pesia Cyrus merebut Palestina dari Nubukdznezar dan memperbolehkan orang-orang Bani Israel kembali ke wilayah Palestina, mereka memilih untuk tinggal di tempat penawanan yang sudah memberikan kenyamanan dibanding di Palestina (Shalaby, h.60).
Akibat penyerbuan itu jadilah mereka sebuah bangsa yang terpencar-pencar (diaspora) ke berbagai Negara: Mesir, Babil, Hijaz yaitu di Yatsrib dan Wadil Qurra’.
Sebagian Bani Israel yang kembali ke Palestina, mencoba untuk membangun Baitul Maqdis (Katsir, h.816-818). Namun Iskandar Agung dari Macedonia menyerbu mereka dan menghancurkan Baitul Maqdis pada tahun 330 S.M.

Kemudian Palestina berturut-turut dikuasai bangsa Ptolemaic dari Syiria. Mereka mengusir Bani Israel dan menghapuskan seluruh pengaruhnya karena mencoba mengadakan pemberontakan yang dipimpin rahib Mattathias tahun 167 SM. Mattathias meninggal sebelum berhasil dan digantikan putranya, Maccabaeus tahun 160 SM juga tanpa hasil. Kemudian diteruskan Makkabi Aristobulus tahun 104 SM.
Setelah itu Penguasa Romawi pada masa Bampiyos/ Pompey pada tahun 63 S.M. dan kaisar Titus pada tahun 70 M. mengambil alih Palestina. Bahkan Titus memusnahkan kota Yerusalem dan menghancurkan Haikal yang dibangun pada zaman Cyrus (Shalaby, h.61-62).
Ketika kaisar Adrianus berkuasa di Yerusalem pada tahun 135M., Bar Kokhba memimpin orang-orang Yahudi melancarkan pemberontakan. Namun pemberontakan tersebut dapat digagalkan. Sebagai hukuman mereka dihancurkan kembali dengan dibunuh dan diusir. Yahudi lari ke Mesir, Afrika Utara, Spanyol, Eropa, Asia, Syam, Khaibar, Madinah, India, Cina, Habsyah (Hafidz, h.47).
Ketika tentara salib menduduki Yerusalem tahun 1099, orang Yahudi diganyang habis.
Pada tahun 1170 M seorang Yahudi dari Toledo bernama Benyamin melakukan kunjungan ke Yerusalem. Dia hanya menemukan 1440 orang Yahudi di seluruh Palestina (Garaudi, h.78).
Meskipun Sultan Shalahuddin pada tahun 1187 M memperkenankan Yahudi tinggal di Yerusalem namun Nahmanides pada tahun 1267 M hanya menemukan 2 keluarga saja di seantero Yerusalem (Garaudi, h.78).

Gen Bani Israel Sekarang
Setelah Bani Israel membaur, sangat sulit untuk menentukan keturunannya yang asli – murni. Namun secara mudah dapat kita simpulkan bahwa sebutan Yahudi adalah ditujukan kepada siapapun yang masih berpegang dengan ajaran Musa a.s. (Taurat) (Hafidz, h.16).
Buku-buku rujukan dan referensi sejarah dan ilmu anthropologi telah menyimpulkan bahwa keluarnya Bani Israel dari Mesir merupakan suatu pemisah antara zaman darah asli dan zaman darah campuran.
Sebagian mereka yang berdiaspora ke Eropa berbaur dengan unsur-unsur Syria dan Anatoli hingga mereka sampai ke pinggir sungai Rhine. Dari sana mereka menyebar ke Eropa dan Rusia. Beberapa waktu kemudian sebagian besar wilayah itu telah menganut agama Yahudi yang mereka bawa. Kaum Fulasya dari Ethiopia, Tzamil dari India, Haraz dari Turki (Shalaby, h.34-36).
Maka, sesungguhnya yang kita hadapi sekarang adalah Yahudi yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Bani Israel. Jika masih ada, maka mungkin bisa dihitung dengan jari.
Yahudi yang mencaplok Palestina sama tidak ada relasi dengan Palestina baik keturunan ataupun sejarah. Pemerintahan mereka di sebagian kecil wilayah Palestina tidak lebih dari 4 abad. Sementara pemerintahan Islam telah berlangsung di sana selama 12 abad (636-1917 M.). Yahudi yang berkuasa di Palestina sekarang adalah orang-orang Khazar (Kojar) yang mendiami wilayah Kokaz di Rusia selatan yang memeluk ajaran Taurat pada tahun 740 M.
Yahudi Khazar (Kojar) ini kemudian bermigrasi ke Eropa dan Amerika pada tahun 1881 M. setelah diusir oleh karena berusaha menggulingkan pemerintahan kaisar Rusia Alexander-Czar II. Mereka menghadapi ancaman antisemit karena mereka sangat tidak disukai oleh bangsa manapun, dimanapun (Shaleh, 28-30). sehingga komunitas mereka dikurung dalam pemukiman-pemukiman yang mengenaskan yang disebut Ghetto.

Para ahli genetika berpendapat bahwa kaum Yahudi sekarang yang menjajah Palestina adalah perkumpulan berbagai jenis ras (mix race) (Hafidz, h.51) yang dipersatukan oleh nasib dan watak khas. Akibat pembauran itu mereka menggunakan bahasa campuran antara Syiriak, Akidan dan Phinisian (Carr, h17). Bahasa yang kini dipakai untuk pembicaraan sehari-hari disebut bahasa Aramik (Shalaby, h.18).
Meskipun para arkeolog telah mengadakan penelitian diantara dua sungai besar Nil – Eufrat mereka tidak menemukan benda apapun yang membuktikan pernah ada kerajaan Israel seperti yang tertulis dalam Kitab 1 Raja-raja. Dan pasti, di antara mereka ada sekelompok orang yang tidak segan-segan melakukan distorsi sejarah yang sering tampil dalam program-program propaganda tertentu. Mereka berdiri di depan puing-puing tembok kuno untuk memaklumkan bahwa tembok tersebut dibangun pada masa kekuasaan Raja Dawud.
Bukti sejarah yang ada menunjukkan bahwa wilayah terluas yang dapat diwujudkan oleh bangsa Israel sepanjang sejarah adalah ketika mereka menduduki tanah Palestina, Dataran Tinggi Golan, Libanon Selatan, Sinai untuk pertama kalinya tahun 1967 (Osman, 154). Munif Nasir (L/Munif/R1/EO2)
Rujukan :
  1. Al-Qur’an, Digital, versi 3.1.
  2. Alkitab, Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia Ciluar-Bogor, 1991.
  3. Carr, William G., Yahudi Menggenggam Dunia, Pustaka Al-Kautsar Jakarta, Cetakan Keenam Mei 2004.
  4. Osman, Ahmad, Israel, Siapa Mereka ?. Fima Rohdeta. Cetakan pertama Januari 2008. Judul asli: Tarikh al-Yahud juz I, Penerbit: Maktabah al-Syuruq.
  5. Hafidz, Muh. Ahmad Diyab Abdul, Menguak Tabir dan Konspirasi Yahudi. Pustaka Setia Bandung. Cetakan I – 2005. Judul asli: Adhwaa’u ‘ala Al-Yahudiyyah min Khilal Mashadiriha.
  6. Hermawati, M.A. Dra. Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi. Rajawali Pers.
  7. Shalaby, Ahmad, Perbandingan Agama Agama Yahudi. Bina Ilmu, Surabaya. Cetakan pertama 1990.
  8. Katsir, Ibnu. Qishashul Anbiya. Amelia, Surabaya. Cetakan Pertama, April 2008.
  9. Mubarakfury, Al- Syaikh Shafiyyur-rahman. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. 1997.
  10. Shaleh, Muhsin Muhammad. Palestina: Sejarah, Perkembangan dan Konspirasi. Gema Insani Press, Jakarta. Cetakan Pertama, Juni 2002.
Sumber : Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Logika Rapuh Atheisme




Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.

Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang TUHAN.

Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya kalau TUHAN itu ada”.

“Kenapa kamu berkata begitu ?” tanya si konsumen.

“Begini, coba kamu perhatikan di depan sana, di jalanan…. untuk menyadari bahwa TUHAN itu tidak ada”.

“Katakan kepadaku, jika TUHAN itu ada. Adakah yang sakit? Adakah anak-anak terlantar? Adakah yang hidupnya susah?” .

“Jika TUHAN ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan”.

“Saya tidak dapat membayangkan TUHAN Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi”.

Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon apa yang dikatakan si tukang cukur tadi, karena dia tidak ingin terlibat adu pendapat.

Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (Jawa : mlungker-mlungker – Red), kotor dan brewok, tidak pernah dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Si konsumen balik ke tempat tukang cukur tadi dan berkata :

“Kamu tahu, sebenarnya di dunia ini TIDAK ADA TUKANG CUKUR..!”

Si tukang cukur tidak terima, dia bertanya : “Kamu kok bisa bilang begitu?”.

“Saya tukang cukur dan saya ada di sini. Dan barusan saya mencukurmu!”

“Tidak!” elak si konsumen.

“Tukang cukur itu TIDAK ADA! Sebab jika tukang cukur itu ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.

“Ah tidak, tapi tukang cukur itu tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.

“Apa yang kamu lihat itu adalah SALAH MEREKA SENDIRI, mengapa mereka tidak datang kepada saya untuk mencukur dan merapikan rambutnya?”, jawab si tukang cukur membela diri.

“COCOK, SAYA SETUJU..!” kata si konsumen.

“Itulah point utamanya!.. Sama dengan TUHAN.

“Maksud kamu bagaimana?”, tanya si tukang cukur tidak mengerti.

Sebenarnya TUHAN ITU ADA ! Tapi apa yang terjadi sekarang ini.?

Mengapa orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU mencari-NYA..?

Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”

Si tukang cukur terbengong!!!! Dalam hati dia berkata : “Benar juga apa kata dia..mengapa aku tidak mau datang kepada TUHANKU, untuk beribadah dan berdoa, memohon agar dihindarkan dari segala kesusahan dalam hidup ini..?”

Memang banyak manusia bertabiat keras kepala. Tidak menerima teguran, anti kritik, mau menang sendiri, sok merasa paling benar. Sampai hingga melewati batas kewajaran, Tuhanpun dianggap tidak ada. Ini adalah penyakit kronis yang bisa melanda manusia manapun dewasa kini di dunia ini.

Kisah di atas, menampilkan sosok keras kepala. Akibat tertipu dengan logika sederhana bahwa banyaknya orang susah di dunia ini, ia berani melahirkan konklusi bahwa Tuhan tidak ada. Padahal logika sederhana yang lahir dari otaknya yang sempit itu, dengan sangat mudahnya bisa dipatahkan oleh seorang pelanggan biasa, bukan oleh para alim ulama atau cendekiawan muslim. Demikianlah bila logika atau akal saja yang jadi pedoman, tentu akan mudah dipatahkan dengan logika lain yang lebih hebat.

Menjadi seorang Atheis atau tidak bertuhan kini melanda banyak negara di dunia. Manusia-manusia tidak bertuhan itu memuja materi sehingga mereka juga dikenal dengan kaum materialis. Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi.

Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti: roh, jin, setan dan malaikat. Pelaku-pelaku immaterial tidak ada. Tidak ada Allah atau dunia adikodrati/supranatural. Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi. Materi dan aktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada penggerak pertama atau sebab pertama. Inilah akar dari Atheisme modern.

Kaum Musyrik modern berbaju atheis atau materialis jauh lebih besar kemungkarannya dibanding kaum musyrik masa jahiliyah dulu. Mengapa demikian, sebab musyrik jahiliah dulu masih mengakui adanya Allah sebagai Tuhan meskipun mereka berpaling menyekutukannya dengan berhala/patung. Allah menjelaskan dalam kitab-Nya:

"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Alloh", Maka Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Alloh )?". (QS. Az-Zukhruf [43]: 87)

Dan Alloh menciptakan langit dan bumi

"Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". (QS. Az-Zukhruf [43]: 9)


Secara otomatis, akal dan logika mustrikin dulu jauh lebih maju dibanding atheis zaman sekarang.

Kita pun patut bersyukur, ternyata Allah masih saja membuka pintu hidayahnya pada sebagian manusia yang lalai dan keras kepala itu. Ada yang Allah bukakan pintu kepadanya dengan dimudahkannya mereka meneliti eksistensi Tuhan dan membuktikan keberadaannya. Ada yang Allah buat dia gelisah dan galau akan pendirian atheisnya itu. Ada pula yang Allah berikan kesusahan demi kesusuahan hidup yang seolah tidak bertepi padanya. Akhirnya mereka mengakui dan kembali kepada pangkuan Allah.

Terkadang manusia bisa lalai saat senang lalu melupakan Tuhannya, sehingga Allah menegurnya dengan sedikit kesulitan hidup. Beruntunglah saat dia kesusahan dia segera menyerahkan sepenuhnya urusan itu pada Allah. Bahwa betapun besar masalah itu, solusi Allah pasti ada. Kasih sayang Allah lebih luas dan daripada masalah itu. Bersyukur kita yang masih diuji Allah dengan berbagai kerumitan, saatnya merampungkan ikhtiar dan memohon agar Allah melapangkan jalan dan memberi kekuatan. Lebih beruntung lagi seseorang yang dengan bertambah rezekinya bertambah takutnya kepada Allah. Dalam sebuah hadits disebutkan Ta’arruf alallohi fir rakho’i ya’rifuka fis syiddah (kenalilah Allah saat suka, Allah selalu menyertaimu saat duka)

Oleh: H. HABIB ZIADI
(www.muslimdaily.net)

Senin, 11 Mei 2015

Rahasia Uang Kertas Dollar Amerika Terungkap!

Akhirnya rahasia uang kertas dollar amerika terbongkar sudah. Kali ini kita akan melihat konspirasi terselubung dibalik uang kertas dollar amerika yang menyimpan banyak misteri. Untuk itu, saya mengcopy-pastekan artikel dari blog terbaru2010.com yang membahas rahasia dibalik uang kertas dollar amerika. Berikut artikelnya:

RAHASIA MATA UANG DOLAR AMERIKA

Pada postingan kali ini saya akan sedikit menjelaskan tentang konspirasi (atau lebih tepatnya pesan terselubung) yang terdapat pada mata uang Amerika Serikat. Data ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dengan fakta kenyataan yang terjadi di dunia ini.

Sekarang kita kembali ke tragedi 911 (September 11) dimana gedung kembar WTC di New York runtuh ditabrak oleh dua buah pesawat, dan markas pertahanan keamanan militer Amerika, Pentagon juga rusak ditabrak pesawat. Tapi benarkah begitu? Begitu mudahnya bangunan-bangunan
kokoh berkonstruksi baja itu dapat tumbang? Memang ada perhitungan teori fisika yang membuat hal itu mustahil terjadi. Tapi saya tidak akan menjelaskan hal itu saat ini. Sekarang kita bahas saja hal yang lebih tidak masuk akal daripada itu.

Amerika Serikat berdiri kurang lebih 450 tahun yang lalu. Dimana saat itu ditetapkannya pula mata uang Amerika Serikat yang berwarna hijau itu. Dan sejak 450 tahun yang lalu pula mata uang Amerika tidak pernah direvisi.

Sekarang coba kita telaah mata uang yang sejak 450 tahun yang lalu itu belum berubah bentuknya.

Dimulai dari uang 20 Dolar.


Ini uang 20 Dolar Amerika. Sekarang kita coba lipat. (Ingat bahwa mata uang ini belum pernah dirubah sejak 450 tahun yang lalu)



(Kalau ada yang membawa uang 20 Dolar Amerika, boleh dicoba.)Sekarang kita coba lipat lagi. (Sekali lagi saya ingatkan bahwa mata uang ini belum pernah dirubah sejak 450 tahun yang lalu.)



Sekarang kita lipat lagi seperti ini. (Kita bukan sedang belajar membuat origami ya! hehe.. :D )
Kalau sudah…sekarang lipat lagi seperti dibawah ini, dan lihat hasilnya..maksudnya lihat gambar yang dilingkari ini.



Nah loh! Apakah itu??
Itu adalah gambar Pentagon setelah ditabrak pesawat. Lihat gambar gedung yang berasap itu!Kalau masih belum percaya, akan saya perjelas lagi.



Nah! Sama kan??
Untuk kali ini terbukti bahwa uang 20 Dolar Amerika menyimpan rahasia tentang konspirasi
penghancuran Pentagon. (oleh siapa? Mata uang ini kan punya Amerika sendiri??)
(Sekali lagi saya ingatkan bahwa mata uang ini belum pernah dirubah sejak 450 tahun yang lalu)

Cukup untuk pesan terselubung Pentagonnya. Sekarang kita ke New York dengan 20 Dolar yang
setengah kusut ini, untuk melihat ada apa di sana.
Masih di 20 Dolar Amerika yang belum pernah dirubah sejak 450 tahun yang lalu.

Sekarang kita pakai sisi lain dari uang 20 Dolar ini.
Langsung saja lipat seperti gambar di bawah ya! (Ikuti instruksi!)



Langsung saja kita lihat hasil karya lipatan kita…Nah loh! Kok begini???



Sepertinya saya kenal gedung itu!
Ya, benar sekali…itu adalah gedung kembar WTC New York yang sekarang tinggal kenangan itu.
Masih belum percaya?? Lihat ini!



(Ingat bahwa mata uang ini belum pernah dirubah sejak 450 tahun yang lalu)
Bagian sebelah kiri ditabrak oleh Flight 175 dari United Airlines yang meluncur dari sebelah kanan
gedung. Sementara bagian sebelah kanan ditabrak oleh Flight 11 yang dimiliki American Airlines
yang meluncur dari sebelah kiri. Lihat tulisan di kanan dan di kiri uang, yang lengkapnya adalah
The United State of America. (Lho? Memangnya 450 tahun yang lalu kedua perusahaan
penerbangan itu sudah ada? Jawabannya, tentu saja belum. Bahkan ke 2 gedung itu -pentagon
dan WTC- bahkan belum dibangun.)

Sekarang kita bahas bagian yang paling aneh dari 20 Dolar kita ini.
Lihat baik-baik gambar ini!



Nah loh! Sudahkan 450 tahun yang lalu OSAMA BIN LADEN lahir??
(Jangankan OSAMA, Buyutnya Kakek Buyutnya saja belum lahir.)
Untuk rahasia dibalik 20 Dolar ini, bisa ditemukannya dari kode :
911 (September 11) >> 9 + 11 = 20
Jadinya 20 Dolar!

Cukup untuk 20 Dolar, karena sudah kusut kita lipat-lipat sekarang kita tukarkan uangnya dengan
sebuah 5 Dolar dan sebuah 10 Dolar. Lihat ini!




Dalam 5 Dolar Amerika yang belum pernah dirubah sejak 450 tahun yang lalu juga terdapat
rahasia penghancuran WTC New York.

Sekarang kita lihat uang 10 Dolar kita!



Gedung pertama WTC yang sudah berasap.
Belum puas?? Lagi??

Sekarang kita pinjam uang 50 Dolar dari tetangga saya.



Ini WTC saat bangunannya runtuh.
Mau lagi?? Kita pinjam lagi 100 Dolar sama tetangga saya yang tadi.


Lho?? Apa ini??
Ini asap gambar asap dari WTC yang telah runtuh.
Detail sekali mereka membuat pesan terselubung ini!
Sampai-sampai gambar asapnya saja tidak lupa dibuat.
Sudah cukup melipat-lipatnya, kalau terlalu kusut nilai dolar yang kita punya jatuh.

Tahukah kamu siapa yang membuat pesan terselubung ini???
Jawabannya ada di uang 1 Dolar! (Lagi-lagi uang!)
Lihat ini!!


oba lihat 2 lambang yang ada di dalam 2 lingkaran itu!!


Nah loh!!! Ini lambang ILLUMINATI, yaitu organisasi super rahasia milik YAHUDI.
Lihat lambang MATA HORUS dan TULISAN “NOVUS ORDO SECLOHUM” yang artinya “NEW
WORLD ORDER” atau “TATA DUNIA BARU”
Nah loh!! Mau di jadikan apa kita sama orang-orang ZIONIS Yahudi itu??
Terus lihat yang ini!! Lambang bintang-bintang yang ada di atas kepala burung itu!


Bintang-bintang itu membentuk suatu lambang, yaitu lambang “DAVID STAR” lambang kebanggaan YAHUDI.
Oh iya, untuk diketahui nomor pesawat Flight 11 yang menabrak WTC adalah :
Q33NY
Coba di copy paste nomor ini ke OFFICE WORD dan diblok lalu ubah font-nya ke wingdings.
Nanti hasilnya seperti ini…


Artinya: PESAWAT >> MENABRAK 2 GEDUNG >> KORBAN BERJATUHAN >>> DAN PELAKUNYA ADALAH

Lambang apakah ini???


Yaa.. saya yakin pasti anda semua udah pada tau lambang di atas, tentunya lambang itu adalah lambang BENDERA ISRAEL alias ZIONIS YAHUDI.

Saya juga memberikan beberapa tips rahasia yang mungkin anda juga belum pernah tahu sebelumnya, dan pastinya anda bisa membacanya dan sekaligus bisa mencobanya sendiri.. OK!!! Semoga informasi terbaru ini bermanfaat.

Sumber: www.terbaru2010.com

Kisah Imam Hanafi VS Atheis

Atheis adalah golongan-golongan yang mengingkari keberadaan Tuhan, alam gaib, hari pembelasan, kiamat, surga-neraka dan semua hal yang tidak bisa dilogikan. Golongan ini sudah ada sejak jaman dahulu. Dahulu dahry (sebutan pemeluk atheis) pernah mendatangi Imam Hanafi Rahmatullah'alaih untuk beradu argumentasi pasal kebenaran Tuhan. Berikut berapa kisah tentang perdebatan Imam Hanafi dengan dahry yang terangkum dalam kitab al Aqidah al Islamiyyah wa Ususuha.

Kisah Pertama
Syaikh Habban berkata, “Anakku, inilah yang sedang kurenungkan dari tadi. Aku menerima surat dari raja, memerintahkan aku agar segera datang ke kota. Di sana sedang ada bencana besar dengan datangnya seorang Dahry (Atheis). Si Dahry telah menantang para ulama untuk berdebat dan mengadu hujjah tentang ada atau tidak adanya Tuhan. Si Dahry tentu saja berpendirian bahwa Tuhan itu tidak ada. Raja memintaku untuk menghadapi si Dahry. Pohon besar dalam mimpimu itu adalah aku. Babi itu adalah si Dahry. Sedangkan ular kecil itu adalah engkau, anakku. Sekarang pergilah menghadap Raja atas namaku. Allah menyertaimu.”

Ketika Hanafi kecil menghadap Raja dengan membawa surat balasan, Sang Raja agak terkejut. Anak belasan tahun berani menghadapi si Dahry. Namun Raja sadar bahwa Syaikh Habban adalah seorang khawwashul khawwash.

Pada hari yang ditentukan, persidangan pun diadakan dengan dihadiri orang banyak. Ketika mengetahui bahwa lawannya adalah seorang anak kecil, si Dahry protes, “Tuanku, saya keberatan melakukan perdebatan dengan seorang anak kecil.”

Mendengar protes si Dahry, Hanafi kecil mengacungkan tangan dan bersuara dengan lantang, “Tuanku Raja yang mulia, saya juga sangat berkeberatan untuk melakukan debat dengan ‘orang yang tidak punya aqal’ seperti si Dahry ini.

Si Dahry mencak-mencak di hadapan Raja karena merasa terhina, “Tuanku, saya telah dihina di depan umum. Saya mohon agar Tuanku Raja menangkap anak kecil ini atau guru yang memberi kuasa kepadanya.”

Hanafi kecil membantahnya, “Tuanku Raja, ini adalah awal perdebatan. Bukan suatu penghinaan.”

Raja agak heran dan bertanya, “Hai anak kecil, apa alasanmu bahwa ucapanmu itu bukan suatu penghinaan?”

Hanafi kecil berdiri sambil menudingkan tangannya kepada si Dahry, “Hai Dahry! Kalau Anda mengaku beraqal, coba buktikan, di depan saya dan persidangan ini, mana dia aqal Anda, bagaimana bentuknya, apa warnanya? Silahkan buktikan kepada kami jika aqal Anda memang benar-benar ada. Agar kami semua bisa menyaksikannya.”

Si Dahry bertambah marah, “Hai anak ingusan! Itu pertanyaan gila dan tolol. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat menunjukkan bentuk, rupa dan warna aqalnya. Pertanyaan bodoh, hai anak kecil!”

Dengan tersenyum si Hanafi kecil berkata, “Hai Dahry, pertanyaan Anda lebih bodoh dari pertanyaan saya. Kenapa Anda hendak meminta dibuktikan bentuk dan rupa Tuhan, sedang Anda sendiri tidak bisa membuktikan bentuk dan rupa aqal Anda.”

Si Dahry pun diam seribu bahasa. Dia merasa terjebak dengan perkataannya sendiri


Kisah Kedua
Atheis : Pada tahun berapa Robbmu dilahirkan?
Abu Hanifah :Allah berfirman: "Dia (Allah) tidak melahirkan dan tidak dilahirkan."
Atheis :Pada tahun berapa Dia berada?
Abu Hanifah : Dia berada sebelum adanya sesuatu.
Atheis :Kami mohon diberi contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah :Angka berapa sebelum angka empat?
Atheis :Angka Tiga
Abu Hanifah :Angka berapa sebelum angka tiga?
Atheis :Angka dua
Abu Hanifah :Angka berapa sebelum angka dua?
Atheis :Angka satu
Abu Hanifah :Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis :Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah :Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa kalian heran kalau sebelum Allah Yang Maha Satu yang hakiki, tidak ada yang mendahului-Nya?

ada yg bilang ad -1,-2,-3....tapi tetep aja kn baliknya ke angka 1....


Kisah Ketiga
Atheis: Kemana Robbmu menghadapkan wajahnya?
Abu Hanifah: Kalau kalian membawa lampu di gelap malam,kemana lampu itu menghadapkan wajahnya?
Atheis: Ke seluruh penjuru.
Abu Hanifah: Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma
buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta'ala, nur cahaya langit dan bumi?


Kisah Keempat
Atheis: Tunjukkan kepada kami tentang zat Robbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah: Pernahkah kalian mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis: Ya, pernah.
Abu Hanifah: Semula ia berbicara dengan kalian dan mengge rak-gerakkan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam dan tidak bergerak. Nah apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis: Karena nyawanya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah: Apakah waktu keluarnya nyawa itu kalian masih ada disana?
Atheis: Ya, kami masih ada
Abu Hanifah:Ceritakanlah kepadaku, apakah nyawanya itu benda padat, seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Atheis: Entahlahlah kami tidak tahu.
Abu Hanifah: Kalau kalian tidak bisa mengetahui bagaimana zat maupun bentuk nyawa yang hanya sebuah makhluk,
bagaimana kalian bisa memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta'ala?!!


Kisah Kelima
Atheis: Dimana kira-kira Robbmu itu berada?
Abu Hanifah: Kalau kami membawa segelas susu segar ke sini, apakah kalian yakin kalau dalam susu itu terdapat zat minyaknya (lemak)
Atheis: Tentu
Abu Hanifah: Tolong perlihatkan padaku, dimana adanya Zat minyak itu
Atheis: Membaur dalam seluruh bagiannya
Abu Hanifah: Kalau minyak yang makhluk itu tidak mempunyai tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak
kalian meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah ta'ala?


Kisah Keenam
Atheis: Kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, lalu apa kegiatan Robbmu kini?
Abu Hanifah: Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan
Atheis: Kalau orang masuk syurga ada awalnya,
kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?
Abu Hanifah: Hitungan angka pun ada awalnya tapi tidak ada akhirnya
Atheis: Bagaimana kita bisa makan dan minum disyurga tanpa buang air besar dan kecil?
Abu Hanifah: Kalian sudah mempraktekkannya ketika kalian berada di dalam perut ibu kalian. Hidup dan makan-minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita
lakukan hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis: Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dengan dinafkahkan?
Abu Hanifah: Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak,seperti ilmu. Semakin diberikan ilmu kita semakin berkembang dan tidak berkurang.


Kisah Ketujuh
Atheis: Perlihatkan bukti keberadaan Robbmu kalau memang dia ada
Abu Hanifah ra berbisik kepada khadamnya agar mengambil tanah liat, lalu dilemparkannya tanah liat itu ke kepala pemimpin orang atheis itu. Para hadirin gelisah melihat peristiwa itu, khawatir terjadi keributan, tetapi Abu Hanifah menjelaskan bahwa hal ini dalam rangka untuk menjelaskan jawaban yang di minta kepadanya. Hal ini membuat orang atheis mengenyitkan dahi,
Abu Hanifah: Apakah lemparan itu menimbulkan rasa sakit di kepala anda?
Atheis: Ya, tentu saja.
abu hanifah: Dimana letak sakitnya?
Atheis: Ya, ada pada luka ini.
Abu Hanifah: Tunjukkanlah padaku bahwa sakitnya itu memang ada, baru akan menunjukkan kepadamu dimana Robbku!
Orang atheis itu tidak menjawab tentu saja tidak bisa menunjukkan rasa sakitnya, karena itu adalah suatu rasa dan ghaib tapi rasa sakit itu memang ada.
Atheis: Baik dan buruk sudah ditakdirkan sejak azal, tetapi kenapa ada pahala dan siksa?
Abu hanifah: Kalau anda sudah mengerti bahwa baik dan buruk itu bagian takdir, mengapa anda kini menuntut aku agar di hukum karena melempar tanah liat ke dahi anda? bukankah perbuatan itu bagian dari takdir?
Akhirnya perdebatan itu berakhir dengan masuk Islamnya para atheis tersebut di tangan Al Imam abu hanifah.

Sekian kisah perdebatan antara Al Imam Abu Hanifah vs atheis. Semoga kita bisa mengambil mamfaat dari kisah diatas. Wallahu'alam bishawab.


Sumber : http://www.usudullah.blogspot.com/2011/03/kisah-imam-hanafi-vs-atheis.html

Alasan Hitler Tidak Membantai Habis Yahudi


Ketajaman analisa hitler tentang Yahudi menjadi sesuatu yang patut dijadikan pelajaran. Ucapannya yang bermakna saat itu, terbuka dikemudian hari. Walaupun benar atau tidaknya ucapan itu masih menjadi perdebatan tapi jelas ungkapan itu menggambarkan ketajaman analisanya.



Perhatikan sebuah ungkapan yang konon dilontarkan pentolan Nazi, Adolf Hitler berikut. "Ich konnte all die Juden in dieser Welt zu zerstoren, aber ich lasse ein wenig drehte-on, so knnen sie herausfinden, warum ich sie getotet"

"Bisa saja saya musnahkan semua Yahudi di dunia ini, tapi saya sisakan sedikit yang hidup, agar kamu nantinya dapat mengetahui mengapa saya membunuh mereka."

Dengan ucapannya itu seolah-olah menggambarkan betapa berbahaya dan dahsyatnya bangsa yang ditakdirkan paling pandai dimuka bumi itu.

Ungkapan itu bukan hanya ramai diperbincangkan di berbagai jejaring sosial tetapi sudah menjadi bahan diskusi menarik yang patut diacungi jempol. Konon, ucapan yang dilontarkannya itulah yang dijadikan acuan bagi tentara Nazi untuk melakukan "pembersihan total" kaum Yahudi di Eropa. Inilah yang belum dapat ditangkap oleh para pemimpin dunia saat ini.

Namun terlepas benar atau tidaknya ungkapan itu, setidaknya kini semua manusia dapat melihat dengan jelas bagaimana aksi brutal bangsa Yahudi. Mulai dari pencaplokan tanah Palestina sejak tahun 1965 hingga pembantaian penduduk sipil di Jalur Gaza dan sekitarnya.

Kebrutalannya yan teranyar dipertontonkan oleh bangsa terlaknat Israel saat menyerang konvoi kapal relawan kemanusiaan yang akan masuk ke Jalur Gaza pada 31 Mei silam.

Israel merupakan Negara yang paling banyak mengabaikan resolusi DK PBB. Jumlah resolusi yang diabaikan oleh Israel mencapai 69 buah. Bayangkan seandainya satu Negara Islam mengabaikan 1 resolusi PBB, apa yang akan dilakukan oleh Amerika?

Anda bahkan sulit untuk percaya jika Amerika mengalokasikan 5 milyar US $ dari penghasilan pajaknya setiap tahunnya untuk menyumbang Israel? bantuan perang tambahan sebesar 4 milyar US$ dari Amerika yang terdiri dari pesawat tempur F 16, Apache dan Blackhawk. (iwanwahyu/usudullah)

Sumber: http://iwanwahyu.mywapblog.com/ternyata-inilah-alasan-hitler-tidak-memb.xhtml

Khasiat "Si Kayu Ajaib" Bernama Siwak

Tumbuhan yang mempunyai nama latin Salvadora persica ini, telah berabad- abad yang lalu di sebutkan namanya dalam hadist mulia oleh Rasulullah Muhammad Sallallahu alaihi wassalam. Beliau sendiri pun, juga terbiasa membersihkan giginya dengan siwak setiap bangun dari tidur, seperti di riwayatkan oleh Aisyah ra,

"Kami biasa menyiapkan sebuah siwak dan air untuk wudhu bagi Rasulullah saw kapan pun Allah menghendaki beliau bangun dari tidur malam, beliau akan membersihkan giginya dengan siwak, mengambil wudhu, dan lalu mendirikan shalat". (HR Muslim).

Siwak berasal dari bahasa arab ‘yudlik’ yang artinya adalah memijat (massage). Siwak lebih dari sekedar sikat gigi biasa, karena selain memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi walaupun di bawah tekanan yang keras, siwak juga memiliki kandungan alami antimikrobial dan antidecay system.

Batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara tepat dan dapat mengikis plak pada gigi. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi.

Siwak adalah alat pembersih gigi yang memiliki keunggulan karena terbukti mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak juga berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut.

Untuk lebih lengkapnya, silahkan menyimak kandungan kimiawi yang bermanfaat dalam siwak berikut ini :

- Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi.

- Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi.

-Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.

- Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan.

- Penelitian kimiawi terhadap tanaman ini telah dilakukan semenjak abad ke-19, dan ditemukan sejumlah besar klorida, fluor, trimetilamin dan resin. Kemudian ditemukan juga kandungan silika, sulfur dan vitamin C. Kandungan kimia tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut dimana trimetilamin dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi, sedangkan silika dapat bereaksi sebagai penggosok. Kemudian keberadaan sulfur dikenal dengan rasa hangat dan baunya yang khas, adapun fluorida berguna bagi kesehatan gigi sebagai pencegah terjadinya karies dengan memperkuat lapisan email dan mengurangi larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri.

Riset terakhir pada tahun 2007 yang dilakukan oleh para peneliti di perusahaan Wrigley dalam laporannya di Jurnal Agrikultur dan Kimia Bahan Pangan membuktikan bahwa batang kayu tanaman Magnolia (satu divisi dengan siwak, yaitu Magnoliofita) memiliki efek anti bakteri yang tinggi terhadap bakteri penyebab bau mulut.

Dan, pada tahun 1986 WHO juga merekomendasikan penggunaan siwak. Berbagai penelitian ilmiah lain melaporkan bahwa ekstrak tanaman siwak pada konsentrasi yang tinggi dapat disandingkan dengan zat desinfektan oral dan anti plak lain yaitu triklosan dan klorheksidin glukonat.

(Sydh/dbs)

*Sumber: voa-islam.com
                 http://www.usudullah.blogspot.com

Misteri doa mustajab di hari Jum’at

(Arrahmah.com) – Allah SWT melebihkan hari Jum’at dari hari-hari lainnya dalam sepekan dengan banyak keutamaan. Di antaranya pada hari Jum’at terdapat suatu waktu yang doa seorang muslim pada waktu tersebut dikabulkan oleh Allah SWT, selama memenuhi syarat-syarat dan adab-adab berdoa. Keutamaan terkabulnya doa pada waktu mustajab tersebut disebutkan dalam beberapa hadits. Di antaranya,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ قَالَ: «إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً، لَا يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ، يَسْأَلُ اللهَ فِيهَا خَيْرًا، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ»، قَالَ: وَهِيَ سَاعَةٌ خَفِيفَةٌ.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda, Sesungguhnya pada hari Jum’at terdapat suatu jam (waktu) tertentu, tidaklah seorang muslim mendapati waktu tersebut dan berdoa kepada Allah memohon kebaikan, melainkan Allah akan memenuhi permohonannya.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu bersabda, “Waktu tersebut hanya sebentar.” (HR. Bukhari no. 6400 dan Muslim no. 852, dengan lafal Muslim) 

Di kalangan ulama terdapat perbedaan pendapat mengenai kapan waktu mustajab tersebut. Sebagian ulama menyatakan sejak bakda Shubuh. Sebagian lain menyatakan sejak khatib naik mimbar sampai waktu dilaksanakan shalat Jum’at. Sebagian lain menyatakan waktu khatib duduk sebentar di antara dua khutbah. Dan sejumlah pendapat lainnya.
Pendapat yang paling kuat menyatakan waktu tersebut adalah satu jam terakhir di sore hari, yaitu satu jam sebelum matahari terbenam pertanda waktu shalat maghrib telah masuk. Hal ini berdasarkan sejumlah hadits shahih berikut,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ، قَالَ: قُلْتُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ: إِنَّا لَنَجِدُ فِي كِتَابِ اللَّهِ: «فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ سَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُؤْمِنٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ فِيهَا شَيْئًا إِلَّا قَضَى لَهُ حَاجَتَهُ» . قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: فَأَشَارَ إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَوْ بَعْضُ سَاعَةٍ» ، فَقُلْتُ: صَدَقْتَ، أَوْ بَعْضُ سَاعَةٍ. قُلْتُ: أَيُّ سَاعَةٍ هِيَ؟ قَالَ: «هِيَ آخِرُ سَاعَاتِ النَّهَارِ» . قُلْتُ: إِنَّهَا لَيْسَتْ سَاعَةَ صَلَاةٍ، قَالَ: «بَلَى. إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا صَلَّى ثُمَّ جَلَسَ، لَا يَحْبِسُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ، فَهُوَ فِي الصَّلَاةِ»
Dari Abdullah bin Salam Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Saat itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sedang duduk, maka saya mengatakan, Sesungguhnya kami (kaum Yahudi, sebelum ia masuk Islam, pent) mendapati dalam kitab Allah (Taurat, pent) bahwa pada hari Jum’at terdapat suatu jam (waktu) tertentu, tidaklah seorang mukmin mendapati waktu tersebut saat ia melaksanakan shalat dan berdoa kepada Allah memohon suatu keperluan, melainkan Allah akan memenuhi keperluannya.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memberi isyarat kepadaku (Abdullah bin Salam) lalu bersabda, Atau sebagian waktu (tidak satu jam penuh, pent).” Aku (Abdullah bin Salam) berkata: Anda benar, memang sebagian waktu saja.” Abdullah bin Sallam lalu bertanya,Waktu apakah ia?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab,Waktu (satu jam) terakhir dari waktu siang hari.” Abdullah bin Sallam berkata:Tetapi waktu tersebut bukan waktu untuk shalat.”

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, Ia adalah waktu shalat. Sebab, jika seorang mukmin menunaikan shalat (Ashar) kemudian duduk di tempatnya menunggu shalat berikutnya (Maghrib), maka sesungguhnya selama itu tengah mengerjakan shalat.” HR. Ibnu Majah no. 1139, Al-hafizh Al-Bushiri berkata: Sanadnya shahih dan para perawinya tsiqah)

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: «يَوْمُ الْجُمُعَةِ ثِنْتَا عَشْرَةَ - يُرِيدُ - سَاعَةً، لَا يُوجَدُ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا، إِلَّا أَتَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ»
Dari Jabir bin Abdullah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda, Hari Jum’at terdiri dari dua belas jam. Tidak ada seorang muslim pun yang memohon sesuatu kepada Allah (pada suatu jam tertentu), melainkan Allah akan mengabulkannya. Maka carilah jam terkabulnya doa tersebut pada satu jam terakhir setelah shalat Ashar!” (HR. Abu Daud no. 1048 dan An-Nasai no. 1389, sanadnya baik, dinyatakan shahih oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi, An-Nawawi, dan Al-Albani, dan dinyatakan hasan oleh Ibnu Hajar al-Aasqalani)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: التَمِسُوا السَّاعَةَ الَّتِي تُرْجَى فِي يَوْمِ الجُمُعَةِ بَعْدَ العَصْرِ إِلَى غَيْبُوبَةِ الشَّمْسِ.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, Carilah satu jam yang diharapkan pada hari Jum’at pada waktu setelah shalat Ashar sampai waktu terbenamnya matahari!” (HR. Tirmidzi no. 489, di dalamnya terdapat seorang perawi yang lemah bernama Muhammad bin Abi Humaid az-Zuraqi. Namun hadits ini diriwayatkan dari jalur lain oleh Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam al-Awsath dan dikuatkan oleh hadits Jabir bin Abdullah dan Abdullah bin Salam di atas)

Imam Sa’id bin Manshur meriwayatkan sebuah riwayat sampai kepada Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa sekelompok sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkumpul dan saling berdiskusi tentang satu jam terkabulnya doa pada hari Jum’at. Mereka kemudian bubar dan tiada seorang pun di antara mereka yang berbeda pendapat bahwa satu jam tersebut adalah satu jam terakhir pada hari Jum’at.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari menyatakan riwayat imam Sa’id bin Manshur ini shahih. Beliau lalu berkata, Pendapat ini juga dianggap paling kuat oleh banyak ulama seperti imam Ahmad bin Hambal dan Ishaq bin Rahawaih, dan dari kalangan madzhab Maliki adalah imam ath-Tharthusyi. Imam Al-‘Allai menceritakan bahwa gurunya, imam Ibnu Zamlikani yang merupakan pemimpin ulama madzhab Syafi’i pada zamannya memilih pendapat ini dan menyatakannya sebagai pendapat tegas imam Syafi’i.”
Wallahu a’lam bish-shawab.

Sumber : (muhib almajdi/arrahmah.com)

Daftar Nama Nabi Palsu


Inilah daftar nama-nama nabi palsu baik di masa pra Islam, masa jahiliyyah, di masa Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam, masa setelah wafatnya Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam, dan nabi palsu dari Indonesia juga tidak ketinggalan. Mereka mengklaim diri mereka sendiri sebagai nabi pembawa wahyu dari langit yang nyatanya adalah bisikan dari syeitan. Berikut nama-nama nabi palsu tersebu.

NABI PALSU SEBELUM ZAMAN ISLAM:
1. Zoroaster
 (Persia, 660-583 SM), kitab suci: Avesta. Mati terbunuh dalam perang melawan Bactria (Balkh).

2. Marcion
 (Roma, ± 144 M), pembentuk gereja Marcionite dan pemahaman Marcionisme .

3. Mani
 (Persia, ± 242 M), pendiri agama Manichaeisme (al-Maniwiyah). Mati dibunuh, dikuliti, dan kulitnya diisi jerami dan digantung oleh Bahram.

4. Daishan,
 pendiri aliran Daishaniyah yaitu suatu aliran ber-tuhan dua di Persia dari agama Majusi.

5. Mazdak
 (Persia, 487-523 M), pendiri aliran Mazdakiyah (Serba Boleh dan Semua Halal), kitab suci: Zanda. Mati dibunuh.

NABI PALSU DI ZAMAN JAHILIYAH:
1. Amru bin Luhayyi, (dari Kabilah Khuza’ah), orang yang pertama kali merubah agama Nabi Ibrahim dan Ismail menjadi kemusyrikan dan penyembahan berhala.

NABI PALSU DI MASA RASULULLAH SHALALLAHU ALAIHI WASALLAM:
1. Al-Aswad al-Ansi (11 H/632 M) atau Abhalah bin Ka’ab bin Auf al-Ansi al-Madzhiji , seorang dukun dari Yaman. Mati dibunuh oleh Fairuz, kerabat istri al-Aswad.

2. Musailamah al-Kadzdzab (usia 150 tahun, mati tahun 12 H/633 M). Memiliki pasukan 40.000 orang. Mati dibunuh oleh Wahsyi dengan tombaknya pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

NABI PALSU SETELAH MASA RASULULLAH SHALA-LAHU ALAIHI WASALLAM:
1. Sajah binti Al-Harits bin Suwaid bin Aqfan at-Tamimiyah dari Bani Yarbu (mati tahun 55 H/675 M). Seorang dukun wanita yang mengaku Nabi di zaman Abu Bakar ash-Shiddiq dan kemudian dinikahi oleh Musailamah al-Kadzdzab. Setelah Musailamah terbunuh, Sajah melarikan diri ke Irak kemudian masuk Islam dan mati dalam keadaan Islam.

2. Thulaihah al-Asadi (mati tahun 21 H/642 M). Masuk Islam tahun 9 H, kemudian murtad dan mengaku Nabi di Nejd pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq. Setelah Abu Bakar ash-Shiddiq wafat, Thulaihah bertaubat (masuk Islam) kemu-dian mati syahid dalam penaklukkan Persia.

3. Abdullah bin Muawiyah bin Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib. Sempalan Syiah yang meyakini reinkarnasi (kembali-nya ruh orang yang sudah mati) dari satu orang ke orang lain. Dia mengaku Tuhan dan Nabi sekaligus.

4. Al-Mukhtar bin Abi Ubaid (Thaif, 622-687 M/67 H), pe-nganut Syiah yang mengaku Nabi dan mendapat wahyu. Dia adalah saudara iparnya Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu. Mati dibunuh oleh Mush’ab bin Az-Zubair di Harura.

5. Mirza Ali Mohammad (abad 19). Pendiri agama Babisme dan penganut Syiah, dihukum mati oleh pemerin-tah Iran tahun 1843.

6. Mirza Husein Ali. Pendiri agama Bahaisme (pengganti Babisme) dan penganut Syiah. Mengaku Nabi tahun 1862 dan mati tahun 1892, kemudian dilanjutkan oleh anaknya, Abbas Efendy yang berpusat di Chicago.

7. Mirza Ghulam Ahmad (India 1835-1908). Pendiri agama Ahmadiyah. Kitab suci: Tadzkirah. Mati terkena wabah penyakit kolera.

8. Rashad Khalifa (Mesir, 1935-1990), penganut Tasawuf dan perintis Ingkarus Sunnah. Mati dibunuh oleh pengikutnya dengan disembelih dan ditusuk-tusuk dengan pisau dapur.

9. Asy-Syaikhah Manal Wahid Manna, wanita tersebut mulai melontarkan kesesatan sejak tahun 1995. Dan dipenjara oleh pemerintahan Mesir.

10. Tsurayya Manqus, seorang wanita peneliti, cendekiawan dalam bidang sejarah dari Yaman.

11. Muhammad Bakri, asal Yaman dan dibunuh oleh pengikut-nya, kemudian disalib di atas papan kayu.

12. Muhammad Abdur Razak Abul ‘Ala, asal Sudan. Bekerja sebagai tukang jahit di Kairo.

13. Dan masih ada beberapa Dajjal yang mengaku Nabi dari berbagai negara lainnya seperti di Sudan, Saudi Arabia, Mesir, Libanon dan lainnya.

NABI-NABI PALSU DI INDONESIA:
1. Ahmad Musaddeq atau H. Abdul Salam (Lahir Jakarta, 1942), mengaku menjadi Nabi tanggal 23 Juli 2006. Pemim-pin Al-Qiyadah Al-Islamiyah di rezim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kitab suci: Al-Qur’an dengan pemahaman sendiri. Mengaku bertaubat tanggal 9 November 2007.

2. Lia Aminuddin, pendiri agama Salamullah. Mengaku mendapat wahyu dari malaikat Jibril dan mengklaim dirinya Nabi dan Rasul serta Imam Mahdi. Divonis hukuman 3 tahun penjara oleh Mahkamah Agung.

3. Ahmad Mukti, putra dari Lia Aminuddin yang dianggap sebagai Nabi Isa.
(Diambil dari buku “Nabi-nabi Palsu dan Para Penyesat Umat” oleh Hartono Ahmad Jaiz. Printed by Maktabah Salman 2008)

Sumber : Facebook Abu Fahd NegaraTauhid

*Ket: Daftar nabi palsu diatas dibuat pada tahun 2008 dan tidak menutup kemungkinan sudah mengalami penambahan. Wallahu'alam.

Perbedaan Mereka & Kita


"Disaat mereka menangis karena kekejaman Zionist Israel...
Kita disini menangis karena ini (putus cinta)"

"Disaat pemuda Muslim disana untuk memperjuangkan Islam...
Pemuda Muslim disini melakukan ini (nonton konser)"

"Di waktu muslimah menjaga kehormatannya...
"Muslimah disini malah mengumbarnya (pakaian menampakkan aurat)

"Saat mereka serius memikirkan strategi (Jihad)...
"Disini kita serius menyaksikan ini (pertandingan sepak bola)"

Ringan di Lisan Berat di Timbangan


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua buah kalimat yang ringan di lisan namun berat di dalam timbangan, dan keduanya dicintai oleh ar-Rahman, yaitu ‘Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil ‘azhim’.” (HR. Bukhari [7573] dan Muslim [2694])

Syaikh al-Utsaimin rahimahullah menerangkan, “Kedua kalimat ini merupakan penyebab kecintaan Allah kepada seorang hamba.” Beliau juga berpesan, “Wahai hamba Allah, sering-seringlah mengucapkan dua kalimat ini. Ucapkanlah keduanya secara kontinyu, karena kedua kalimat ini berat di dalam timbangan (amal) dan dicintai oleh ar-Rahman, sedangkan keduanya sama sekali tidak merugikanmu sedikitpun sementara keduanya sangat ringan diucapkan oleh lisan, ‘Subhanallahi wabihamdih, subhanallahil ‘azhim’. Maka sudah semestinya setiap insan mengucapkan dzikir itu dan memperbanyaknya.” (Syarh Riyadh as-Shalihin, 3/446).

Di dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut Allah dengan nama-Nya ar-Rahman –Yang Maha pemurah-. Hikmahnya adalah –wallahu a’lam- karena untuk menunjukkan keluasan kasih sayang Allah ta’ala. Sebagai contohnya, di dalam hadits ini diberitakan bahwa Allah berkenan memberikan balasan pahala yang banyak walaupun amal yang dilakukan hanya sedikit (lihat Taudhih al-Ahkam, 4/883)

Subhanallahi Wabihamdih
Makna ucapan subhanallah –Maha suci Allah- adalah; anda menyucikan Allah ta’ala dari segala aib dan kekurangan dan anda menyatakan bahwa Allah Maha sempurna dari segala sisi. Hal itu diiringi dengan pujian kepada Allah –wabihamdih- yang menunjukkan kesempurnaan karunia dan kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepada makhluk serta kesempurnaan hikmah dan ilmu-Nya (lihat Syarh Riyadh as-Shalihin li Ibni Utsaimin, 3/446)

Apabila telah terpatri dalam diri seorang hamba mengenai pengakuan dan keyakinan terhadap kesucian pada diri Allah dari segala kekurangan dan aib, maka secara otomatis akan terpatri pula di dalam jiwanya bahwa Allah adalah Sang pemilik berbagai kesempurnaan sehingga yakinlah dirinya bahwa Allah adalah Rabb bagi seluruh makhluk-Nya. Sedangkan keesaan Allah dalam hal rububiyah tersebut merupakan hujjah/argumen yang mewajibkan manusia untuk mentauhidkan Allah dalam hal ibadah –tauhid uluhiyah-. Dengan demikian maka kalimat ini mengandung penetapan kedua macam tauhid tersebut –rububiyah dan uluhiyah- (lihat Taudhih al-Ahkam, 4/885)

Makna pujian kepada Allah
Al-Hamdu atau pujian adalah sanjungan kepada Allah dikarenakan sifat-sifat-Nya yang sempurna, nikmat-nikmat-Nya yang melimpah ruah, kedermawanan-Nya kepada hamba-Nya, dan keelokan hikmah-Nya. Allah ta’ala memiliki nama, sifat dan perbuatan yang sempurna. Semua nama Allah adalah nama yang terindah dan mulia, tidak ada nama Allah yang tercela. Demikian pula dalam hal sifat-sifat-Nya tidak ada sifat yang tercela, bahkan sifat-sifat-Nya adalah sifat yang sempurna dari segala sisi. Perbuatan Allah juga senantiasa terpuji, karena perbuatan-Nya berkisar antara menegakkan keadilan dan memberikan keutamaan. Maka bagaimana pun keadaannya Allah senantiasa terpuji (lihat al-Qawa’id al-Fiqhiyah karya Syaikh as-Sa’di, hal. 7)

Syaikh al-Utsaimin rahimahullah berkata, “al-hamdu adalah mensifati sesuatu yang dipuji dengan sifat-sifat sempurna yang diiringi oleh kecintaan dan pengagungan -dari yang memuji-, kesempurnaan dalam hal dzat, sifat, dan perbuatan. Maka Allah itu Maha sempurna dalam hal dzat, sifat, maupun perbuatan-perbuatan-Nya.” (Tafsir Juz ‘Amma, hal. 10)

Subhanallahil ‘Azhim
Makna ucapan ini adalah tidak ada sesuatu yang lebih agung dan berkuasa melebihi kekuasaan Allah ta’ala dan tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya daripada-Nya, tidak ada yang lebih dalam ilmunya daripada-Nya. Maka Allah ta’ala itu Maha agung dengan dzat dan sifat-sifat-Nya (lihat Syarh Riyadh as-Shalihin li Ibni Utsaimin, 3/446).

Hal itu menunjukkan keagungan, kemuliaan, dan kekuasaan Allah ta’ala, inilah sifat-sifat yang dimiliki oleh-Nya. Di dalam bacaan dzikir ini tergabung antara pujian dan pengagungan yang mengandung perasaan harap dan takut kepada Allah ta’ala (lihat Taudhih al-Ahkam, 4/884-885).


Dari artikel Ringan di Lisan Berat di Timbangan — Muslim.Or.Id by null