ilustrasi: help.com |
Para sahabat saat dijelaskan pengertian ghibah mirip pula dengan alasan yang diberikan sebagian orang sekarang ini mengenai ghibah. Ketika ada teman yang membicarakan orang lain kita menegurnya karena dengan ghibah. Iapun menjawab, “Lho, benar kok. Aku nggak bohong. Memang kenyataannya begitu.”
Masalahnya bukan benar atau tidak. Jikalau benar pun, andaikata yang bersangkutan tidak suka hal itu dibicarakan maka pembicaraan itu termasuk ghibah. Misalnya ada kawan yang telah bercerai dengan istrinya karena ada pihak ketiga yang merusak rumah tangga mereka. Informasi ini memang benar adanya. Orang pun membicarakannya. Kedua pasangan yang bersangkutan tentu akan malu dan tidak enak apabila mengetahui urusan rumah tangganya tersebut dibicarakan orang. Oleh karena itu, meskipun benar termasuk ghibah juga.
Jadi, argumen sebagian orang yang menyatakan bahwa kalau benar tidak ada apa-apa itu salah. Justru kalau benar saja dosa apalagi kalau informasi yang disampaikan berupa kebohongan. Berarti kita telah memfitnah orang tersebut. Dosa fitnah sudah jelas lebih berlipat ganda daripada ghibah. Sudah berdusta, menyakiti dan menzalimi orang lain pula. Belum lagi kalau perkataan kita dikutip dan disebarluaskan. Sungguh dosa yang tiada terkira menyebarkan keburukan seseorang tanpa kebenaran.
Sumber:
Hikmah dari Langit/Yusuf Mansur/Pena Pundi Aksara/Januari 2007
Islampos
Redaksi ISBAD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar