Senin, 14 September 2015
Ibnu Qayyim, Kamus Segala Pengetahuan
Nama sebenarnya adalah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa’ad bin Huraiz az-Zar’i, kemudian ad-Dimasyqi. Dikenal dengan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah nisbat kepada sebuah madrasah yang dibentuk oleh Muhyiddin Abu al-Mahasin Yusuf bin Abdil Rahman bin Ali al-Jauzi yang wafat pada tahun 656 H, sebab ayah Ibnu Qayyim adalah tonggak bagi madrasah itu.
Ibnu Qayyim dilahirkan di tengah keluarga berilmu dan terhormat pada tanggal 7 Shaffar 691 H. Di kampung Zara’ dari perkampungan Hauran, sebelah tenggara Dimasyq (Damaskus) sejauh 55 mil.
Berkat pendidikan intensif yang diberikan orang tuanya, Ibnu Qayyim pun tumbuh menjadi seorang yang dalam dan luas pengetahuan serta wawasannya. Terlebih ketika itu, bidang keilmuan sedang mengalami masa jaya dan para ulama pun masih hidup.
Dari ayahnya, Ibnu Qayyim belajar ilmu faraidl karena sang ayah memang sangat menonjol dalam ilmu itu. Selain itu, dia belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca kitab-kitab Al-Mulakhkhas li Abil Balqa’, kitab Al-Jurjaniyah, juga sebagian besar kitab Al-kafiyah was Syafiyah. Kepada Syaikh Majduddin at-Tunisi dia belajar satu bagian dari kitab Al-Muqarrib li Ibni Ushfur.
Cakupan bidang keilmuannya demikian luas. Misalnya saja dia pernah belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, ilmu fikih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Ismail bin Muhammad al-Harraniy. Dia pun terkenal dalam pengetahuannya tentang mazhab-mazhab Salaf.
Hingga akhirnya dia bermulazamah secara total (berguru secara intensif) kepada Ibnu Taimiyah rahimahullah sesudah kembalinya Ibnu Taimiyah dari Mesir tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728 H. Ketika itu, Ibnu Qayyim sedang pada awal masa mudanya.
Oleh karenanya dia berkesempatan mereguk sumber ilmunya dari mata air yang luas. Pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah yang penuh kematangan dia cerna benar-benar. Ibnu Qayyim pun amat mencintainya, sampai-sampai dia mengambil kebanyakan ijtihad-ijtihadnya dan memberikan pembelaan atasnya. Ibnu Qayyim juga menyebarluaskan ilmu Ibnu Taimiyah dengan cara menyusun karya-karyanya yang bagus dan dapat diterima.
Mereka berdua seakan tak terpisahkan. Keduanya pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama sambil didera dengan cambuk di atas seekor unta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnu Qayyim pun dilepaskan dari penjara.
Banyak faedah besar yang dia petik selama berguru kepada tokoh kharismatik itu, diantaranya yang penting ialah berdakwah mengajak orang supaya kembali kepada kitab al-Qur’an dan sunah Rasulullah, berpegang kepada keduanya, memahami keduanya sesuai dengan apa yang telah difahami oleh as-Salafus Shalih.
Ibnu Qayyim telah berjuang untuk mencari ilmu serta bermulazamah bersama para ulama besar supaya dapat menyerap ilmu mereka dan supaya bisa menguasai berbagai bidang ilmu Islam.
Penguasaannya terhadap ilmu tafsir tiada bandingnya. Pemahamannya terhadap ushuluddin mencapai puncaknya serta pengetahuannya mengenai hadis, makna hadis, pemahaman serta istinbath-istinbath rumitnya, sulit ditandingi.
Begitu pula, pengetahuannya di bidang ilmu suluk dan ilmu kalam-nya Ahli tasawuf, isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Ibnu Qayyim memang amat menguasai terhadap berbagai bidang ilmu ini.
Semua itu menunjukkan bahwa tokoh ini amat teguh pada prinsip, yakni bahwa “Baiknya perkara kaum Muslimin tidak akan pernah terwujud jika tidak kembali kepada madzhab as-Salafus Shalih yang telah mereguk ushuluddin dan syariah dari sumbernya yang jernih yaitu Kitabullah Al-Aziz serta sunah Rasulullah.”
Dia pun senantiasa berpegang pada ijtihad serta menjauhi taqlid. Diambilnya istinbath hukum berdasarkan petunjuk al-Qur’an, sunnah nabawiyah syarifah, fatwa-fatwa shahih para sahabat serta apa-apa yang disepakati oleh ahlu ats tsiqah (ulama terpercaya) dan para imam fikih.
Waktu yang ada benar-benar telah dicurahkannya untuk mengajar, memberi fatwa, berdakwah dan berdialog. Karenanya, banyak tokoh-tokoh ternama adalah para muridnya. Mereka merupakan ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya: anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah, anaknya yang lain bernama Ibrahim, kemudian Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab Al-Bidayah wan Nihayah, Al-Imam Al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab Al-Hambali Al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah, dan masih banyak lagi.
Ibnu Qayyim juga merupakan seorang peneliti ulung. Dia mengambil semua ilmu dan segala tsaqafah yang sedang jaya-jayanya pada masa itu di negeri Syam dan Mesir.
Kemudian disusunnya kitab-kitab fikih, kitab ushul, serta kitab-kitab sirah dan tarikh. Jumlah tulisannya sangat banyak, dan keseluruhan kitab-kitabnya itu memiliki bobot ilmiah yang tinggi. Oleh karenanya Ibnu Qayyim pantas disebut kamus segala pengetahuan ilmiah yang agung.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 13 Rajab tahun 751 Hijriyah dalam usia 60 tahun. Ia dishalatkan di Mesjid Jami’ Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami’ Jarrah. ribuan pelayat berdesakan mengantar kepergian Ibnu Qayyim di peristirahatannya yang terakhir. Ibnu Qayyim dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir.
Sumber : islampos
Redaksi ISBAD
Minggu, 13 September 2015
Hadist soal Meninggal karena Tertimpa Bangunan
Rasulalullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :
الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللهِ : الْمَطْعُونُ
شَهِيدٌ ، وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ ،
وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ ، وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ ، وَالَّذِي
يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ ، وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ
شَهِيدٌ
“Mati syahid selain yang terbunuh di jalan Allah itu ada tujuh: mati
karena penyakit tha’un, syahid; mati karena tenggelam, syahid; mati
karena sakit tulang rusuk, syahid; mati karena sakit di dalam perut,
syahid; mati karena terbakar, syahid; mati karena tertimpa bangunan
syahid; dan wanita yang mati karena mengandung (atau melahirkan), ia
syahid,” (HR. Abu Dawud).
Sesungguhnya qadha dan qadar merupakan bagian dari iman. Kita harus memeganginya dengan sungguh-sungguh. Tidak datang kematian kecuali telah Allah Ta’ala tuliskan takdir itu.
Ada beberapa hadis lain yang menegaskan kedudukan orang yang mati karena tertimpa bangunan. Tentu saja ada ketentuan tentang siapa yang terhitung mati syahid saat mengalami apa-apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Yang paling pokok, mereka meninggal bukan dalam keadaan bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Dan jama’ah calon haji, semoga tidaklah berada di Masjidil Haram kecuali dalam rangka keta’atan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Insya Allah.
Sekali lagi, ini merupakan pengingat bagi kita untuk senantiasa meluruskan dan membaguskan niat dalam melakukan kegiatan, terlebih saat menunaikan haji atau pun umrah.
Sumber:
Share
Rabu, 09 September 2015
Siapa K.H. As’ad Humam, Kakek Dibalik Sampul Buku Iqro? (bag: 2-End)
Buku Iqro |
Pada awalnya, pengembangan metode Iqro yang digagas oleh KH
As’ad Humam ini hanya perantaraan dari mulut ke mulut atau ‘getok
tular’, namun karena ketekunan KH As’ad, metode Iqro mampu dikembangkan
secara luas dan diterima baik oleh masyarakat di Indonesia bahkan di
dunia internasional, dengan dibantu aktivis yang tergabung dalam Team
Tadrus AMM Yogyakarta.
Dan pada tahun 1991 Menteri Agama RI, H Munawir Sjadzali MA, TKA /TPA yang didirikan K.H. As’ad Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya sebagai balai litbang LPTQ Nasional. Dan selanjutnya, perkembangan Iqro’ pun meluasa tidak hanya di di Yogyakarta Dan Jawa Tengah saja namun sudah sampai ke pelosok-pelosok tanah air dan mancanegara. Bahkan di Malaysia, metode Iqro ditetapkan sebagai kurikulum wajib di sekolah.
Metode Iqro’ sendiri telah sering diteliti Dan dijadikan objek penelitian. Hasilnya, efektivitas metode Iqro’ dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an di TKA-TPA AMM Kotagede Yogyakarta bagi anak usia TK (4,0 – 6,0 tahun) dalam waktu 6–18 bulan sudah mencapai angka 89,9% yang bisa diantarkan memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an.
Sedang untuk anak usia SD (mayoritas usia 7,0 – 9,0 tahun) ternyata lebih cepat lagi. Dalam waktu 12 bulan, mayoritas dari mereka (84,31%) telah lancar membaca al-Qur’an. Waktu yang relatif cepat bila dibandingkan dengan metode (kaidah) Baghdadiyah melalui sistem pengajian “tradisional” yang memerlukan waktu 2–5 tahun.
Kesemuanya itu ternyata mampu menggairahkan kembali umat Islam untuk mempelajari Al-Quran. Bahkan dari data yang ada pada Balai Penelitan dan Pengembangan (Balitbang) Lembaga Pengajaran Tartil Quran (LPTQ) Nasional di Yogyakarta, tercatat pada tahun 1995 diseluruh Indonesia kurang lebih telah tumbuh unit-unit TKA-TPA sebanyak 30.000 unit dengan santri mencapai 6 juta anak (Balitbang LPTQ Nasional: 1995). Tak hanya di dalam negeri, buku Iqro ini juga sudah dipakai di luar negeri seperti negeri Jiran Malaysia, Singapura, Bruney Darussalam, Arab Saudi, bahkan Amerika.
Sebenarnya selain metode Iqro dan penyusunnya, masih banyak metode yang lain dari cara belajar membaca Al-Quran seperti metode Qiroati, Hattaiyyah, metode Kamali, serta metode Al Barqy. Hanya saja yang paling berpengaruh terhadap masyarakat serta paling banyak digunakan adalah metode Iqro. Berkat disusunnya metode Iqro ini, kemudian dibarengi dengan munculnya gerakan TK Al Quran, akhirnya seluruh tanah air Indonesia telah mengalami gairah baru dalam mempelajari membaca Al Quran.
Kini, K.H. As’ad Humam telah meninggalkan kita untuk selamanya. Pada awal Februari tahun 1996 dalam usia 63 tahun, beliau dipanggil Allah SWT. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada bulan Ramadhan hari Jum’at (2/2) sekitar Pukul 11:30. Jenazah KH. As’ad Humam dishalatkan di mesjid Baiturahman Selokraman Kota Gede Yogya tempat ia mengabdi. Beliau sangat layak disebut sebagai pahlawan bagi kita semua. Meskipun beliau telah meninggal dunia, semoga Iqro menjadi ilmu yang bermanfa’at dan menjadi amalan yang tidak pernah putus untuk KH. As’ad Humam dan menambah kebaikan beliau di sisi Allah SWT. Aamiin.
sumber:
majelis ribaathulmuhibbiin
Redaksi ISBAD
Share
Siapa K.H. As’ad Humam, Kakek Dibalik Sampul Buku Iqro? (bag : 1)
Buku Iqro |
Memang tak banyak orang yang mengenal K.H. As’ad Humam. K.H. As’ad Humam lahir pada tahun 1933. Beliau mengalami cacat fisik sejak remaja. Beliau terkena penyakit pengapuran tulang belakang, dan harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta selama satu setengah tahun. Penyakit inilah yang dikemudian hari membuat As’ad Humam tak mampu bergerak secara leluasa sepanjang hidupnya.
Hal ini dikarenakan sekujur tubuhnya mengejang dan sulit untuk dibungkukkan. Dalam keseharian, sholatnya pun harus dilakukan dengan duduk lurus, tanpa bisa melakukan posisi ruku’ ataupun sujud. Bahkan untuk menengok pun harus membalikkan seluruh tubuhnya. Beliau juga bukan seorang akademisi atau kalangan terdidik lulusan Pesantren atau Sekolah Tinggi Islam, beliau hanya lulusan kelas 2 Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta (Setingkat SMP).
Nama asli dari KH As’ad Humam hanyalah As’ad saja, sedangkan nama Humam yang diletakkan dibelakang adalah nama ayahnya, H Humam Siradj. KH As’ad Humam (alm) tinggal di Kampung Selokraman, Kotagede Yogyakarta. Ia adalah anak kedua dari 7 bersaudara. Darah wiraswasta diwariskan benar oleh orang tua mereka, terbukti tak ada satu pun dari mereka yang menjadi Pegawai Negeri Sipil. KH Asad Humam sendiri berprofesi sebagai pedagang imitasi di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro Yogyakarta. Profesi ini mengantarnya berkenalan dengan KH Dachlan Salim Zarkasyi. Berawal dari silaturahim ini kemudian KH As’ad Humam mengenal metode Qiroati.
Dari Qiroati ini pula kemudian muncul gagasan-gagasan KH As’ad Humam untuk mengembangkannya supaya lebih mempermudah penerimaan metode ini bagi santri yang belajar Al Quran. Mulailah KH As’ad Humam bereksperimen, dan hasilnya kemudian ia catat, dan ia usulkan kepada KH Dachlan Zarkasyi.
Namun gagasan-gagasan tersebut seringkali ditolak oleh KH Dachlan Salim Zarkasyi, terutama untuk dimasukkan dalam Qiroati, karena menurutnya Qiroati adalah inayah dari Allah sehingga tidak perlu ada perubahan. Hal inilah yang pada akhirnya menjadikan kedua tokoh ”berkonflik”. Sehingga pada akhirnya muncullah gagasan KH As’ad Humam dan Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus “AMM”) Yogyakarta untuk menyusun sendiri dengan pengembangan penggunaan cara cepat belajar membaca Al-Qur’an melalui metode Iqro.
Bersambung
sumber:
majelis ribaathulmuhibbiin
Share
Wahai Rasulullah, Aku Ini Lelaki yang Tidak Laku
Ilustrasi Gambar |
“Aku ingin meminang puterimu.” kata Rasulullah. Sahabat itu sangat bahagia. Siapa yang tidak bahagia ketika puterinya menjadi istri Nabi.
“Baiklah wahai Rasulullah, ini merupakan sebuah penghormatan bagi kami.” jawab sahabat itu dengan sangat riang.
“Bukan untukku. Tapi untuk Julaibib.” kata Nabi.
“Julaibib??? Julaibib???” katanya dengan kaget. Wajahnya
berubah. Tidak lagi ceria seperti sebelumnya.
“Namun aku harus bermusyawarah dulu dengan ibunya.” Lanjutnya.
“Julaibib??? Julaibib???” kata sang istri terkejut saat mendengar berita dari suaminya. Terbayang dengan jelas dalam benak wanita itu
sosok lelaki yang pendek. Jelek. Hitam. Dan tidak berharta. Dia yang akan menjadi menantunya nanti. Apa kata orang-orang, pikirnya.
Putrinya yang menyimak percakapan kedua orang tuanya dari bilik kamar segera keluar. “Ayah, ibu, bagaimana mungkin engkau menolak pilihan
Rasulullah? Bukankah Allah berfirman, Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka?” jelas gadis itu. “Ayah, ibu, aku akan menikah dengan laki-laki pilihan Nabi?” lanjutnya tegas.
Merekapun menikah. Hingga suatu pagi, datang seruan untuk berjihad. Melawan kaum musyrikin di medan Uhud. Julaibib mendengar seruan itu. Iapun memenuhi panggilan Rasulullah saw. untuk pergi berjihad.
Selesai perang Uhud, Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya. “Kalian kehilangan siapa hari ini?” tanya Rasulullah. Ada sahabat yang menjawab, “Kami kehilangan Hamzah!” Ada yang berkata, “Kami kehilangan Mush’ab!” Yang lain berkata, “Kami kehilangan Yaman!” Ada pula yang mengatakan, “Kami kehilangan ‘Amr bin Jamuh!”
“Namun, aku kehilangan Julaibib! Carilah Julaibib sekarang!” kata Rasulullah. Para sahabat mencari Julaibib. Hingga akhirnya Julaibib ditemukan meninggal dunia diantara tujuh orang musyrikin. Para sahabat mengabarkan kepada Rasulullah, bahwa Julaibib meninggal diantara tujuh orang musyrikin. Dia membunuh tujuh orang musyrikin, kemudian dirinya terbunuh. Meninggal sebagai syuhada’.
“Dia adalah bagian dariku, dan aku bagian darinya! Dia adalah bagian dariku, dan aku bagian darinya! Dia adalah bagian dariku, dan aku bagian darinya!” kata Rasulullah menanggapi kabar kematian Julaibib. Seberuntung Julaibib mendapatkan bidadari. Tak disangka, tak diduga, Rasulullah
meminangkan untuknya seorang wanita yang cantik, kaya, dan berkelas. Asyiknya lagi ketika wanita itu menerima lamaran Rasulullah, tanpa berat hati. Padahal dia sangat tahu seperti apa lelaki calon pendamping hidupnya. Julaibib. Ya, ‘hanya’ Julaibib.
Namun wanita itu sangat percaya, seperti apapun fisik Julaibib, dia adalah lelaki yang direkomendasikan Rasulullah. Pasti berkualitas. Pasti hebat. Pasti lelaki sejati. Keimanan yang luar biasa. Apapun yang dipilihkan oleh Allah dan Rasul-Nya, itu
pasti yang terbaik. Dan ternyata benar. Boleh tampang pas-pasan, tapi kualitas berani diadu. Kualitas agama Julaibib tidak sesederhana penampilannya. Sangat luar biasa. Terbaca dari dialognya bersama Rasulullah saw. saat ditawari untuk menikah. Julaibib berkata, “Wahai Rasulullah, aku ini lelaki yang tidak laku.” Namun Rasulullah saw. segera menjawab, “Tapi kamu di sisi Allah laku.”
Keimanan dan loyalitas Julaibib kepada Islam setelah menikah kembali diuji. Kali ini sangat membingunkan. Diajak Rasulullah saw. pergi berjihad ke medan Uhud. Tak bisa dibayangkan tentunya, jejaka yang telah lama merindukan untuk menikah, akhirnya bisa menikah, namun datang seruan untuk berperang. Bingung, itu manusiawi. Belumlah habis menikmati madu kebersamaan dengan sang istri, kini laga jihad telah menanti.
Bersenang-senang dengan wanita yang telah lama didambakan? Atau ikut berperang bertaruh nyawa? Tarikan duniawi sangat kuat, namun ketika orientasi akhirat lebih kuat maka urusan agama tetap diunggulkan. Disinilah istimewanya Julaibib. Meskipun telah menikah, namun urusan agama
tetap diprioritaskan. Perintah Allah dan Rasulullah tetap nomor satu, tidak tergantikan. Ia pun membeli senjata, kuda dan pakaian perang, lalu ikut bersama pasukan Rasulullah ke padang Uhud. Tanpa berat hati. Dengan penuh keikhlasan. Dan yakin akan janji Allah kepada keluarga orang yang beriman.
Sesunggunya, nilai mahal manusia ada pada ketakwaannya. Allah berfirman:
“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa diantara kalian.” (QS. al-Hujurat: 13)
Oleh sebab itu, agama harus menjadi barometer utama dalam memilih pasangan. Silahkan menetapkan kriteria yang banyak sekalipun, namun tetap jadikan
kualitas agama sebagai kriteria yang diutamakan diatas yang lainnya. Jangan terpedaya dengan tampilan, karena itu bukan jaminan. Karena tampilan yang kita miliki adalah takdir, sedangkan kualitas agama adalah hasil dari proses setiap orang yang tidak semua mampu mendapatkannya.
Dari Abu Hurairah ra. berkata, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:
“Boleh jadi, orang yang tidak menarik dan selalu ditolak (tidak laku),
namun sekali berdoa maka Allah langsung perkenankan doanya.” (HR.
Muslim, no. 2622, 4/2024).
Pantaslah jika kemudian Allah mengkaruniakan bidadari di dunia kepada Julaibab.
Sumber:
E-Book Kemanakah Kulabuhkan Hati ini/Herfi Ghulam Faizi, Lc/2012
Redaksi ISBAD
Share
Jumat, 04 September 2015
Perang Akhir Zaman Akan Menggunakan Senjata Tradisional?
Hancurnya
bangsa Yahudi merupakan salah satu dari tanda-tanda datangnya hari
kiamat. Hal ini bermula dengan sebuah peperangan besar yang melibatkan
banyak bangsa di dunia termasuk bangsa Israel. Sebelum terjadi
peperangan ini, terdapat beberapa peristiwa lain yang membawa kepada
terjadinya peperangan ini menurut kronologi hadis akhir zaman hasil
kajian ilmuan Islam.
Pertempuran dahsyat ini dikenal sebagai Armageddon, di mana lokasi utama perang ini adalah di lembah Megiddo atau Mageddon, Palestina. Mungkin ada yang menganggap Perang Armageddon hanyalah sebuah film rekaan Hollywood belaka. Kenyataannya, Hollywood yang disokong oleh Yahudi memang ingin menyamarkan fakta tentang Armageddon ini melalui propaganda film. Padahal di kalangan para ahli kitab mereka telah mengkaji tentang peperangan ini dan senantiasa bersiap sedia untuk menghadapinya.
Disebutkan dalam Kitab Zakharia (89/13), bahawa sebahagian besar bangsa Yahudi akan mati dalam perang Armageddon dan dua pertiga dari mereka akan musnah. Sedangkan dalam kitab Zagiyal (12/39) disebutkan :”Akan berlangsung tujuh bulan sehingga rumah Israel berhasil mengubur mereka (orang-orang mereka yang terbunuh) sebelum membersihkan bumi”.
Sebutan Armageddon sebenarnya tidak terdapat dalam Hadis manapun. Hanya disebut dalam kajian-kajian Kristen dan Ahli Kitab. Menurut bahasa Ibrani, Ar bermaksud gunung atau bukit. Mageddo pula adalah nama sebuah lembah di Palestina. Sebuah tempat yang cukup strategis dari segi peperangan. Perang ini juga dikatakan sebagai perang terakhir dengan menggunakan seluruh kekuatan pelbagai peralatan senjata moden yang canggih. Mungkin perang itu adalah Perang Dunia ketiga yang disebut-sebut sebagai Perang Nuklir.
Banyak yang mengatakan bahwa dalam Perang Dunia Ketiga, bom nuklir akan digunakan. Ada diceritakan juga dalam kitab Bahrul Mazi. Perang Dunia Ketiga yang diramal akan berlaku dalam tempo yang singkat. Tetapi, kemusnahannya amat dahsyat. Sehingga dikatakan dunia selepas itu akan kembali menjadi seperti Zaman Pertengahan di mana bala tentara hanya akan menunggang kuda serta bersenjatakan pedang seperti perang zaman dahulu.
“Jika Perang Dunia Ketiga adalah berjuang dengan senjata nuklir, yang keempat akan diperjuangkan dengan busur dan anak panah.” – Louis Lord Mountbatten
“Saya tidak tahu dengan apa senjata Perang Dunia Ketiga akan diperjuangkan, tetapi Perang Dunia Keempat akan diperjuangkan dengan kayu dan batu.” – Albert Einstein
Apakah Einstein dan Mountbatten hanya kebetulan mengatakan ini? Konon, ini disebabkan teknologi semua tidak boleh digunakan lagi pada masa itu karena EMP (electromagnetic pulse) senjata nuklir itu sendiri terjadi ketika Perang Dunia Ketiga. Jadi, kekuatan bala tentara ketika Perang Dunia Keempat nanti adalah seimbang dan tidak berat sebelah karena semuanya menggunakan peralatan perang yang sama.
Malah, ada sebahagian hadis yang menekankan akhir zaman nanti akan berlakunya perang menggunakan pedang dan Dajjal akan disembelih dengan pedang. Hadis Nabi juga ada menyebut, Yahudi Zionis akan bersembunyi di balik-balik batu dan kayu dan hanya selamat di belakang pokok Yahudi yaitu pokok Gharqad, yang banyak di tanam sekarang di Israel.
“Tidak akan berlaku kiamat sehinggalah seluruh umat Islam berperang dengan seluruh Yahudi. Umat Islam akan membunuh mereka sehinggakan apabila mereka bersembunyi di sebalik batu dan pokok, tiba-tiba pokok-pokok dan batu-batu itu bersuara menjerit memanggil umat Islam agar datanglah kamu ke sini dan bunuhlah orang-orang Yahudi itu, kecuali pokok ‘Gharqad’, kerana ia adalah pokok Yahudi”. (Hadith Sahih riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Sumber : Islampos
Redaksi ISBAD Share
Pertempuran dahsyat ini dikenal sebagai Armageddon, di mana lokasi utama perang ini adalah di lembah Megiddo atau Mageddon, Palestina. Mungkin ada yang menganggap Perang Armageddon hanyalah sebuah film rekaan Hollywood belaka. Kenyataannya, Hollywood yang disokong oleh Yahudi memang ingin menyamarkan fakta tentang Armageddon ini melalui propaganda film. Padahal di kalangan para ahli kitab mereka telah mengkaji tentang peperangan ini dan senantiasa bersiap sedia untuk menghadapinya.
Disebutkan dalam Kitab Zakharia (89/13), bahawa sebahagian besar bangsa Yahudi akan mati dalam perang Armageddon dan dua pertiga dari mereka akan musnah. Sedangkan dalam kitab Zagiyal (12/39) disebutkan :”Akan berlangsung tujuh bulan sehingga rumah Israel berhasil mengubur mereka (orang-orang mereka yang terbunuh) sebelum membersihkan bumi”.
Sebutan Armageddon sebenarnya tidak terdapat dalam Hadis manapun. Hanya disebut dalam kajian-kajian Kristen dan Ahli Kitab. Menurut bahasa Ibrani, Ar bermaksud gunung atau bukit. Mageddo pula adalah nama sebuah lembah di Palestina. Sebuah tempat yang cukup strategis dari segi peperangan. Perang ini juga dikatakan sebagai perang terakhir dengan menggunakan seluruh kekuatan pelbagai peralatan senjata moden yang canggih. Mungkin perang itu adalah Perang Dunia ketiga yang disebut-sebut sebagai Perang Nuklir.
Banyak yang mengatakan bahwa dalam Perang Dunia Ketiga, bom nuklir akan digunakan. Ada diceritakan juga dalam kitab Bahrul Mazi. Perang Dunia Ketiga yang diramal akan berlaku dalam tempo yang singkat. Tetapi, kemusnahannya amat dahsyat. Sehingga dikatakan dunia selepas itu akan kembali menjadi seperti Zaman Pertengahan di mana bala tentara hanya akan menunggang kuda serta bersenjatakan pedang seperti perang zaman dahulu.
“Jika Perang Dunia Ketiga adalah berjuang dengan senjata nuklir, yang keempat akan diperjuangkan dengan busur dan anak panah.” – Louis Lord Mountbatten
“Saya tidak tahu dengan apa senjata Perang Dunia Ketiga akan diperjuangkan, tetapi Perang Dunia Keempat akan diperjuangkan dengan kayu dan batu.” – Albert Einstein
Apakah Einstein dan Mountbatten hanya kebetulan mengatakan ini? Konon, ini disebabkan teknologi semua tidak boleh digunakan lagi pada masa itu karena EMP (electromagnetic pulse) senjata nuklir itu sendiri terjadi ketika Perang Dunia Ketiga. Jadi, kekuatan bala tentara ketika Perang Dunia Keempat nanti adalah seimbang dan tidak berat sebelah karena semuanya menggunakan peralatan perang yang sama.
Malah, ada sebahagian hadis yang menekankan akhir zaman nanti akan berlakunya perang menggunakan pedang dan Dajjal akan disembelih dengan pedang. Hadis Nabi juga ada menyebut, Yahudi Zionis akan bersembunyi di balik-balik batu dan kayu dan hanya selamat di belakang pokok Yahudi yaitu pokok Gharqad, yang banyak di tanam sekarang di Israel.
“Tidak akan berlaku kiamat sehinggalah seluruh umat Islam berperang dengan seluruh Yahudi. Umat Islam akan membunuh mereka sehinggakan apabila mereka bersembunyi di sebalik batu dan pokok, tiba-tiba pokok-pokok dan batu-batu itu bersuara menjerit memanggil umat Islam agar datanglah kamu ke sini dan bunuhlah orang-orang Yahudi itu, kecuali pokok ‘Gharqad’, kerana ia adalah pokok Yahudi”. (Hadith Sahih riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Sumber : Islampos
Redaksi ISBAD Share
BOLEHKAH SHALAT TAHAJJUD SEBELUM TIDUR ? (Buya Yahya Menjawab)
Tanya :
Assalamu Alaikum WR. WB.
Buya saya mau bertanya :
bolehkah Tahajjud dilakukan sebelum Tidur?
Kemudian jam berapakah Tahajjud itu dimulai?
Jawaban :
Wa’alaikum Salam WR. WB.
Tahajjud adalah semua Shalat yang dilakukan setelah tertidur. Tahajjud sendiri maknanya adalah berusaha dengan susah payah dari keadaan nyenyak untuk bangun. Maka tidak ada Tahajjud kecuali didahului oleh tidur. Dan seseorang jika ingin melakukan Shalat sebelum tidur maka shalat yang dilakukan tidak bisa disebut Tahajjud akan tetapi merupakan bagian dari Qiyamullail (menghidupkan malam dengan ibadah).
Artinya yang tidak bisa tahajjud tetap bisa beribadah di malam hari dengan menghidupkan malam dengan shalat apa saja. Jangan sampai orang tidak bisa melakukan Tahajjud karena tidak pernah tidur malam lalu tidak melakukan Shalat malam. Mungkin saja seseorang tidak bertahajjud akan tetapi jangan sampai seseorang tidak melakukan Qiayamullail.
Adapun waktu Tahajjud adalah sepanjang malam sampai menjelang waktu Shubuh.
Wallahu A’lam Bish-Showab.
Sumber : Facebook Buya Yahya Share
Kamis, 03 September 2015
Siapa Pembunuh Al Husain Radhiyallahu ‘Anhuma?
Jika pada hari Asyura (10 Muharram), Sunni berpuasa atas perintah Nabi, ketika beliau bersabda, artinya, “Ia (puasa) ‘Asyura, menghapus dosa tahun lalu.”
(HR. Muslim). Maka orang-orang Syiah menjadikan 10 Muharram untuk
memperingati hari Karbala, yaitu hari terbunuhnya Al Husain bin Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma.
Mereka memperingatinya dengan meratap, melukai kepala dan badan
mereka dengan senjata tajam. Bahkan balita yang masih dalam gendongan
ibunya sekalipun, harus meneteskan darah demi “menyemarakkan” hari
Karbala. Seperti itulah orang-orang Syiah mengekspresikan kecintaan
mereka kepada Al Husain, salah seorang Ahlu Bait Rasulullah.
Tapi, jika saja mereka mau menapaktilasi sejarah,
maka tentu mereka akan sadar bahwa sebenarnya, secara tidak langsung
orang-orang Syiah terlibat dalam peristiwa pembunuhan Al Husain.
Orang-orang Syiah di Kufah Iraq yang tidak mau tunduk
kepada pemerintahan Yazid bin Mu’awiyah rutin mengirim surat kepada Al
Husain. Mereka mengajaknya untuk menentang Yazid. Mereka mengirim utusan
demi utusan yang membawa ratusan surat dari orang-orang yang mengaku
sebagai pendukung dan pembela Ahlul Bait.
Isi surat mereka hampir sama, yaitu menyampaikan
bahwa mereka tidak bergabung bersama pimpinan mereka, Nu’man bin Basyir.
Mereka juga tidak mau shalat Jumat bersamanya. Dan meminta Al Husain
untuk datang kepada mereka, kemudian mengusir gubernur mereka, lalu
berangkat bersama-sama menuju negeri Syam menemui Yazid.
Namun, ketika Al Husain datang memenuhi panggilan
mereka, dan ketika pasukan ‘Ubaidillah bin Ziyad membantai Al Husain dan
17 orang Ahlul Bait di suatu daerah yang disebut Karbala, tak seorang
pun dari orang-orang Syiah itu yang membela beliau.
Kemana perginya para pengirim ratusan surat itu? Mana 12.000 orang yang katanya akan berbaiat rela mati bersama Al Husain?
Mereka tidak memberikan pertolongan kepada Muslim bin
Uqail, utusan Al Husain yang beliau utus dari Makkah ke Kufah. Tidak
pula berperang membantu Al Husain melawan pasukan Ibnu Ziyad. Maka tak
heran jika sekarang orang-orang Syiah meratap dan menyiksa diri mereka
setiap 10 Muharram, sebagai bentuk penyesalan dan permohonan ampun atas
dosa-dosa para pendahulu mereka terhadap Al Husain.
Dalam tragedi mengenaskan ini, di antara Ahlul Bait
yang gugur bersama Al Husain adalah putera Ali bin Abi Thalib lainnya;
Abu Bakar bin Ali, Umar bin Ali, dan Utsman bin Ali.
Demikian pula putera Al Hasan, Abu Bakar bin Al
Hasan. Namun anehnya, ketika Anda mendengar kaset-kaset, ataupun membaca
buku-buku Syiah yang menceritakan kisah pembunuhan Al Husain, nama
keempat Ahlul Bait tersebut tidak pernah diungkit. Tentu saja, agar
orang tidak berkata bahwa Ali memberi nama anak-anak beliau dengan
nama-nama sahabat Rasulullah; Abu Bakar, Umar, dan ‘Utsman. Tiga nama
yang paling dibenci orang-orang Syiah.
Terbunuhnya Al Husain tidaklah lebih besar dari
dibunuhnya nabi-nabi. Kepala Nabi Yahya telah dipersembahkan kepada
seorang pelacur. Nabi Zakaria pun dibunuh. Nabi Musa dan Nabi
Isa ’alaihimas salam, umat mereka ingin membunuh mereka berdua. Dan
beberapa orang nabi lainnya juga telah dibunuh.
Demikian pula Umar, Utsman, dan Ali terbunuh. Dan
mereka jelas lebih utama dari Al Husain. Sehingga jika meratapi kematian
Al Husain adalah sebuah kebaikan, tentulah terbunuhnya mereka lebih
pantas untuk diratapi. Tapi apa kata Rasulullah?
“Dua perkara yang menyerupai (perbuatan orang-orang yang) kufur di tengah manusia, yaitu: Mencela keturunan dan meratapi mayat.” (HR. Muslim).
“Bukan termasuk golongan kami orang yang memukuli
pipi, merobek-robek saku dan berseru dengan seruan-seruan jahiliyah
(pada waktu berduka).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan masih banyak hadits Rasulullah yang menyebutkan ancaman bagi para peratap.
Mestinya, seorang Muslim jika tertimpa musibah mengucapkan apa yang Allah perintahkan dalam firman-Nya, artinya,
“Yaitu orang-orang yang apabila mereka ditimpa musibah, mereka berkata, innaa lillahi wa innaa ilaihi roji’un.” (QS. Al Baqarah: 156).
Bukan seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang Syiah pada hari ‘Asyuro.
Dalam menyikapi terbunuhnya Al Husain, manusia terbagi menjadi tiga kelompok:
Kelompok pertama: Mereka mengatakan bahwa membunuh Al Husain adalah sesuatu yang benar, karena beliau telah keluar dari pemerintahan yang sah dan akan memecah belah persatuan kaum Muslimin. Mereka mengutip sabda Rasulullah saw,
Kelompok pertama: Mereka mengatakan bahwa membunuh Al Husain adalah sesuatu yang benar, karena beliau telah keluar dari pemerintahan yang sah dan akan memecah belah persatuan kaum Muslimin. Mereka mengutip sabda Rasulullah saw,
مَنْ أَتَاكُمْ وَأَمْرُكُمْ جَمِيعٌ عَلَى رَجُلٍ وَاحِدٍ
يُرِيدُ أَنْ يَشُقَّ عَصَاكُمْ أَوْ يُفَرِّقَ جَمَاعَتَكُمْ فَاقْتُلُوهُ
“Barangsiapa datang kepada kalian sedang urusan
kalian dipimpin oleh seorang imam dan orang itu ingin memecah belah
jamaah kaum muslimin maka bunuhlah dia”(HR.Muslim)
Menurut mereka Al Husain bermaksud memecah belah
persatuan kaum Muslimin. Dalam hadits di atas disebutkan, ”maka bunuhlah
siapa pun dia”, maka membunuh Al Husain juga dibenarkan.
Pendapat ini dikemukakan oleh an-Nashibah, yaitu sekelompok orang yang membenci Al Husain dan Ali radhiyallahu ‘anhuma.
Kelompok kedua: Al Husain adalah imam yang wajib
ditaati dan diserahkan segala urusan pemerintahan kepadanya. Inilah
pendapat orang-orang Syiah.
Kelompok ketiga: Mereka adalah Ahlussunnah wal jama’ah, mereka berpandangan bahwa Al Husain dibunuh secara zhalim. Tapi, beliau bukanlah seorang imam (pemimpin kaum Muslimin). Dan beliau tidak dibunuh sebagai orang yang keluar dari jamaah, namun dibunuh secara zhalim dan gugur sebagai syahid. Rasulullah saw bersabda, “Al Hasan dan Al Husain adalah pemimpin para pemuda di surga.” (HR. Tirmidzy).
Berkata Syaikul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah,
“Yazid bin Muawiyah tidak memerintahkan untuk membunuh Al Husain. Hal
ini berdasarkan kesepakatan para ahli sejarah. Yazid hanya memerintahkan
kepada Ibnu Ziyad untuk mencegah Al Hasan menjadi penguasa negeri
Iraq.”
Ketika kabar tentang terbunuhnya Al Husain sampai
kepada Yazid, maka nampak terlihat kesedihan di wajahnya dan suara
tangisan pun memenuhi rumahnya.
Kaum wanita rombongan Al Husain yang ditawan oleh
pasukan Ibnu Ziyad pun diperlakukan secara hormat oleh Yazid hingga
mereka dipulangkan ke negeri asal mereka.
Dalam buku-buku Syiah, mereka mengangkat
riwayat-riwayat yang menyebutkan bahwa wanita-wanita Ahlul Bait yang
tertawan diperlakukan secara tidak terhormat. Mereka dibuang ke negeri
Syam dan dihinakan di sana sebagai bentuk celaan kepada mereka. Semua
ini adalah riwayat yang batil dan dusta. Justru sebaliknya, Bani Umayyah
memuliakan Bani Hasyim.
Disebutkan pula bahwa kepala Al Husain dihadapkan
kepada Yazid. Tapi riwayat ini pun tidak benar, karena kepala Al Husain masih berada di sisi Ubaidillah bin Ziyad di Kufah.
Sebagian membolehkan melaknat Yazid bin Mu’awiyah,
namun adapula yang melarangnya. Bagi yang membolehkan melaknatnya, perlu
untuk memerhatikan tiga hal berikut:
-Mengetahui dengan jelas bahwa Yazid bin Mu’awiyah adalah orang fasiq.
-Yakin bahwa Yazid tidak pernah bertaubat dari dosa-dosanya tersebut. Jika orang kafir yang bertaubat kepada Allah diampuni, maka bagaimana lagi dengan orang fasiq?
-Tahu dengan pasti hukum melaknat pribadi tertentu, bahwa itu dibolehkan.
-Mengetahui dengan jelas bahwa Yazid bin Mu’awiyah adalah orang fasiq.
-Yakin bahwa Yazid tidak pernah bertaubat dari dosa-dosanya tersebut. Jika orang kafir yang bertaubat kepada Allah diampuni, maka bagaimana lagi dengan orang fasiq?
-Tahu dengan pasti hukum melaknat pribadi tertentu, bahwa itu dibolehkan.
Tapi yang benar justru sebaliknya, melaknat sosok
pribadi tertentu yang Allah dan Rasul-Nya tidak melaknatnya dilarang.
Beliau bersabda ketika orang-orang melaknat Abu Jahl,
لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا
“Janganlah kalian mencela orang yang telah meninggal dunia, karena mereka telah menyerahkan apa yang telah mereka perbuat.” (HR. Bukhari).
Agama Islam tidak dibangun di atas celaan sebagaimana
yang dilakukan orang-orang Syiah. Tapi dibangun di atas akhlak mulia.
Maka celaan dan para pencela, tidak memiliki tempat sedikitpun dalam
agama Islam. Rasulullah bersabda,
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
“Mencela seorang Muslim adalah kefasiqan, dan membunuhnya adalah kekufuran.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Tidak seorang pun yang mengatakan bahwa Yazid bin
Muawiyah kafir. Tapi, kebanyakan orang mengatakan bahwa ia fasiq. Dan
Allahlah yang Mahamengetahui.
Rasulullah pernah bersabda,
Rasulullah pernah bersabda,
أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ مَدِينَةَ قَيْصَرَ مَغْفُورٌ لَهُمْ
“Pasukan yang paling pertama menyerang Romawi diampuni.” (HR. Bukhari).
Dan ternyata, pasukan ini dipimpin oleh Yazid bin
Muawiyah. Ikut dalam pasukan itu beberapa sahabat yang mulia; Ibnu Umar,
Ibnu Zubair, Ibnu Abbas, dan Abu Ayyub. Penyerangan ini terjadi pada
tahun 49 H.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yazid telah
bersalah besar dalam peristiwa Al Harrah dengan berpesan kepada pemimpin
pasukannya, Muslim bin Uqbah untuk membolehkan pasukannya memanfaatkan
semua harta benda, kendaraan, senjata, ataupun makanan penduduk Madinah
selama tiga hari.
Demikian pula terbunuhnya sejumlah sahabat dan
anak-anak mereka dalam peristiwa tersebut. Maka dalam menyikapi Yazid
bin Muawiyah, kita serahkan urusannya kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Adz-Dzahabi, “Kita tidak mencela
Yazid, tapi tidak pula mencintainya.”
Wallahu A’laa wa A’lam
Wallahu A’laa wa A’lam
Sumber :
Diringkas dari kitab Hiqbah minat-Tarikh, karya Syaikh Utsman bin Muhammad Alu Khamis at-Tamimi.
Share
Ini Dia, 10 Masjid Raya Terindah di Indonesia
Masjid atau mesjid adalah tempat ibadah umat Muslim. Selain tempat untuk beribadah, masjid juga merupakan pusat kehidupan Umat Muslim. Kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur’an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran. Berikut adalah 10 Masjid Raya Terindah Di Indonesia :
1. Masjid Istiqlal Jakarta
Masjid Istiqlal Jakarta |
Masjid Istiqlal adalah masjid nasional negara Republik Indonesia yang terletak di pusat ibukota Jakarta. Salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara. Arsitek Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan yang senantiasa memberikan apresiasinya dalam perancangan untuk Presiden Republik Indonesia saat itu, di mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951.
2. Masjid Raya Baiturrahman Nanggroe Aceh Darussalam
Masjid Raya Baiturrahman Nanggroe Aceh Darussalam |
Mungkin hampir dari kita semua mengetahui, Masjid Raya Baiturrahman termasuk salah satu bangunan yang selamat dari terjangan Tsunami dahsyat 26 Desember 2004. Namun atas Kekuasaan Allah mesjid ini bisa selamat dari dahsyatnya tsunami pada masa itu. Masjid yang berada tepat di pusat kota Aceh ini adalah salah satu masjid termegah di kawasan Asia Tenggara. Selain bangunannya yang megah, masjid ini juga dihiasai berbagai ukiran yang indah.
3. Masjid Agung Jawa Tengah Semarang
Masjid Agung Jawa Tengah Semarang |
Masjid Agung Jawa Tengah merupakan salah satu Masjid Raya Terindah Di Indonesia. Masjid dengan arsitektur indah ini mulai dibangun pada tahun 2001 dan penyelsaiannya sendiri, langsung diresmikan oleh Presiden Indonesia saat itu yaitu Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 November 2006.
4. Masjid dan Islamic Center Samarinda
Masjid dan Islamic Center Samarinda |
Masjid Islamic Center Samarinda adalah masjid termegah dan terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal. Dengan latar depan berupa tepian sungai Mahakam, menara dan kubah besar yang berdiri tegak di mesjid ini menjadikan ciri khas tersendiri dari masjid-masjid lain.
5. Masjid Raya Ternate
Masjid Raya Ternate |
Masjid yang begitu menawan dipandang dari laut ini adalah Masjid Al-Munawaroh. Sebuah mesjid dari ternate, provinsi maluku utara. Dengan dua menaranya yang terlihat berdiri tegak di atas laut, memberikan pemandangan yang begitu indah. Masjid Raya Al-Munawaroh ini merupakan masjid yang dibangun oleh Pemerintah kota Ternate di bibir pantai kota itu kini menjadi landmark tersendiri bagi wisatawan yang datang berkunjung.
6. Masjid Agung Tuban
Masjid Agung Tuban |
7. Masjid Agung Medan
Masjid Agung Medan |
8. Masjid Tiban Turen Malang
Masjid Tiban Turen Malang |
9. Masjid Agung Bengkulu
Masjid Agung Bengkulu |
10. Masjid Al Irsyad Bandung
Masjid Al Irsyad Bandung |
Sumber :
http://paling-unik.com/
Redaksi ISBAD
Share
Langganan:
Postingan (Atom)