" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Jumat, 31 Juli 2015

Teladan dari "Sang Dai Sejuta Umat" Merasa Malu karena Rumahnya Lebih Bagus daripada Masjid

 TABLIGH AKBAR


Kalau Anda suatu kali ke rumah almarhum KH Zainuddin MZ semasa hidup, maka tepat depan rumahnya, Anda akan menemukan sebuah masjid yang cukup megah. Ada kisah di balik bagusnya masjid ini. Masjid ini ternyata direnovasi atas inisiatif sang Kiayi. KH Zainuddin MZ merasa malu kalau rumahnya lebih megah daripada masjid tersebut. 
Warga sekitar masjid pasti tahu betul bahwa masjid yang bernama Fajrul Islam ini sangat identik dengan KH Zainuddin.
 Masjid ini awalnya dibangun pada tahun 1990. Pada tahun 2004, KH Zainuddin memutuskan untuk membongkar total masjid tersebut. Alasannya itu tadi, tempat tinggalnya jauh lebih bagus daripada rumah ibadah kepada Allah SWT. “Rumahku kok lebih bagus daripada masjid ya,” tutur KH Zainuddin ketika itu.

KH KH Zainuddin MZ sadar betul bahwa merenovasi masjid tersebut akan menyedot biaya yang sangat besar. Dari hitungan kasar saja, renovasi masjid bisa mencapai sekitar Rp 3,6 miliar!
Nah, dari mana sang Kiayi mendapatkan uang sebesar itu? Salah satu cara yang dilakukannya adalah mengundang para pejabat dan figur publik untuk datang ke masjid tersebut, utamanya pada setiap peringatan hari besar Islam. Oleh Kiayi, mereka diajak untuk menyumbang pembangunan. Walau kenyataannya, dana yang paling banyak tetap berasal dari KH Zainuddin MZ. Karena tidak setiap kali pejabat datang juga ikut menyumbang.

Tercatat, pejabat yang diundang datang ke masjid itu adalah Jusuf Kalla ketika menjadi wakil presiden. Gubernur Jakarta Fauzi Bowo juga pernah datang.
Biaya total renovasi masjid akhirnya mencapai Rp 5 miliar. Pada Maret 2010, masjid itu diresmikan Gubernur Jakarta Fauzi Bowo. Jika dulu hanya mampu memuat sekitar 600 jamaah, kini Masjid Fajrul Islam bisa menampung lebih dari seribu jamaah.

Sumber: http://www.jpnn.com/read/2011/07/06/97228/Kisah-Keringat-Zainuddin-M.Z-di-Masjid-Fajrul-Islam

Rahasia Kecerdasan Orang-orang Yahudi: Ambil yang Baik, Buang yang Buruk

anak yahudi



Dalam Qur’an, tertulis bahwa kebanyakan dari golongan Yahudi ialah diberi karunia berupa kepintaran akal. Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, “Mengapa Yahudi Pintar ?”

Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?

Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.
Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.
Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.


Stephen bertanya, “Apakah ini untuk anak kamu?”
Dia menjawab, “Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius.”
Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.
Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan. Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.


Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.
Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, “Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),”
ungkapnya.
Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.
Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk.
Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.


Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.
Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.
Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).


Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris.
Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, “Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun ke belakang,” katanya.Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Di samping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.

Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.
Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik . Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.
Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus mempraktikkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!
Anda terperanjat?

Itulah kenyataannya, dan bagaimana dengan di negeri kita? Apa syarat kelulusan? Banyak yang hanya dengan syarat mencapai nilai 60 saja, bahkan ada beberapa yang hanya cukup dengan nilai 55 saja, dan malah banyak yang di katrol. Praktek Kerja Lapangan hanya sekedarnya, tidak benar-benar memikirkan sebuah proyek yang berguna bagi umat. Setidaknya, ini yang harus kita cermati dan perbaiki.
Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin

Sumber : http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=en&id=14583&type=9#.VJpuCSugA

Kamis, 30 Juli 2015

Ulama adalah Pewaris Para Nabi

 
KH. Zainuri Syafi'i

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu), 

Para ulama semakin langka, dan semakin banyaknya orang bodoh yang berambisi untuk menjadi ulama. Simak risalah ini selanjutnya.

Di samping sebagai perantara antara diri-Nya dengan hamba-hamba-Nya, dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjadikan para ulama sebagai pewaris perbendaharaan ilmu agama. Sehingga, ilmu syariat terus terpelihara kemurniannya sebagaimana awalnya. Oleh karena itu, kematian salah seorang dari mereka mengakibatkan terbukanya fitnah besar bagi muslimin.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan hal ini dalam sabdanya yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, katanya: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: Asy-Sya’bi berkata:
Tidak akan terjadi hari kiamat sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua termasuk dari terbaliknya gambaran kebenaran (kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua urusan.” 

Di dalam Shahih Al-Hakim diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr secara marfu’ (riwayatnya sampai kepada Rasulullah):
Sesungguhnya termasuk tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah direndahkannya para ulama dan diangkatnya orang jahat.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 60)

Meninggalnya seorang yang alim akan menimbulkan bahaya bagi umat. Keadaan ini menunjukkan keberadaan ulama di tengah kaum muslimin akan mendatangkan rahmat dan barakah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengistilahkan mereka dalam sebuah sabdanya:

مَفاَتِيْحُ لِلِخَيْرِ وَمَغاَلِيْقُ لِلشَّرِّ
Sebagai kunci-kunci untuk membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk kejahatan.”

Kita telah mengetahui bagaimana kedudukan mereka dalam kehidupan kaum muslimin dan dalam perjalanan kaum muslimin menuju Rabb mereka. Semua ini disebabkan mereka sebagai satu-satunya pewaris para nabi sedangkan para nabi tidak mewariskan sesuatu melainkan ilmu.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan:
Ilmu merupakan warisan para nabi dan para nabi tidak mewariskan dirham dan tidak pula dinar, akan tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu. Barangsiapa yang mengambil warisan ilmu tersebut, sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak dari warisan para nabi tersebut. Dan engkau sekarang berada pada kurun (abad, red) ke-15, jika engkau termasuk dari ahli ilmu engkau telah mewarisi dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ini termasuk dari keutamaan-keutamaan yang paling besar.” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 16)

Dari sini kita ketahui bahwa para ulama itu adalah orang-orang pilihan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ثُمَّ أَوْرَثْناَ الْكِتاَبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْناَ مِنْ عِباَدِناَ
Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba kami.” (Fathir: 32)

Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan: Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
 Kemudian Kami menjadikan orang-orang yang menegakkan (mengamalkan) Al-Kitab (Al-Quran) yang agung sebagai pembenar terhadap kitab-kitab yang terdahulu yaitu orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, mereka adalah dari umat ini.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/577)

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan:
Ayat ini sebagai syahid (penguat) terhadap hadits yang berbunyi Al-’Ulama waratsatil anbiya (ulama adalah pewaris para nabi).” (Fathul Bari, 1/83)

Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan: Maknanya adalah: “Kami telah mewariskan kepada orang-orang yang telah Kami pilih dari hamba-hamba Kami yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an). Dan Kami telah tentukan dengan cara mewariskan kitab ini kepada para ulama dari umat engkau wahai Muhammad yang telah Kami turunkan kepadamu… dan tidak ada keraguan bahwa ulama umat ini adalah para shahabat dan orang-orang setelah mereka. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan mereka atas seluruh hamba dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka sebagai umat di tengah-tengah agar mereka menjadi saksi atas sekalian manusia, mereka mendapat kemuliaan demikian karena mereka umat nabi yang terbaik dan sayyid bani Adam.” (Fathul Qadir, hal. 1418)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Hadits ini diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), Ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimahnya dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan: “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 182, dan Shahih At-Targhib, 1/33/68)

Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhali mengatakan:Kebijaksanaan Allah atas makhluk-Nya dan kekuasaan-Nya yang mutlak atas mereka. Maka barang siapa yang mendapat hidayah maka itu wujud fadhilah (keutamaan) dari Allah dan bentuk rahmat-Nya. Barangsiapa yang menjadi tersesat, maka itu dengan keadilan Allah dan hikmah-Nya atas orang tersebut. Sungguh para pengikut nabi dan rasul menyeru pula sebagaimana seruan mereka. Mereka itulah para ulama dan orang-orang yang beramal shalih pada setiap zaman dan tempat, sebab mereka adalah pewaris ilmu para nabi dan orang-orang yang berpegang dengan sunnah-sunnah mereka. Sungguh Allah telah menegakkan hujjah melalui mereka atas setiap umat dan suatu kaum dan Allah merahmati dengan mereka suatu kaum dan umat. Mereka pantas mendapatkan pujian yang baik dari generasi yang datang sesudah mereka dan ucapan-ucapan yang penuh dengan kejujuran dan doa-doa yang barakah atas perjuangan dan pengorbanan mereka. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya atas mereka dan semoga mereka mendapatkan balasan yang lebih dan derajat yang tinggi.” (Al-Manhaj Al-Qawim fi At-Taassi bi Ar-Rasul Al-Karim hal. 15)

Asy-Syaikh Shalih Fauzan mengatakan: “Kita wajib memuliakan ulama muslimin karena mereka adalah pewaris para nabi, maka meremehkan mereka termasuk meremehkan kedudukan dan warisan yang mereka ambil dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta meremehkan ilmu yang mereka bawa. Barangsiapa terjatuh dalam perbuatan ini tentu mereka akan lebih meremehkan kaum muslimin. Ulama adalah orang yang wajib kita hormati karena kedudukan mereka di tengah-tengah umat dan tugas yang mereka emban untuk kemaslahatan Islam dan muslimin. Kalau mereka tidak mempercayai ulama, lalu kepada siapa mereka percaya. Kalau kepercayaan telah menghilang dari ulama, lalu kepada siapa kaum muslimin mengembalikan semua problem hidup mereka dan untuk menjelaskan hukum-hukum syariat, maka di saat itulah akan terjadi kebimbangan dan terjadinya huru-hara.” (Al-Ajwibah Al-Mufidah, hal. 140)

Ulama Pelita dalam Kegelapan
Waktu senantiasa mengikuti perjalanan umat manusia. Termasuk di dalamnya adalah umat Islam, yang kini telah sampai pada perjalanan yang demikian panjang. Hari demi hari, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun, jarak antara mereka dengan zaman risalah semakin jauh. Jarak antara mereka dengan zaman keemasan umat ini telah demikian panjang, sehingga kualitas mereka dengan kualitas umat yang hidup di masa keemasan itu pun demikian jauh berbeda. Sungguh, melihat keadaan umat ini sekarang, benar-benar membuat hati pilu dan dada sesak.
Kebodohan demikian merajalela, para ulama Rabbani semakin langka, dan semakin banyaknya orang bodoh yang berambisi untuk menjadi ulama. Keadaan ini merupakan peluang besar bagi pelaku kesesatan untuk menjerumuskan umat ke dalam kebinasaan.

Dulu, di saat ilmu agama menguasai peradaban manusia dan ulama terbaik umat memandu perjalanan hidup mereka, para pelaku kesesatan dan kebatilan seolah-olah tersembunyi di balik batu yang berada di puncak gunung dalam suasana malam yang gelap gulita. Namun ketika para penjahat agama tersebut melihat peluang, mereka pun dengan sigap memanfaatkan peluang tersebut, turun dari tempat “pertapaan” mereka dan menampilkan diri seakan-akan mereka adalah para “penasihat yang terpercaya.”

Sekarang adalah waktu yang tepat bagi mereka untuk mengobrak-abrik kekuatan dan keyakinan kaum muslimin. Mereka menggelar permainan cantik, saling mengoper kesesatan mereka. Kaum muslimin yang mayoritas kini berada dalam keterlenaan, menjadi mangsa yang empuk buat mereka. Satu demi satu sampai akhirnya menjadi banyak, gugur dalam amukan kesesatan tersebut. Para guru dengan merasa aman menggandeng tangan murid-muridnya menuju kegagalan hidup. Sementara orang tua dengan bangga melihat anaknya berjalan di tepi jurang menuju kehancuran dan kebinasaan.

Di masa-masa sekarang ini, gambaran kebenaran menjadi kejahatan yang harus dilabrak dan dihanguskan, sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi bid’ah yang harus di kubur dan dimumikan. Tauhid menjadi lambang kesyirikan yang harus ditumbangkan dengan segala cara. Situasi dan kondisi kini telah berubah. Para pengikut kebenaran menjadi asing di tengah-tengah kaum muslimin. Kebatilan menjadi Al-Haq dan Al-Haq menjadi batil, berikut terasingnya orang yang bertauhid dan mengikuti sunnah. Di sinilah letak ‘kehebatan’ para penyesat dalam mengubah kebenaran hakekat agama, sehingga kaum muslimin menjalankan agama ini bagaikan robot yang berjalan membawa anggota badannya.
Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya dan tidak akan membiarkan para pelaku dan penyebar kesesatan itu merusak agama dan menyesatkan mereka secara menyeluruh. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berjanji di dalam Kitab-Nya dan di dalam Sunnah Rasul-Nya untuk menjaga agama-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْناَ الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لحَاَفِظُوْنَ
Sesungguhnya Kami yang telah menurunkan Ad-Dzikri (Al-Qur’an) dan Kami pula yang menjagannya.” (Al-Hijr: 9)

يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِئُوا نُوْرَ اللهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللهُ مُتِمُّ نُوْرِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
Mereka berkeinginan memadamkan cahaya (Agama) Allah dan Allah tetap akan menyempurnakannya walaupun orang-orang kafir itu benci.” (Ash-Shaff: 8)

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ
Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk Allah menangkan atas seluruh agama.” (Ash-Shaff: 9)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kepada Khabbab bin Art radhiallahu ‘anhu: 

وَاللهِ لَيُتِمَّنَّ اللهُ هَذَا اْلأَمْرَ حَتَّى يَسِيْرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعاَءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ لاَ يَخاَفُ إِلاَّ اللهَ وَالذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُوْنَ
Demi Allah, Allah akan benar-benar menyempurnakan urusan-Nya (agama) sehingga orang yang berkendaraan dari Shan’a1 menuju Hadhramaut (Yaman) tidak takut melainkan hanya kepada Allah atau kepada serigala yang akan menerkam kambingnya, akan tetapi kalian tergesa-gesa.” (HR. Al-Bukhari)

Bentuk pemeliharaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap agama-Nya
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Segala puji bagi Allah, tidaklah seseorang melakukan kebid’ahan melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan pemberian nikmat-Nya membangkitkan orang yang akan membongkar kebid’ahan tersebut dan akan melumatkan dengan kebenaran. Dan ini merupakan perwujudan dari firman-Nya: “Sesungguhnya Kami yang telah menurunkan Adz-Dzikr dan Kami pula yang akan menjaganya.” Inilah bentuk pemeliharaan Allah terhadapnya.” (Syarh Al-’Aqidah Al-Wasithiyyah, hal. 25)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ فِيْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهاَ دِيْنَهاَ
Sesungguhnya Allah akan membangkitkan di setiap awal seratus tahun orang yang akan memperbaharui agama umat ini.” (HR. Abu Dawud dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1874)

Dari sini diketahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga kemurniaan agama-Nya dari rongrongan para perusak agama dengan mengangkat ulama pada tiap generasi yang akan menjadi pembimbing umat ini.
Abu Muslim Al-Khaulani rahimahullah mengatakan: Ulama di muka bumi ini bagaikan bintang-bintang di langit. Apabila muncul, manusia akan diterangi jalannya dan bila gelap manusia akan mengalami kebingungan.” (Tadzkiratus Sami’, hal 34)

Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan: Telah sampai kepada kami bahwa Abu Dawud adalah termasuk ulama dari ulama-ulama yang mengamalkan ilmunya sehingga sebagian imam mengatakan bahwa Abu Dawud serupa dengan Ahmad bin Hanbal dalam hal bimbingan dan kewibawaan. Dalam hal ini Ahmad menyerupai Waki’, dalam hal ini pula Waki’ menyerupai Sufyan dan Sufyan menyerupai Manshur dan Manshur menyerupai Ibrahim, Ibrahim serupa dengan ‘Alqamah dan ‘Alqamah dengan Abdullah bin Mas’ud. ‘Alqamah berkata: “Ibnu Mas’ud menyerupai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bimbingan dan arahannya.” (Tadzkiratul Huffadz, 2/592, lihat Wujub Irtibath bil ‘Ulama karya Hasan bin Qashim Ar-Rimi)

Dalam setiap generasi dan jaman, Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih sejumlah orang yang dikehendaki-Nya sebagai pelita dan lentera kegelapan dan perahu dalam mangarungi lautan yang diliputi guncangan ombak dahsyat sebagai tali penghubung antara diri-Nya dengan para hamba-Nya. Sebagai penunjuk jalan dan pemandu dalam perjalanan setiap insan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka adalah ulama.

Kedudukan Ulama
Permbahasan ulama, kedudukan mereka dalam agama berikut di hadapan umat, merupakan permasalahan yang menjadi bagian dari agama. Mereka adalah orang-orang yang menjadi penyambung umat dengan Rabbnya, agama dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah sederetan orang yang akan menuntun umat kepada cinta dan ridha Allah, menuju jalan yang dirahmati yaitu jalan yang lurus. Oleh karena itu ketika seseorang melepaskan diri dari mereka berarti dia telah melepaskan dan memutuskan tali yang kokoh dengan Rabbnya, agama dan Rasul-Nya. Ini semua merupakan malapetaka yang dahsyat yang akan menimpa individu ataupun sekelompok orang Islam. Berarti siapapun atau kelompok mapapun yang mengesampingkan ulama pasti akan tersesat jalannya dan akan binasa.

Al-Imam Al-Ajurri rahimahullah dalam muqaddimah kitab Akhlaq Al-Ulama mengatakan: Amma ba’du, sesungguhnya Allah dengan nama-nama-Nya yang Maha Suci telah mengkhususkan beberapa orang dari makhluk yang dicintai-Nya lalu menunjuki mereka kepada keimanan. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memilih dari seluruh orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang dicintai-Nya dan setelah itu memberikan keutamaan atas mereka dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah, mengajarkan kepada mereka ilmu agama dan tafsir Al-Qur’an yang jelas. Allah Subhanahu wa Ta’ala utamakan mereka di atas seluruh orang-orang yang beriman pada setiap jaman dan tempat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengangkat mereka dengan ilmu, menghiasi mereka dengan sikap kelemahlembutan. Dengan keberadaan mereka, diketahui yang halal dan haram, yang hak dan yang batil, yang mendatangkan mudharat dari yang mendatangkan manfaat, yang baik dan yang jelek. Keutamaan mereka besar, kedudukan mereka mulia. Mereka adalah pewaris para nabi dan pemimpin para wali. Semua ikan yang ada di lautan memintakan ampun buat mereka, malaikat dengan sayap-sayapnya menaungi mereka dan tunduk. Para ulama pada hari kiamat akan memberikan syafa’at setelah para Nabi, majelis-majelis mereka penuh dengan ilmu dan dengan amal-amal mereka menegur orang-orang yang lalai.
Mereka lebih utama dari ahli ibadah dan lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang zuhud. Hidup mereka merupakan harta ghanimah bagi umat dan mati mereka merupakan musibah. Mereka mengingatkan orang-orang yang lalai, mengajarkan orang-orang yang jahil. Tidak pernah terlintas bahwa mereka akan melakukan kerusakan dan tidak ada kekhawatiran mereka akan membawa menuju kebinasaan. Dengan kebagusan adab mereka, orang-orang yang bermaksiat terdorong untuk menjadi orang yang taat. Dan dengan nasihat mereka, para pelaku dosa bertaubat.
Seluruh makhluk butuh kepada ilmu mereka. Orang yang menyelisihi ucapan mereka adalah penentang, ketaatan kepada mereka atas seluruh makhluk adalah wajib dan bermaksiat kepada mereka adalah haram. Barangsiapa yang mentaati mereka akan mendapatkan petunjuk, dan barang siapa yang memaksiati mereka akan sesat. Dalam perkara-perkara yang rancu, ucapan para ulama merupakan landasan mereka berbuat. Dan kepada pendapat mereka akan dikembalikan segala bentuk perkara yang menimpa pemimpin-pemimpin kaum muslimin terhadap sebuah hukum yang tidak mereka ketahui. Maka dengan ucapan ulama pula mereka berbuat dan kepada pendapat ulama mereka kembali.
Segala perkara yang menimpa para hakim umat Islam maka dengan hukum para ulama-lah mereka berhukum, dan kepada ulama-lah merekalah kembali. Para ulama adalah lentera hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, lambang2 sebuah negara, lambang kekokohan umat, sumber ilmu dan hikmah, serta mereka adalah musuh syaithan. Dengan ulama akan menjadikan hidupnya hati para ahli haq dan matinya hati para penyeleweng. Keberadaan mereka di muka bumi bagaikan bintang-bintang di langit yang akan bisa menerangi dan dipakai untuk menunjuki jalan dalam kegelapan di daratan dan di lautan. Ketika bintang-bintang itu redup (tidak muncul), mereka (umat) kebingungan. Dan bila muncul, mereka (bisa) melihat jalan dalam kegelapan.”

Dari ucapan Al-Imam Al-Ajurri di atas jelas bagaimana kedudukan ulama dalam agama dan butuhnya umat kepada mereka serta betapa besar bahayanya meninggalkan mereka.

Dalil-dalil tentang keutamaan ilmu dan ulama

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاَتٍ
Allah mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberikan ilmu ke beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11)

Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu berkata: “(Kedudukan) ulama berada di atas orang-orang yang beriman sampai 100 derajat, jarak antara satu derajat dengan yang lain seratus tahun.” (Tadzkiratus Sami’, hal. 27)

2. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُولُوا الْعِلْمِ قَائِماً بِالْقِصْطِ
Allah telah mempersaksikan bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan Dia dan para malaikat dan orang yang berilmu (ikut mempersaksikan) dengan penuh keadilan.” (Ali ‘Imran: 18)

Al-Imam Badruddin rahimahullah berkata: Allah memulai dengan dirinya (dalam persaksian), lalu malaikat-malaikat-Nya, lalu orang-orang yang berilmu. Cukuplah hal ini sebagai bentuk kemuliaan, keutamaan, keagungan dan kebaikan (buat mereka).” (Tadzkiratus Sami’, hal 27)

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah dalam Tafsir-nya mengatakan: Di dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang keutamaan ilmu dan ulama karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut mereka secara khusus dari manusia lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandengkan persaksian mereka dengan persaksian diri-Nya dan malaikat-malaikat-Nya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan persaksian mereka (ulama) sebagai bukti besar tentang ketauhidan Allah Subhanahu wa Ta’ala, agama, dan balasan-Nya. Dan wajib atas setiap makhluk menerima persaksian yang penuh keadilan dan kejujuran ini. Dan dalam kandungan ayat ini pula terdapat pujian kepada mereka (ulama) bahwa makhluk harus mengikuti mereka dan mereka (para ulama) adalah imam-imam yang harus diikuti. Semua ini menunjukkan keutamaan, kemuliaan dan ketinggian derajat mereka, sebuah derajat yang tidak bisa diukur.” (Tafsir As-Sa’di, hal 103).

Al-Qurthubi rahimahullah dalam Tafsir-nya mengatakan: “Di dalam ayat ini ada dalil tentang keutamaan ilmu dan kemuliaan ulama. Maka jika ada yang lebih mulia dari mereka, niscaya Allah akan menggandengkan nama mereka dengan nama–Nya dan nama malaikat-malaikat-Nya sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandengkan nama ulama.” (Tafsir Al-Qurthubi, 2/27)

3. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ
Katakan (wahai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.” (Az-Zumar: 9)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Allah Subhanahu wa Ta’ala menafikan unsur kesamaan antara ulama dengan selain mereka sebagaimana Allah menafikan unsur kesamaan antara penduduk surga dan penduduk neraka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Katakan, tidaklah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.” (Az-Zumar: 9), sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Tidak akan sama antara penduduk neraka dan penduduk surga.” (Al-Hasyr: 20). Ini menunjukkan tingginya keutamaan ulama dan kemuliaan mereka.” (Miftah Dar As-Sa’adah, 1/221)

4. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
Maka bertanyalah kalian kepada ahli dzikir (ahlinya/ ilmu) jika kalian tidak mengetahui.” (An-Naml: 43)

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah dalam Tafsir-nya mengatakan: “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada siapa saja yang tidak mengetahui untuk kembali kepada mereka (ulama) dalam segala hal. Dan dalam kandungan ayat ini, terdapat pujian terhadap ulama dan rekomendasi untuk mereka dari sisi di mana Allah memerintahkan untuk bertanya kepada mereka.” (Tafsir As-Sa’di, hal. 394)

5. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا يَعْقِلُهَا إِلاَّ الْعَالِمُوْنَ
Dan tidak ada yang mengetahuinya (perumpamaan-perumpamaan yang dibuat oleh Allah) melainkan orang-orang yang berilmu.” (Al-’Ankabut: 43)

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah dalam Tafsir-nya mengatakan: Melainkan orang-orang yang berilmu secara benar di mana ilmunya sampai ke lubuk hatinya.” (Tafsir As-Sa’di, hal 581)

6. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمآءُ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Fathir: 28)

Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengatakan: Sesungguhnya aku mengira bahwa terlupakannya ilmu karena dosa, kesalahan yang dilakukan. Dan orang alim itu adalah orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Ta’liq kitab Tadzkiratus Sami’, hal. 28)

Abdurrazaq mengatakan: Aku tidak melihat seseorang yang lebih bagus shalatnya dari Ibnu Juraij. Dan ketika melihatnya, aku mengetahui bahwa dia takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Ta’liq kitab Tadzkiratus Sami’, hal 28)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan bahwa mereka (para ulama) adalah orang-orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkhususkan mereka dari mayoritas orang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah ulama, sesungguhnya Allah Maha Mulia lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 28). Ayat ini merupakan pembatasan bahwa orang yang takut kepada Allah adalah ulama.” (Miftah Dar As-Sa’adah 1/225)

7. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا رَضِيَ اللهً عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Ganjaran mereka di sisi Allah adalah jannah Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan mereka kekal di dalamnya. Allah meridhai mereka dan mereka ridha kepada Allah, demikian itu adalah bagi orang yang takut kepada Rabbnya.” (Al-Bayyinah: 8)

Badruddin Al-Kinani rahimahullah berkata:Kedua ayat ini (Fathir ayat 28 dan Al-Bayyinah ayat 8) mengandung makna bahwa ulama adalah orang-orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan orang-orang yang takut kepada Allah adalah sebaik-baik manusia. Dari sini disimpulkan bahwa ulama adalah sebaik-baik manusia.” (Tadzkiratus Sami’ hal. 29)
 Ucapan yang serupa dan semakna dibawakan oleh Ibnul Qayyim t dalam kitabnya Miftah Dar As-Sa’adah, jilid 1 hal. 225.

8. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan, maka Allah akan mengajarkannya ilmu agama.” 

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: Hadits ini menunjukkan, barangsiapa yang tidak dijadikan Allah faqih dalam agama-Nya, menunjukkan bahwa Allah tidak mengijinkan kepadanya kebaikan.” (Miftah Dar As-Sa’adah, 1/246)

9. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu)

Badruddin Al-Kinani rahimahullah mengatakan: “Cukup derajat ini menunjukkan satu kebanggaan dan kemuliaan. Dan martabat ini adalah martabat yang tinggi dan agung. Sebagaimana tidak ada kedudukan yang tinggi daripada kedudukan nubuwwah, begitu juga tidak ada kemuliaan di atas kemuliaan pewaris para nabi.” (Tadzkiratus Sami’ hal. 29) 

Dan masih banyak dalil-dalil yang menjelaskan tentang kedudukan mereka dalam agama dan peran mereka dalam kehidupan umat.
Wallahu a’lam.

1 Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Shan’a di Syam, dan sebagian yang lain mengatakan Shan’a di Yaman. Adapun Ibnu Hajar menguatkan pendapat yang kedua, yaitu yang dimaksud adalah Shan’a di Yaman.

Sumber : http://asysyariah.com
                 Redaksi ISBAD 

Rabu, 29 Juli 2015

Pemberitaan FPI yang Tidak Diekspos Media

 fpi

Supaya kita tidak termasuk orang yang "Semut di Seberang Lautan Kelihatan, Gajah di Pelupuk Mata Dilupakan".
Yuk kita simak :

FPI jadi kelompok paling banyak no.1 mengangkat mayat 100.000 mayat di Aceh saat tsunami.
FPI turun bantu gempa Jogja.
FPI turun lawan RMS. Di saat polisi kabur, FPI perang lawan RMS yang mau merdekain dari Indonesia,
FPI yang menangin, undang-undang yang melarang miras, yang ketika itu miras mau dibolehkan.
FPI yang menangin undang-undang penghinaan agama, sehingga orang ga maen hina agama.
FPI dengan Mendagri turun dalam pembangunan rumah-rumah bagi warga miskin.
FPI turun langsung bantu bencana banjir di Jakarta.
FPI sampe sekarang masih buka posko di Sinabung, ketika yang lain lupa dengan Sinabung, FPI masih tetap ada.

Kalau kita mengaku iman kepada Allah SWT dan RasulNya pasti miris membaca hadits berikut:
Berkata Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Jika timbul maksiat pada ummatku, maka Allah akan menyebarkan azab-siksa kepada mereka.”
Aku berkata : “Wahai Rasulullah, apakah pada waktu itu tidak ada orang-orang shalih?”
Beliau menjawab : “Ada!”
Aku berkata lagi : “Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka?”
Beliau menjawab : “Allah akan menimpakan kepada mereka azab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat maksiat, kemudian mereka akan mendapatkan keampunan dan keredhaan dari dari Rabbnya.” (HR. Imam Ahmad).

Kalaupun FPI ada kekurangan sana-sini, perlunya pembenahan tapi bukan dibubarkan.
Perlunya kita mendengar dengan 2 telinga, jangan sampai mendengar dengan satu telinga sementara telinga sebelahnya ditutup.
Perlunya kita melihat dengan 2 mata, jangan sampai melihat dengan sebelah mata (menyepelekan, melecehkan).

Sumber : www.islampos.com
Oleh     : Ahmad Suwarno

Selasa, 28 Juli 2015

Rasulullah Hadapi Pertanyaan di Akhir Zaman

Akhir Zaman (2)


Pada akhir zaman setiap manusia akan menghadapi suatu tahapan yang cukup memberatkan dalam hidupnya. Ia akan menghadapi pertanyaan dari Allah SWT mengenai kehidupannya di dunia. Lalu, apakah rasul-rasul Allah juga menghadapi pertanyaan?

Ya, para rasul Allah akan ditanya dan diminati pertanggung jawaban mereka kelak di akhirat tentang tugas risalah dan amanah Allah yang harus disampaikan kepada umat. Sebenarnya pertanggung jawaban para rasul itu lebih berat.
Allah SWT berfirman, “Ingatlah, hari ketika Allah mengumpulkan para rasul, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Apa jawaban mereka terhadap seruanmu?’ Para Rasul menjawab, ‘Tidak ada pengetahuan kami tentang itu, sesungguhnya Eangkaulah yang mengetahui perkara yang ghaib’,” (QS. Al-Maidah: 109).

Allah SWT juga berfirman, “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu),” (QS. An-Nisa: 41).

Ketika ayat itu turun, Rasulullah SAW menangis.
Allah berfirman, “Berkatalah Rasul, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini suatu yang tidak diacuhkan,” (QS. Al-Furqan: 30).

Allah SWT juga berfirman, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu berarti) kamu tidak menyampaikan amanahnya…” (QS. Al-Maidah: 67).

Apabila seorang Rasul mengurangi, walau sedikit pun amanah Allah, berarti dia tidak menyampaikan keseluruhan amanah itu.

Sumber : 
Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli as-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani
www.islampos.com
Redaksi ISBAD

Siapa saja Orang yang Terbebas dari Pertanyaan Kubur?

 tangan kuburan



Setelah manusia meninggal nanti, ia mengalami kehidupan di alam kubur. Di dalam kubur itu, ia menunggu dibangkitkan sampai datangnya hari kiamat. Dan di alam kubur nanti ia akan ditanya oleh malaikat Munkar dan Nakir. Namun ternyata, ada beberapa golongan orang yang terbebas dari pertanyaan di dalam kubur. Berikut ini uraiannya.

1. Orang yang mati syahid
Dari Rasyid bin Sa’ad, dari beberapa sahabat nabi, disebutkan bahwa ada seseorang yang bertanya pada Nabi Muhammad SAW.
“Wahai Rasulullah SAW, mengapa orang-orang beriman akan diuji dalam kubur, kecuali para syuhada?” Beliau menjawab, “Kilatan pedang yang berkelabat di atas kepala mereka sudah cukup menjadi ujian bagi mereka.”

2. Ribath (berjaga di tapal batas wilayah muslim untuk mencegah serangan musuh) di jalan Allah
Salman mengatakan, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Ribath sehari semalam lebih baik dari puasa dan shalat malam sebualan. Kalau seseorang mati dalam kondisi seperti ini, amalnya akan mengalir dan dicurahkan rizki atasnya serta dijamin bebas dari ujian (kubur).”

3. Meninggal dikarenakan sakit perut
Abu Ishaq As-Syu’aiby berkata, Sulaiman bin Shord berkata kepada Khalid bin Urfathah atau sebaliknya, Khalid berkata kepada Sulaiman,
“Apakah kamu mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa meninggal karena sakit perut, tidak akan diazab dalam kuburnya’.” Salah seorang dari mereka menjawab, ‘Ya’.”

4. Bacaan surat Al-Mulk
Rasulullah SAW bersabda, “Surat tabarak akan mencegah azab kubur.”

5. Meninggal pada hari Jum’at
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seorang Muslim yang meninggal pada hari Jum’at atau malam jumat kecuali Allah pasti akan menjaganya dari fitnah kubur.”

Sumber : Misteri Malam Pertama di Alam Kubur/Jubair Tablig Syahid/Cable Book/Juni 2012.
Redaksi ISBAD



Senin, 27 Juli 2015

10 Hewan Ini Masuk Surga

Foto hanya ilustrasi
Foto hanya ilustrasi


Tahukah anda, ternyata ada hewan-hewan yang dipercaya akan masuk surga bersama dengan para mu’min. Menurut Imam Maqooil yang dikutip dalam kitab Fafiruu Ilallah dijelaskan bahwa ada sepuluh hewan yang dipercaya akan masuk surga. Mau tau? Inilah mereka.

1.IKAN PAUS Nabi Yunus AS
Ikan ini adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS ketika melarikan diri dari kaumnya. Kisah ini diceritakan Al Qur’an salah satunya dalam surat Ash Shaaffaat ayat 139-148.
“(139). Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (140). (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan, (141). kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. (142). Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. (143). Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, (144). niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (145). Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. (146). Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. (147). Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. (148). Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.”

2.KELEDAI Nabi Uzair AS
Nabi Uzair AS adalah nabi yang diutus kepada bani Israil (bangsa Yahudi). Jika Orang Nashrani menganggap bahwa Nabi Isa AS adalah anak Tuhan, Maka orang Yahudi menganggap bahwa Nabi Uzair AS ini adalah anak Tuhan. Sungguh persepsi yang keliru, karena mereka berdua hanyalah seorang Rasul utusan Allah. Kisah Nabi Uzair diceritakan Al Qur’an dalam surat Al Baqoroh ayat 259.
(259). Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Menurut sebagian riwayat, orang yang dikisahkan tersebut adalah Nabi Uzair AS.

3.SEMUT Nabi Sulaiman AS
Nabi Sulaiman AS dianugerahi Allah dengan kemampuannya memahami bahasa binatang, salah satunya adalah semut. Kisah tentang semut ini bisa kita temukan dalam Surat An Naml ayat 17-19.
(17). Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). (18). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”; (19). maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

4.BURUNG HUD-HUD (PELATUK) Ratu Balqis
Selain semut, Nabi Sulaiman As pun mampu berbicara dengan burung hud-hud, sejenis burung pelatuk. Melalui burung ini, Nabi Sulaiman mengetahui keadaan Ratu Balqis, seorang ratu yang memerintah negeri Saba’ yang beribukota di Ma’rib yang letaknya dekat kota San’a ibukota Yaman sekarang. Burung hud-hud ini dijadikan kurir oleh Nabi Sulaiman untuk mengantarkan surat kepada Ratu Bilqis dan mengajaknya untuk beriman kepada Allah. Kisah ini dapat kita temukan di Al Qur’an Surat An Naml ayat 20-31.
(20). Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. (21). Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang.” (22). Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. (23). Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. (24). Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, (25). agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. (26). Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ‘Arsy yang besar.” (27). Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (28). Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan” (29). Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. (30). Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi) nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (31). Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”

5.ANJING Ashahbul Kahfi
KISAH Ashhabul Kahfi mengingatkan kita pada sosok-sosok pemuda tangguh yang menjaga keimanan mereka dari raja kafir. Maka demi menyelamatkan iman, mereka pun rela untuk mengasingkan diri dan bersembunyi di sebuah gua. Jumlah mereka tidak diketahui pasti. Tetapi ada yang bilang jumlahnya 7 orang ditambah dengan seekor anjing yang setia. Karena kelelahan, mereka pun tertidur di gua. Dikiranya hanya tidak sesaat, nyatanya mereka telah tertidur selama 300 tahun (309 tahun hijriyah). Subhanallah. Kisah mereka dapat ditemukan di surat Kahfi ayat 9-22.
(18). Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka. (19). Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?).” Mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. (20). Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama lamanya.” (21). Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: “Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka.” Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya.” (22). Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: “(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya”, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: “(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya.” Katakanlah: “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.

6.KAMBING/DOMBA Nabi Ismail AS
Kambing ini pernah dijadikan ujian Allah kepada Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan untuk membunuh putra yang sangat dicintainya, Nabi Ismail AS. Allah Swt hendak menguji kesabaran Nabi Ibrahim AS. Kisah dramatis ini tercantum dengan jelas dalam Surat Ash Shaaffaat ayat 102-107.
“(102). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (103). Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). (104). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, (105). sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (106). Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (107). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. maka Allah Swt melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari Raya Haji.

7.SAPI Nabi Musa AS
Pada saat itu, ada seorang bani Israil yang meninggal dunia. Mereka ingin mengetahui siapakah pembunuh orang ini. Maka bani israil itu datang kepada Nabi Musa AS untuk meminta petunjuk. Allah pun menyuruh mereka untuk menyembelih seekor sapi betinayan kemudian dipukulkan pada mayat. Lalu hiduplah orang mati itu dalam sekejap mengabarkan siapakah pembunuh sebenarnya. Kisah ini diceritakan Al Qur’an dalam Surat Al Baqoroh ayat 68-73.
“(67). Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.” Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?”[62] Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.” (68). Mereka menjawab: ” Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu.” Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.” (69). Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya.” Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.” (70). Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).” (71). Musa berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.” Mereka berkata: “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.” Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. (72). Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. (73). Lalu Kami berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti.


8.UNTA Nabi Shaleh AS
Unta ini pernah dijadikan sebuah bukti akan kebenaran yang dibawa oleh Nabi Shaleh AS, sebagaimana diceritakan Al Qur’an dalam Surat Huud : 64-68.
“(64). Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat.” (65). Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh: “Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.” (66). Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-Lah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (67). Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya, (68). seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.”
 Inilah kisah unta yang akhirnya mengantarkan kaum Tsamud dihancurkan Allah seperti tidak pernah ada dimuka bumi ini.

9.SAPI Nabi Ibrahim AS.

10.UNTA Nabi Muhammad Saw
Unta ini yang digunakan oleh Rasulullah Saw ketika hijrah ke Madinah pertama kali bersama dengan sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq. Unta ini pun digunakan sebagai petunjuk dimanakah Rasulullah akhirnya tinggal di Madinah. Unta pun berhenti di sebuah rumah milik sahabat bernama Abu Ayub Al Anshari. Di sanalah Rasulullah menghabiskan hidupnya sampai akhir hayat. Makam Rasulullah Saw di Madinah yang diziarahi jutaan kaum muslim sedunia itulah rumah Nabi Saw.
Ada riwayat lain, bahwa hewan kesepuluh yang masuk surga adalah Buroq, kendaraan yang digunakan oleh Rasulullah Saw ketika melakukan perjalanan Isra Mi’raj bersama dengan Malaikat Jibril AS. Kisah hewan-hewan ini sendiri tidak diceritakan dalam Al Qur’an, tetapi dapat kita temukan di Shirah Nabawiyah, yang menceritakan perihidup Rasulullah Saw.

Sumber : pondokhati
               www.islampos.com
              Redaksi ISBAD

Runtuhnya Ka’bah di Akhir Zaman



Banyak riwayat yang menguatkan tentang akan runtuhnya Ka’bah di akhir zaman. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Ka’bah akan diruntuhkan oleh seorang yang berkaki bengkok berkebangsaan Habasyah.”

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Perbanyaklah melakukan thawaf di Baitullah semampu kalian sebelum kalian dihalangi untuk melakukannya, seolah-olah aku melihatnya sedang melakukan hal tersebut. Tanda-tandanya: berkepala dan bertelinga kecil, dia menghancurkan Ka’bah dengan beliungnya.”

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tandanya orang tersebut berkulit hitam, kakinya bengkok (seperti letter O), dia meruntuhkan batu dinding Ka’bah satu per satu.”

Diriwayatkan dari Sa’id bin Sam’an radhiallahu ‘anhu, bahwa dia mendengar Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bercerita kepada Abu Qatadah radhiallahu ‘anhu, bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Seorang laki-laki (Imam Mahdi) akan dibai’at di antara sudut (tempat Hajar Aswad) dan Maqam Ibrahim, dan Ka’bah tidak akan dirusak kehormatannya melainkan oleh orang Arab sendiri, dan bila mereka telah merusak kehormatan Ka’bah, maka itulah saatnya kehancuran bangsa Arab, kemudian datang orang-orang Habasyah meruntuhkan Ka’bah yang setelah itu tak pernah dibangun kembali selama-lamanya, dan merekalah yang menggali harta yang terpendam di dalamnya.”

Hadis di atas tidak bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Sebuah pasukan hendak menyerang Ka’bah, hingga ketika mereka berada di sebuah padang pasir, semua pasukan ditenggelamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala ke dalam bumi.”

Ibnu Hajar dalam bukunya “Fath al-Bari” dalam bab: runtuhnya Ka’bah, berkata: “Hadis-hadis di atas menjelaskan akan terjadinya penyerangan terhadap Ka’bah. Penyerang pertama dimusnahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebelum mereka sampai ke Ka’bah, dan penyerangan kedua dibiarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sepertinya penyerang yang dimusnahkan terjadi lebih awal.”

Dan jangan sampai timbul pertanyaan : Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menggagalkan penyerangan tentara bergajah terhadap Ka’bah padahal saat itu Ka’bah belum menjadi kiblatnya umat Islam, maka mana mungkin Allah Subhanahu wa Ta’ala membiarkan bangsa Habasyah menghancurkannya setelah Ka’bah menjadi kiblatnya umat Islam?
Pertanyaan ini tak akan muncul, andai dijelaskan bahwa peristiwa runtuhnya Ka’bah akan terjadi nanti di akhir zaman menjelang kiamat terjadi. Di waktu itu tidak ada seorang pun di permukaan bumi yang mengucapkan, “Allah! Allah”, seperti yang disebutkan dalam shahih Muslim :
Kiamat tidak akan terjadi hingga tidak ada lagi orang yang mengucapkan, “Allah! Allah.”

Sumber : Sejarah Kota Mekah oleh Syaikh Syaifurrahman Mubarakfury
               Redaksi ISBAD

Kelemahan Wanita yang Menjadi Kekuatannya

 kriteria wanita masuk surga



Seorang wanita memiliki kelemahan tersendiri. Terutama bagi wanita muslim yang terikat dengan beberapa aturan dalam agama. Dan itulah mengapa kaum feminis berkata susah menjadi wanita, karena melihat beberapa aturan ini:

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibanding lelaki.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.
4. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki.
5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya.
7. Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri.
8. Wanita kurang dalam beribadah karena adanya masalah haid dan nifas yang tak ada pada lelaki.

Itu sebabnya mereka tidak henti-hentinya berpromosi untuk “memerdekakan wanita.”

Tapi, lihatlah kebalikan dari kelemahan itu. Dibalik kelemahan tersebut wanita memiliki kekuatan yang teramat besar.

1. Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiarkan terserak bukan? Itulah bandingannya dengan seorang wanita.

2.Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya?

3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi tahukah harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya. Sementara apabila lelaki menerima warisan, ia perlu/ wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anak.

4. Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk Allah di muka bumi ini. Dan tahukah jika ia meninggal dunia karena melahirkan adalah syahid dan surga menantinya.

5. Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggung- jawabkan terhadap 4 wanita, yaitu: isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki, yaitu: suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.

6. Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu surga yang mana saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu: shalat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga kehormatannya.

7. Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya, serta menunaikan tanggung-jawabnya kepada Allah, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Masya Allah, demikian sayangnya Allah pada wanita. Namun, kelemahan yang paling nyata bagi seorang wanita itu adalah “wanita selalu lupa betapa berharga dirinya.”

Sumber : rika/islampos/annursitin

Minggu, 19 Juli 2015

SIAPA TERORIS ITU?




Ini yang selalu terjadi menjelang perayaan Natal. Pengamanan gereja diperketat. Tim gegana diterjunkan utuk memyusuri setiap sudut ruangan demi memastikan tidak ada bom di dalamnya. Dan saat perayaan Natal berlangsung, jumlah polisi pengamanan ditingkatkan. Bahkan, organisasi pemuda Islam pun siap siaga melakukan pengamanan.

Apa yang ditakutkan? Katanya, ini demi menjaga dari kemungkinan serangan teroris.

Siapa teroris yang dimaksud? Ya, tentu saja umat Islam yang dituduh teroris.
 
Tapi, tuduhan itu sama sekali tak terbukti. Tak ada serangan terhadap gereja. Tak ada pembakaran gereja. Tak ada larangan mereka berhari raya.
Bandingkan dengan apa yang terjadi di Papua. Gereja berkirim surat, melarang umat Islam berhari raya. Situasi ini jelas merupakan ancaman nyata. Tetapi, tidak ada pengawalan polisi, meski surat itu ditembuskan pada mereka. Tidak ada pula, tim gegana diterjunkan. Apalagi organisasi pemuda Islam membantu pengamanan? Sama sekali tidak ada.
Tapi, teror justru terjadi. Masjid dibakar saat umat Islam sedang sholat hari raya. Bukan hanya masjid, bahkan rumah dan ruko milik warga muslim juga dibakar.
Lalu, apa reaksi pemerintah?
Alih-alih memberi instruksi penangkapan pelaku teror, pemimpin negeri muslim terbesar ini justru menyalahlan speaker masjid sebagai biang pembakaran. Media mainstream juga idem. Bukannya mengutuk gereja sebagai pelakunya, mereka justru sibuk meminta umat Islam menahan diri, agar tidak melakukan aksi pembalasan.
Benar-benar sebuah ironi yang memilukan. Stempel teroris justru disematkan ke diri kaum muslimin, yang faktanya tidak melakukan tindakan teror. Dan mereka yang nyata-nyata melakukan aksi teror justru dilindungi, hanya karena pelakunya bukan muslim.
Sumber              : M. Ihsan Abdul Djalil
Posting Ulang  : rully@tempo.co.id

Kamis, 16 Juli 2015

Anjuran Takbir Berjamaah Untuk Menghidupkan Syiar Hari Raya



Gema Takbiran
 Takbir di Malam Hari Raya
Bertakbir di malam hari raya adalah merupakan sunnah Nabi Muhammad yang amat perlu untuk di lestarikan dalam menampakkan dan mengangkat syi’ar Islam.Para ulama dari masa kemasa sudah biasa mengajak ummat untuk melakukan takbir baik setelah sholat (takbir muqoyyad) atau di luar sholat (takbir mursal).
Lebih lagi takbir dengan mengangkat suara secara kompak yang bisa menjadikan suara semakin bergema dan berwibawa adalah yang biasa dilakukan ulama dan ummat dari masa kemasa.
Akan tetapi ada sekelompok kecil dari orang yang hidup di akhir zaman ini begitu berani mencaci dan membid’ahkan takbir bersama-sama. Dan sungguh pembid’ahan ini tidak pernah keluar dari mulut para salaf (ulama terdahulu).
Mari kita cermati riwayat-riwayat berikut ini yang menjadi sandaran para ulama dalam mengajak bertakbir secara kompak dan bersama-sama.
Berdasarkan Hadits dalam Shohih Imam Bukhori No 971 yang diriwayatkan oleh Ummi Athiyah, beliau berkata : 

كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ الْعِيدِ، حَتَّى نُخْرِجَ الْبِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا، حَتَّى نُخْرِجَ الْحُيّاَضَ، فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ، وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَطُهْرَتَهُ.(رواه البخاري
Artinya : “Kami diperintahkan untuk keluar pada hari raya sehingga para wanita-wanita yang masih gadispun diperintah keluar dari rumahnya, begitu juga wanita-wanita yang sedang haid dan mereka berjalan dibelakang para manusia (kaum pria) kemudian para wanita tersebut mengumandangkan takbir bersama takbirnya manusia (kaum pria)dan berdoa dengan doanya para manusia serta mereka semua mengharap keberkahan dan kesucian hari raya tersebut”. 

Di sebutkan dalam hadits tersebut فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْpara wanita tersebut mengumandangkan takbir bersama takbirnya manusia. Itu menunjukan takbir terjadi secara berjamaah atau bersamaan.
Bahkan dalam riwayat imam Muslim dengan kalimat”para wanita bertakbir bersama-sama orang-orang yang bertakbir” يُكَبِّرْنَ مَعَ النَّاس.

Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari sayyidina Umar bin Khottob dalam bab takbir saat di mina  

وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ الْمَسْجِدِ فَيُكَبِّرُونَ وَيُكَبِّرُ أَهْلُ الْأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا
Artinya : “Sahabat umar bertakbir di qubahnya yang berada di tanah mina lalu penduduk masjid mendengarnya dan kemudian mereka bertakbir begitu penduduk pasar bertakbir sehingga tanah mina bergema dengan suara takbir” . 

Ibnu Hajar Al Asqolani (pensyarah besar kitab shohih buhkori) mengomentari kalimat : حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًاdengan 

"أي يَضْطَرِّبُ وَتَتَحَرَّكُ, وَهِيَ مُبَالَغَةٌ فِي اجْتِمَاعِ رَفْعِ الصَّوْتِ."
Bergoncang dan bergerak, bergetar yaitu menunjukan kuatnya suara yang bersama-sama .
Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i ra dalam kitab Al’um 1/264 : 

أَحْبَبْتُ أَنْ يَكُبِّرَ النَّاسُ جَمَاعَةً وَفُرَادًى فِي المَسْجِدِ وَالْأَسْوَاقِ وَالْطُرُقِ وَالْمَنَازِلِ والْمُسَافِرِيْنَ والْمُقِيْمِيْنَ فِي كُلِّ حَالٍ وَأَيْنَ كَانُوْا وَأَنَ يَظْهَرُوْا الْتَكْبِيْرَ "
Artinya : “Aku senang(maksudnya adalah sunnah) orang-orang pada bertakbir secara bersama dan sendiri-sendiri, baik di masjid, pasar, rumah, saat bepergian atau rmukim dan setiap keadaan dan di manapun mereka berada agar mereka menampakkan(syi’ar) takbir”.

Tidak pernah ada dari ulama terdahulu yang mengatakan takbir secara berjamaah adalah bid’ah. Bahkan yang ada adalah justru sebaliknya anjuran dan contoh takbir bersama-sama dari ulama terdahulu .

Kesimpulan tentang takbir bersama-sama:
Pernah terjadi takbir barsama-sama pada zaman Rasulullah dan para sahabat
Anjuran dari Imam Syafi’i ra mewakili ulama salaf .
Tidak pernah ada larangan takbir bersam-sama dan juga tidak ada perintah takbir harus sendiri-sendiri.Yang ada adalah anjuran takbir dan dzikir secara mutlaq baik secara sendirian atau berjamaah.
Adanya pembid’ahan dan larangan takbir bersama-sama hanya terjadi pada orang-orang akhir zaman yang sangat bertentangan dengan salaf.
 
Menghidupkan malam hari raya dengan ibadah
Hukum menghidupkan malam hari raya dengan amal ibadah. Sudah disepakati oleh para ulama 4 madzhab bahwa disunnahkan untuk kita menghidupkan malam hari raya dengan memperbanyak ibadah. Imam nawawi dalam kitab majmu’ berkata sudah disepakati oleh ulama bahwa dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan ibadah dan pendapat seperti ini juga yang ada dalam semua kitab fiqh 4 madzhab. Artinya kita dianjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan sholat, berdzikir, dan membaca Al-Quran khususnya bertakbir. Karena malam hari raya adalah malam bergembira, banyak sekali hamba-hamba yang lalai pada saat itu maka sungguh sangat mulia yang bisa mengingat Allah di saat hamba-hamba pada lalai.


Sumber : http://sarkub.com
               Redaksi ISBAD