Cerita Ustadz Yusuf Mansur :
Salah satu kenangan indah dari acara Ust.Yusuf Mansur di TV, adalah lahirnya seorang milyarder baru dari tengah- tengah pemirsa.
IS, begitu inisialnya. Adalah seorang pedagang nasi di salah satu sudut kota, di Jawa Timur. Bersama istrinya, Ia menyaksikan acara saya. Saat itu, awal Januari 2007. IS dan istrinya mengikuti dengan seksama pembahasan Matematika Sedekah. “Siapa yg memberi 1, dibalas Allah 10x lipat.” Kata saya saat itu menyeru pemirsa. Lewat layar kaca, “Siapa yg percaya, keluarkan sekarang juga.
Selasa besok ketemu saya lagi, sudah akan diganti 10x lipat.” Acaranya saat itu, selasa sore. Namanya: Cerita Sore. Di antara jutaan pemirsa, ada IS dan istrinya. Di tangan mereka, ada dana 1 juta. IS melongo mendengar seruan ini. 1 juta jadi 10 juta? Ya, dia ga salah dengar. Siapa yang sedekah 1 akan dibalas 10 kali. Dan ini janji Allah. Jadi kalo dia punya 1 juta, ya jadi 10 juta.
Kalimat “Selasa depan ketemu saya (di layar kaca), bakal diganti Allah 10x lipat” itu menggoda dia. Bukannya apa-apa. Dari awal Januari 2006 s/d akhir Desember 2006, IS dan istrinya ngumpulin duit. Buat bayar kontrakan. 1,4 juta. Sayangnya, setahun “hanya” terkumpul 1 juta, masih kurang 400 ribu. Di kontrakan inilah warung nasinya berdiri. Pemilik kontrakan menolak menerima uang 1 juta. “Saya kasih waktu 2 bulan lagi. Bayar full saja nanti.” Dan itu berarti ada waktu s/d akhir Februari.
Nah, di awal Januari 2007, lewat TV, IS dan istrinya mendengar seruan untuk bersedekah tadi.
“Bu, denger kata Ust Yusuf ?” ujar IS.
“Denger.” Kata istrinya. “Ayo Bu… Kita sedekahin duit kita yg 1 juta ini… Nanti kita akan punya uang 8,6 juta…”
Ada yg tau, kenapa jadi 8,6 juta? Ya, sebab sedekah 1 juta jika diganti 10x lipat, akan jadi 10jt. Lalu untuk kontrakan 1,4 juta, masih ada sisa 8,6 juta. Hanya dalam sepekan akan berbalas. Bandingkan dengan tabunganya selama setahun (1 juta).
Emang kalo pake sedekah, jadi QuantumSaving. Alhamdulillaah, istrinya MENOLAK ajakan IS ini, he he…
“Ga ah… Itu kalo dibayar Allah… Kalo engga?” Di benak istrinya, sedekah 1 juta tabungan dia ini beresiko. Setahun ngumpulin 1 juta, masa sepekan jadi 10 juta. Kata istrinya, “Kalo tadi kurang 400 ribu, ini kurangnya jadi balik lagi. Kurang 1,4 juta…”
Namun IS mendorong istrinya untuk percaya.
“Bu… Ini Janji Allah. Bukan janjinya Yusuf Mansur.”
Kisah ini sampai ke tangan saya, akhir Desember-an 2007. Dibawa oleh seorang wartawan Surabaya, yang mengisahkan kisah IS ini.Wartawan ini bercerita tentang IS, sambil membawa undangan IS buat saya. Agar saya mau meresmikan pabrik yg dibangun IS.
“IS seorang pedagang nasi, yang di awal Januari 2007 ribut kecil sama istrinya soal keyakinan sedekah, bangun pabrik?” gumam saya.
Betul. Si wartawan ini terus berkisah. Pabrik itu nilainya 11 milyar!!! Subhaanallaah…
Awal Jan 2007, istri IS merelakan suaminya yang bersikeras untuk menyedekahkan seluruh uang yg mereka punya (1 juta itu tadi). Dengan resiko, ga dibayar Allah. Tapi besar hati IS. Ga mungkin Allah ga akan menunaikan Janji-Nya. IS dan istrinya, tunaikan sedekah.
Selasa sore acara Cerita Sore di TV. Selasa malam uang itu tertunai. Habis. Rabu pagi IS nunggu Allah datang.
Manaaaa nih Allah… Mana 10 juta yg dijanjikan-Nya?? Sampe sini, banyak orang yg tidak sependapat dengan Yusuf Mansur.
“Tuh kaaaaannn… Orang jadi ngarepin balesan… Ga ikhlas…” Kalau Saya mah beda. Jika sebelumnya IS dan kita-kita ini, ga pernah berharap Allah datang. Ini berharap Allah untuk datang. Top kan? Orang juga bilang, “Tar kecewa loh, kalo nanti sedekah ga berbalas.” Laaaahhh, jajal aja beloman, darimana tahunya bakal kecewa??
IS menunggu dengan setia sampe Allah mau datang. Namun hingga selasa berikutnya saya nongol lagi di TV, Allah “ga datang”. Waktu Saya nongol di TV, istrinya bilang, “Tuh, ustadz Kamu… 1 juta jadi 10 juta. Seminggu… Mana…?”
IS bingung… Tambah bingung karena materi saya di TV pekan kedua Januari, udah berubah. Udah ga bicara yang kemarenan lagi. IS membesarkan hatinya dan hati istrinya.
“Allah tau kali… Kita butuhnya akhir Februari… Masih ada 7 minggu…”
Pekan ke-3, pekan ke-4, IS menunggu Janji Allah datang. Hingga pekan ke-5. Januari berubah jadi Februari.
“Pak,” kata istrinya IS, “Coba gih, cari nomornya itu TV…”
“Untuk apa…?” Tanya IS. “Minta nomornya Yusuf Mansur… Suruh dia tanggung jawab. Katanya sepekan. Ini udah 5 minggu. Belum ada tanda- tandanya Allah bakal ganti…”
Alhamdulillah, IS dan istrinya ga dapet tuh nomer saya, Maret atau April 2008, di bandara Juanda Surabaya, saya dan istri saya bertemu dengan IS dan istrinya. Kisah ini sekarang keluar dari mereka.
Minggu ke-7, atau 1 minggu lagi jelang deadline bayar kontrakan, istrinya mengajak IS ke bapaknya. Untuk pinjam uang. IS cerita ke saya dan istri saya,
“Saya ga mau memenuhi permintaan istri saya pinjem ke mertua…” “Bukannya apa2. Mertua saya itu supir. Gajinya 600rb. Kayak apa beliau kalau tahu saya sedekah 1 juta. Trus sekarang saya mau pinjem uang ke beliau…” IS memutuskan ga mau pinjam. Istrinya terus membujuk IS agar mau pinjam ke bapak mertuanya.
“Kalau ga pinjam uang, nanti kita diusir Pak… Di sini ada warung kita.” kata istri .
IS Dengan gagah IS bilang, “Biar aja diusir… Biar Allah tau… Gara-gara sedekah 1 juta, kita diusir…” IS bilang ke istrinya di pekan ke-7 tersebut,
“Bu, daripada kita mikirin kontrakan terus, kita keluar yuuuukkk… Kita cari rumah di sekitar sini yang mau dijual. Kita beli. Tar kalo kita diusir dari kontrakan kita, kita pindah ke rumah yang kita beli itu
” Istrinya IS cerita ke saya, “Ya Allah Ustadz… Saya sedih… Kok suami saya jadi begini.. Gimana coba? Wong buat bayar kontrakan aja ga ada, kok ya mau beli rumah? Tp karena saya jg stress, ya saya manut…
” Istrinya tak menduga, kalo IS benar-benar nawar 1 rumah. Di depan sebuah rumah mewah, IS dan istrinya berdiri…
“Assalamu’alaikum… Betul rumah ini dijual?”
Pemilik rumah melihat mereka berdua. Wajah di pekan ke-7 itu, lusuh. Wajah kontrakan. Wajah yang sepekan lg diusir.
“Betul,” kata pemilik rumah. “Buat siapa?”
IS menjawab, “Buat kami…”. Disuruh masuklah mereka berdua. Istrinya ga mau. Percuma. Ga bakal kebeli. Namun IS tetap masuk. Mau ga mau istrinya ikut. “Berapa duit ni rumah Pak…?”
“700 juta…”kata pemilik rumah, Ketika ngedenger ini rumah 700 juta, JELEGGGEEEERRRR…!!! Istrinya IS kontan mau bangun… Mau pulang aja. Tapi IS malah nawar…
“Kalo 500 juta gimana…?”
Istri IS terperanjat… 500 juta…? Uang darimana…???
“Kalo segitu ga bisa. Udah ada yg nawar lebih…”.
“Kalo 600 juta…?” tawar IS lagi. “Kalo 600 juta, boleh. Kapan Bapak mau kasih tanda jadi?” “Ga pake tanda2 jadian. Nanti saya ke sini aja, 2 bulan lagi…” kata IS meyakinkan. “Ya ga bisa Pak kalo ga ada Tanda Jadi.” IS meyakinkan pemilik rumah bahwa dia bakal balik lagi. “InsyaAllah…!!!”, katanya mantab. “Kalo gitu, saya minta nomor hp bapak dah…” “Saya ga ada HP…”, jawab IS.
Pemilik ini heran. Tanda jadi ga ada, HP juga ga ada. Ya sudah… Kalau pemilik rumah heran. Istrinya IS lebih heran lagi!!! Guendeng nih suamiku… Pake nawar 600 juta, janji 2 bulan lagi…!!! Di depan rumah ini, istrinya IS nyubit suaminya, “1,4 juta aja ga punya… Pake nawar rumah orang 600 juta. Ngejanjiin 2 bulan lagi.”
IS bilang, “Bu, kita kan dijanjiin sama Allah, akan dibayarin 10x lipat dalam waktu seminggu. Ini udah 7 minggu Bu…” “Kalo nanti dibayar sama Allah akhir Februari ini, tapi masih 10x lipat, jangan mau. Bapak mau bilang sama Allah, bayar Bapak 700x lipat saja. Nanti nih Bu, kalau dibayar sama Allah 700x lipat, kita bayar dah rumah ini 600 juta. Sisanya buat ngegedein warung kita…”
“Bapak malam ini mau bangun malam. Mau bilang sama Allah, urusan kontrakan urusan Bapak saja. Urusan Allah yang 700x lipat. Dan Bapak mau ngasih waktu lagi sama Allah. Bayar Bapak 2 bulan lagi!”.
Istrinya IS bertambah bengongnya… Alhamdulillaah, Allah emang ga pernah menyia-nyiakan amal hamba-Nya. Pekan ke-8, IS dan istrinya, DIUSIR… Ya, diusir dari kontrakan. Sampe akhir Februari, sesuai deadline, IS ga punya duit 1,4 juta untuk bayar kontrakan. Alhamdulillaah, akhirnya IS dan istrinya dengan sukses diusir. Kalo ceritanya berhenti sampe sini, menanglah mereka yang menganggap bahwa ga boleh berharap sama Allah, sebab pasti kecewa. Sebagiannya lagi akan mengutuk saya, sudah membuat satu keluarga jadi berantakan usahanya. Tadinya punya warung, sekarang malah terusir. Tapi cerita terus bergulir…
IS dan istrinya pindah ke pasar pengungsi. Di Jawa Timur kala itu sedang ada 1 musibah nasional. Ada begitu banyak pengungsi. IS buka warung di sana. Ga ada yang menyangka, kisah saksesnya berawal dari sini. Beberapa wkt kemudian, ada yang nawarin untuk menangani katering bagi pengungsi. Dibawalah IS ke pimpronya. Dan diputuskan IS yang ngelola katering untuk pengungsi
“Sanggup Bapak ngelola?” Dijawab IS, “Sanggup. Asal dananya di depan.” “Ya. Di depan.”
IS nanya, “Berapa pengungsi yang mesti saya siapkan makanannya?”
“16 ribu pengungsi…”.
IS cerita di hadapan kami-kami, saat beliau jadi tamu kehormatan di launching pondok dan MDN (Majelis Dhuha Nasional) 14 Juni 2008, “Saya mau pingsan…” ujarnya. “Ngedengerin 16 ribu pengungsi yang kudu disiapin makan, saya mau pingsan rasanya…. Belom pernah saya bikin sebanyak itu.. Apalagi pimpro ini mengatakan, “3x makan. Pagi, siang, malam. 48 ribu bungkus untuk sehari” Jreng jreng jreng… Sedekah IS dan istrinya was working.. 2 bulan nanganin katering tersebut, cash on hand, 1 Milyar rupiah. Subhaanallaah…
Dia bisa bayar itu rumah 600 juta. Persis 2 bulan kurang lebihnya dari apa yang ia janjikan kepada si pemilik rumah. Allah Bercanda sama 2 hamba-Nya ini. 100 jutanya dipake buat ngegedein warungnya. Persis seperti apa yg ia katakan sama istrinya 2 bulan yang lalu.
Yang membedakan IS dengan kita adalah, IS pas dpt 1000x lipat bilang
“Saya minta kan 700x lipat. Jadi, yang 300x lipat bukan milik kami.” Sedekah awal Januari, berbuah April. April, IS dan istrinya sedekah kurang lebih 300 juta. Merdeka tuh. Karena banyak, jadi macem-macem sedekahnya. Sedekah 300 juta di April, berbuah kontrak senilai 38 Milyar untuk kontrak katering sepanjang 2008. Karena itulah dia membangun pabrik senilai 11 Milyar untuk menangani proyek itu. Subhaanallaah……
Sumber Cerita : Ust.Yusuf Mansur
Publish Ulang : Redaksi ISBAD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar