" IKATAN SILATURAHMI BAHAGIA DUA, KREO SELATAN "

Kamis, 13 November 2014

Peperangan di Era Rasulullah SAW




PERANG BADAR

Seburuk-buruk generasi adalah orang-orang kafir yang dipimpin oleh “Fir’aun umat ini”, yaitu Abu Jahal. Mereka telah memerangi generasi umat terbaik yan gpernah hidup di muka bumiyang berada di bawah komando baginda Rasulullah SAW.
Namun demikian, “burung-burung Ababil” tidak akan menghampiri kaum kafir untuk mencegah peperangan dan pertempuran di antara kedua pasukan tersebut. Justru yang terjadi sebaliknya, semua perangkat dan kondisi yang ada mendorong kedua pasukan ini ingin berperang, walaupun kedua pasukan ini enggan untuk berperang. Allah SWT berfirman (yang terjemahan maknanya):

وَلَوْ تَوَاعَدْتُمْ لَاخْتَلَفْتُمْ فِي الْمِيعَادِ وَلَكِنْ لِيَقْضِيَ اللَّهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولًا
“Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan...” (Al Anfal: 42).

وَإِذْ يُرِيكُمُوهُمْ إِذِ الْتَقَيْتُمْ فِي أَعْيُنِكُمْ قَلِيلًا وَيُقَلِّلُكُمْ فِي أَعْيُنِهِمْ لِيَقْضِيَ اللَّهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولًا وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
“Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kamu sekalian, ketika kamu berjumpa dengan mereka berjumlah sedikit pada penglihatan matamu dan kamu ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mata mereka, Karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan. dan hanyalah kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.” (Al Anfal: 44).

Walau bagaimanapun pertempuran pasti terjadi. Namun, sebelum pertempuran dimulai “burung-burung Ababil” tidak kunjung turun mengambil bagian. Padahal, pasukan kaum beriman jauh berlipat-lipat lebih mulia di sisi Allah SWT dibandingkan dengan penduduk kota Makkah ketika diserbu oleh Abrahah. Yang terjadi adalah sunatullah yang baru:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (7)
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7).

Isi dari aturan baru dalam menghadapi kaum zalim ini adalah:
  • Mesti memilih tempat (posisi) yang tepat;
  • Mesi melakukan musyawarah yang bersih /hakiki;
  • Mesti mengatur dan menyusun abgian yang kokoh;
  • Mesti menyatukan dan mengharmoniskan hati;
  • Mesti membawa pedang (senjata);
  • Harus ada perencanaan (strategi) yang jitu dan akurat;
  • Harus memanjatkan doa sepenuh hati;
  • Harus memiliki keteguhan hati yang kokoh; dan
  • Harus dilalui dengan penderitaan, luka yang mengoyak, darah yang bersimbah, dan gugurnya para syuhada.
Baru setelah semua ini dilalui, “burung-burung Ababil” pun turun. Pertolongan Allah SWT akan datang berupa malaikat, hujan, rasa takut dan gentar yang menyusupu hati orang-orang kafir, atau perepecahan dan pertiakian yang etrjadi di tengah-tengah barisan musuhdalam bentuk apa saja yang dikehendaki Allah SWT, Rabb semesta alam. Akan tetapi, yang paling penting adalah harus berbuat dan berusaha; harus bergerak dan berjuang secara aktif.

PERANG AHZAB (KHANDAQ)
Pada peperangan ini pasukan kaum kafir berjumlah sepuluh ribu orang. Mereka mengepung Nabi dan Rasul paling mulia Muhammad SAW, dan para shahabat yang utama. Umat Islam terancam dibumihanguskan hingga ke akar-akarnya.
Kebenaran yang sempurna ada di kota Madinah, sedangkan kebatilan yang mengakar sedang mengepungnya. Sementara itu, “burung-burung Ababil” tak kunjung turun untuk menghabisi pasukan kaum kafir. Kaum kafir tidak tertimpa kebinasaan, malapeteka, kehancuran, serta badai topan. Sunatullah yang ada pun berlaku:
  • Harus ada keyakinan kuat untuk meraih kemenangan;
  • Kaum beriman harus bersatu padu;
  • Harus ada perencanaan yang tepat;
  • Harus menggali parit;
  • Harus sabar menahan lapar;
  • Harus melakukan sumpah dan janji setia;
  • Harus memecah belah kekuatan kaum musyrikin dengan kaum Yahudi;
  • Harus mahir bertempur;
  • Harus mempunyai badan intelejen dan informasi yang akurat.
Semua itu diramu dan disatupadukan dengan akidah yang lurus dan ibadah yang benar. Jika hal tersebut telah terpenuhi, niscaya pertolongan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang tegar dan kokoh akan segera turun. “burung-burung Ababil” atau yang semisalnya akan segera datang.
Pertolongan itu akan datang berbentuk angin kencang serta perpecahan dan pertikaian antara kaum musyrikin denga kaum Yahudi. Wujudnya berupa rasa takut dan cemas, berupa rasa gentar dan nyali yang ciut. Namun, di atas segalanya, yang penting kita harus berbuat dan berjuang; terus beramal saleh. Ya, amal perbuatan yang semata-mat ikhlas karena Allah SWT.

PERANG UHUD
Sementara itu, pada sisi yang lain, tatkala berkecamuk Perang Uhud, kaum muslimin kalah dari kaum kafi yang mengingkati tauhid. Penyebabnya karena pasukan Islam kurang mematuhi perintah sang pemimpin, Rasulullah SAW dan orang-orang yang beriman:

“Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" (Ali Imran: 165).

Padahal sebelumnya kalian telah meraih kemenangan di Perang Badar. Sekarang, setelah kalian mendapat kekalahan, kalian berkata, "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" kaum muslimin merasa heran; mengapa mereka ditimpa kekalahan dalm perang melawan kaum musyrikin ini?
Lalu datanglah jawaban langsung dari Allah SWT. Dia berfirman (yang terjemahan maknanya):

قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (165)
“...Katakanlah, ’Itudari (kesalahan) dirimu sendiri.’ Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Ali Imran: 165).

Pada Perang Uhud, kaum muslimin bukan hanya tidak mematuhi strategi dan taktik yang telah diajarkan saja, yaitu ketika para pemanah di atas bukit meninggalkan pos-pos mereka untuk mengambil harta rampasan perang. Akan tetapi, mereka juga melakukan pelanggaran yang sangat berbahaya, yaitu penodaan hati.
Allah SWT berfirman (yang terjemahan maknanya):

...مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ...
“...Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat...” (Ali Imran: 152).

“Burung-burung Ababil” itu tidak turun membantu kaum muslimin guna menyelamatkan mereka dari kesalahan dan pelanggaran yang mereka lakukan. Sebab, sunatullah yang telah Allah SWT tetapkan untuk umat ini adalah:

“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7).

Hendaklah kita selalu sadar bahwa sekarang kita tak lagi hidup di zaman Abrahah! Akan tetapi kita berada di zaman Rasulullah SAW; zaman sunnah Rasulullah SAW dan sunnah yang disyariatkan Allah SWT bagi umatnya.

Sumber : islamstory.com
              Redaksi ISBAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar