" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Minggu, 02 November 2014

Desa An-Najasyi, Tanah Pertama di Afrika Yang Mengenal Islam


Desa An-Najasyi, Tanah Pertama di Afrika Yang Mengenal Islam
Peta Ethiopia
An-Najsyi adalah gelar untuk raja-raja Habasyah –Ethiopia sekarang- sebagaimana Firaun adalah sebutan untuk penguasa Mesir kuno. Namun, di dalam teks-teks hadits, nama tersebut identik dengan seorang Raja Habasyah yang terkenal dengan keadilannya, yang bernama Ashhamah bin Abhar. Karena terkenal sebagai seorang raja yang adil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun merekomendasikan para sahabatnya untuk berhijrah ke negeri kekuasaannya. Dan saat itulah untuk pertama kalinya benua hitam mengenal syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Masuknya Islam ke Desa An-Najasyi
Nama Desa An-Najasyi terambil dari seorang An-Najasyi (Raja Habasyah) yang bernama Ashhamah bin Abhar. Ia memerintah wilayah tersebut antara 610 – 630 M. Habasyah mencakup wilayah Eritria, Somalia, Sudan, Jibouti, dan Ethiopia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji Ashhamah dalam sabdanya,

ملك عادل لا يظلم عنده أحد
“Ia adalah seorang raja yang adil, yang tidak akan dizalimi seorang pun yang berada di wilayahnya.”

Subhanallah, sebuah tazkiyah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap seorang raja yang bahkan belum mengenal cahaya Islam secara langsung.
Saat ini, Desa An-Najasyi terletak dekat Kota Makalele ibu kota wilayah Tigray di sebelah Utara Ethiopia. Inilah tempat pertama di benua hitam yang mengenal cahaya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Islam masuk ke daerah tersebut pada tahun ke-5 kenabian bersamaan dengan tahun 615 M. Momen yang membawa Islam ke kampung An-Najasyi ini adalah hijrahnya para sahabat Nabi dari Mekah menuju Habasyah, menghindari represi yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy.
Kedatangan umat Islam ke wilayah tersebut bukan hanya semata-mata untuk hijrah, namun di wilayah tersebut para sahabat Nabi juga bisa bebas berdakwah. Di antara buah dakwah tersebut adalah masuk islamnya sang raja, Ashhamah bin Abhar an-Najasyi.
Walaupun ia berkuasa dan memegang tampuk tertinggi di negaranya, ia tidak dapat mengubah masyarakatnya menjadi pemeluk Islam, ia hanya seorang diri sebagai muslim di negerinya. Hal ini mengajarkan kepada kita, selain penguasa yang baik rakyat juga harus memiliki kesiapan untuk menjadi orang baik. Penguasa yang baik saja tidak cukup apabila rakyatnya tidak siap menjadi orang yang baik. Dengan demikian kelirulah orang yang mengatakan, seandainya Umar bin Khattab memimpin di zaman ini, maka masyarakat Islam akan menjadi baik. Ya, keadaan demikian akan terwujud apabila masyarakat Islam siap diajak kepada kebaikan, kalau tidak, bisa jadi Umar bin Khattab pun dituntut lengser dari kepemimpinan.
Dalam keadaan terasing sebagai muslim seorang diri, An-Najasyi tetap teguh memegang ajaran Islam hingga ajal menjemputnya. Ia pun dimakamkan di sebuah tempat yang saat ini dikenal dengan nama Desa An-Najasyi.

Corak Keislaman di Desa Sang Raja
Eksistensi Islam di kota bersejarah ini cukup terlihat dengan adanya 25 masjid yang tersebar hingga ke penjuru daerah dan 15% penduduk desa adalah muslim. Adapun dalam skala negara, menurut WHO, pada tahun 2012 terdapat sekitar 34% muslim dari jumlah penduduk Ethiopia 91.700.000 orang. Semoga Allah melindungi mereka, memberi taufik, dan keistiqomahan.
Namun yang menjadi PR bagi seluruh umat Islam adalah di Ethiopia masih banyak tersebar pemahaman-pemahaman yang menyimpang. Di antaranya adalah mengistimewakan tanggal 10 Muharam sebagai Id dan perayaan tertentu. Apabila kita mengunjungi Ethiopia pada tanggal 10 Muharam, maka kita akan banyak menyaksikan ritual-ritual keagamaan yang tidak memiliki dsar tuntunan dari Alquran dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Khususnya di Desa Negu, kedatangan para peziarah ke kota tersebut akan meningkat pesat pada tanggal 10 Muharam hingga satu bulan ke depan.
Selain itu, ada juga keyakinanya barangsiapa yang mengunjungi makam An-Najasyi dan 15 orang sahabat Nabi yang dimakamkan di sana, maka sama saja dengan berziarah ke makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keyakinan lainnya adalah masyarakat sering ngalap berkah di sebuah sumur yang digali oleh sahabat muhajirin radhiallahu ‘anhum. Sumur tersebut dinamai sumur zam-zam. Masyarakat setempat yakin bahwa air sumur tersebut mendatangkan keberkahan, rahmat, dan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak sampai di situ, sebagian orang ada juga yang mengharap kesembuhan dan rezeki dari air sumur tersebut. Keyakinan akan keberkahan sumur tersebut timbul dari sebuah analogi bahwa para sahabat yang berhijrah dari Mekah lalu menggali sumur tersebut, sama halnya dengan keadaan ibunda Ismail, Hajar, yang berhijrah ke tanah haram.
Walaupun banyak terdapat keyakinan yang menyimpang, secara umum masayarakat memiliki perhatian yang besar terhadap agama Islam. Di Desa An-Najasyi dibangun sebuah madrasah yang difungsikan sebagai sarana menuntut ilmu agama Islam bagi penduduk setempat. Mereka memiliki semangat dan kecintaan terhadap Islam, yang kurang hanyalah bimbingan para dai yang mumpuni keilmuannya. Semoga Allah menganugerahkan kepada mereka orang-orang yang mendakwahi dan memimbing mereka kepada Islam yang haq.

Masjid An-Najasyi
Masjid An-Najasyi
Masjid An-Najasyi
Di Desa An-Najasyi terdapat sebuah masjid yang juga dinamai Masjid An-Najasyi. Masjid tersebut sangat ramai dikunjungi jamaah. Uniknya, selain Masjid An-Najasyi, di desa ini juga teradapat sebuah geraja yang dibangun atas nama istri An-Najasyi, namanya Gereja Maryam. Maryam wafat menganut agama lamanya, Nasrani, dan tidak mengikuti jejak sang suami menjadi seorang penganut Islam.
Masjid seluas 200 m2 ini merupakan pusat kegiatan pembelajaran Islam. Di suatu sisi mempelajari Alquran dan sisi yang lainnya mempelajari sirah Nabi dan sahabatnya dll. Sisi kiri dari masjid terdapat 15 kuburan yang katanya adalah kuburan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 10 kuburan sahabat laki-laki dan 5 kuburan sahabat perempuan radhiallahu ‘anhum.
Selain itu, di dekat masjid, dan berbatasan dengan dinding, juga terdapat makam Raja An-Najasyi. umat Islam di sana meyakini, berziarah ke makam An-Najasyi sama saja dengan berziarah ke makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Masyarakat Sufi Ethiopia
Sama halnya dengan Asia Tenggara –atau bahkan lebih- keyakinan tahayul dan khurofat sangat kuat mempengaruhi masyarakat Afrika, baik sebelum maupun setelah kedatangan Islam. Oleh karena itu, tidak heran kalau Ethiopia merupakan negara yang memiliki komunitas Sufi terbesar di Afrika Timur. Tidak heran, aktivitas ngalap berkah di kuburan orang yang dianggap wali sangat marak di negeri ini. Demikian juga syiar-syiar Sufi berupa haul-haul peringatan kematian, terutama haulnya An-Najasyi yang diselenggarakan setiap tanggal 10 Muharam, menjadi amalan besar yang diagungkan.
Inilah sedikit gambaran tentang keadaan Desa An-Najasyi, sebuah tempat yang menjadi titik permulaan menyebarnya dakwah Islam di benua Afrika.

Sumber: masralarabia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar