" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Jumat, 23 Oktober 2015

“Jangan Ganggu Cucuku! Sesungguhnya Dia Akan Jadi Orang yang Besar!”

kelahiran-sirah-padang pasir
Setelah masa disusui oleh Halimah berakhir, Rasulullah SAW yang masih anak-anak dikembalikan kepada ibundanya. Beliau SAW tinggal bersama ibundanya sampai usianya enam tahun.

Sebagai bentuk kasih sayangnya, Aminah, ibunda Rasulullah SAW memandang perlu untuk menziarahi kuburan suaminya di Yastrib (Madinah). Aminah akhirnya keluar dari Makkah dengan menempuh perjalanan 500 km bersama Rasulullah SAW yang masih kecil, mertuanya Abdul Muthalib, dan pembantunya Ummu Aiman.

Setelah tinggal selama sebulan di sana, mereka bermaksud kembali pulang ke Makkah, akan tetapi Aminah terserang penyakit di tengah perjalanan sehingga beliau meninggal dunia. Beliau meninggal di suatu tempat bernama Al-Abwa’ yang terletak antara Makkah dan Madinah. Hingga setelah itu Rasulullah SAW kecil dibawa pulang bersama Sang Kakek ke Makkah.

Abdul Muthalib merasakan kasih sayang yang teramat sangat terhadap cucunya Muhammad SAW. Terlebih lagi adanya musibah baru yang menimpa dirinya dan cucunya, seakan menggores luka lama yang belum sembuh betul. Dia tak pernah membiarkan cucunya tersebut hanyut dalam kesendirian yang terpaksa harus dialaminya, bahkan dia lebih mengedepankan  kepentingan cucunya daripada anak-anaknya.

Biasanya sudah terhampar permadani untuk Abdul Muthalib di bawah naungan Ka’bah. Lalu anak-anaknya duduk di sekitar permadani tersebut hingga dirinya datang. Tak seorang pun dari anaknya yang duduk di permadani itu sebagai rasa hormat terhadap ayahnya.

Namun suatu ketika Rasulullah SAW berusia dua tahun, Rasulullah SAW datang dan langsung duduk di atas permadani itu. Paman-pamannya serta merta mencegahnya agar tidak mendekati permadani itu. Bila kebetulan melihat tindakan anak-anaknya itu Abdul Muthalib berkata kepada mereka,

“Jangan kau ganggu cucuku! Demi Allah! Sesungguhnya dia nanti akan jadi orang yang besar!”

Kemudian ia duduk dengan cucunya di permadani tersebut, beliau SAW mengusap-usap punggung kakeknya dengan tangannya. Abdul Muthalib merasa senang dengan kelakuan cucunya tersebut.

Sumber :
  • Perjalan Hidup Rasul yang Agung Muhammad SAW/Karya: Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri/Penerbit: Darul Haq
  • Redaksi ISBAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar