Dalam suatu majelisnya, Syaikh Utsman al-Khomis ditanya, “Hal
apakah yang bisa menjadi sebab datangnya hidayah dan keistiqomahan pada
seseorang?” Beliau menjawab, “Sangat banyak hal yang bisa mendatangkan
hidayah. Di antaranya beliau bercerita tentang seorang pemuda Libiya
yang diberi hadiah buku saku tentang dzikir oleh seorang pemuda dari
Arab Saudi”. Kurang lebih, cerita beliau adalah sebagai berikut:
Ada seorang warga Libia, ia bersama ibu dan seorang saudari perempuannya pindah dari Libia untuk menetap di London. Ia mengatakan, di antara kami bertiga hanya ibuku saja yang shalat. Aku dan saudariku tidak shalat bahkan tidak mengerti shalat.
Suatu hari, aku datang di suatu kedai kopi, aku berkenalan dengan seorang laki-laki dari Arab Saudi. Di akhir perjumpaan, dia memberiku sebuah buku saku tentang dzikir. Aku merasa pemberiannya ini tidak bermanfaat sama sekali, shalat saja aku tidak, apalagi membaca dzikir. Tapi karena merasa tidak enak menolak, aku pun menerima pemberiannya dan kusimpan di saku baju. Sesampainya di rumah, kukeluarkan dari saku bajuku buku yang ia berikan, lalu kulemparkan hingga terperosok di bawah lemariku.
Setelah beberapa hari, di suatu malam, seperti biasa aku pulang dari aktivitas lalu aku menonton televisi. Aku mencari acara yang menarik di TV, dari chanel ke chanel lainnya namun tidak ada acara yang membuat aku tertarik. Lalu kubuka majalah, tidak juga aku merasa berselera berlama-lama membacanya. Setelah itu berselancar di dunia maya, juga tidak ada yang memikat perhatianku. Sudah, kututup pintu kamar dan tirai jendela, aku pun bersiap tidur.
Kubolak-balikkan badan, namun tidak juga rasa kantuk itu datang. Malah aku teringat akan buku saku yang diberikan laki-laki Arab Saudi tempo hari itu. Susah payah, akhirnya aku berhasil mengeluarkan buku itu dari bawah kolong lemariku.
Saat kubuka buku itu, ternyata berisi, barangsiapa mengamalkan ini akan mendapatkan hal ini, barangsiapa mengamalkan demikian maka pahalanya demikian. Saat itu, kondisi jiwaku adalah kondisi seseorang yang telah berputus asa dari rahmat Allah karena banyaknya dosa-dosa yang telah aku lakukan. Aku adalah seseorang yang telah berpasrah diri kalau ditetapkan sebagai penghuni neraka. Saat kubaca buku itu, ternyata pengampunan dosa dari Allah demikian mudahnya. Buku itu benar-benar memberikan kesan yang dalam bagi diriku. Hingga tak terasa aku membacanya hingga datang waktu subuh.
Saat itu kulihat ibuku sedang menunaikan shalat. Selesainya ibuku dari shalat, kukatakan kepadanya, “Ibu, aku ingin shalat”. Ibuku menjawab, “Mandilah terlebih dahulu”. Aku pun mandi kemudian menunaikan shalat. Sejak saat itu aku tidak pernah lagi meninggalkan shalat.
Diceritakan kepada Syaikh Utsman al-Khomis bahwa orang ini kemudian menjadi seorang da’i yang cukup dikenal di London. Ia sangat bersemangat dalam berdakwah hingga mendakwahkan Islam di jalan-jalan ketika berjumpa dengan orang-orang non-Islam. Dan banyak orang mendapatkan hidayah Islam melalui dirinya.
Pelajaran:
Sumber : Artikel www.KisahMuslim.com Oleh Nurfitri Hadi
Redaksi ISBAD
Ada seorang warga Libia, ia bersama ibu dan seorang saudari perempuannya pindah dari Libia untuk menetap di London. Ia mengatakan, di antara kami bertiga hanya ibuku saja yang shalat. Aku dan saudariku tidak shalat bahkan tidak mengerti shalat.
Suatu hari, aku datang di suatu kedai kopi, aku berkenalan dengan seorang laki-laki dari Arab Saudi. Di akhir perjumpaan, dia memberiku sebuah buku saku tentang dzikir. Aku merasa pemberiannya ini tidak bermanfaat sama sekali, shalat saja aku tidak, apalagi membaca dzikir. Tapi karena merasa tidak enak menolak, aku pun menerima pemberiannya dan kusimpan di saku baju. Sesampainya di rumah, kukeluarkan dari saku bajuku buku yang ia berikan, lalu kulemparkan hingga terperosok di bawah lemariku.
Setelah beberapa hari, di suatu malam, seperti biasa aku pulang dari aktivitas lalu aku menonton televisi. Aku mencari acara yang menarik di TV, dari chanel ke chanel lainnya namun tidak ada acara yang membuat aku tertarik. Lalu kubuka majalah, tidak juga aku merasa berselera berlama-lama membacanya. Setelah itu berselancar di dunia maya, juga tidak ada yang memikat perhatianku. Sudah, kututup pintu kamar dan tirai jendela, aku pun bersiap tidur.
Kubolak-balikkan badan, namun tidak juga rasa kantuk itu datang. Malah aku teringat akan buku saku yang diberikan laki-laki Arab Saudi tempo hari itu. Susah payah, akhirnya aku berhasil mengeluarkan buku itu dari bawah kolong lemariku.
Saat kubuka buku itu, ternyata berisi, barangsiapa mengamalkan ini akan mendapatkan hal ini, barangsiapa mengamalkan demikian maka pahalanya demikian. Saat itu, kondisi jiwaku adalah kondisi seseorang yang telah berputus asa dari rahmat Allah karena banyaknya dosa-dosa yang telah aku lakukan. Aku adalah seseorang yang telah berpasrah diri kalau ditetapkan sebagai penghuni neraka. Saat kubaca buku itu, ternyata pengampunan dosa dari Allah demikian mudahnya. Buku itu benar-benar memberikan kesan yang dalam bagi diriku. Hingga tak terasa aku membacanya hingga datang waktu subuh.
Saat itu kulihat ibuku sedang menunaikan shalat. Selesainya ibuku dari shalat, kukatakan kepadanya, “Ibu, aku ingin shalat”. Ibuku menjawab, “Mandilah terlebih dahulu”. Aku pun mandi kemudian menunaikan shalat. Sejak saat itu aku tidak pernah lagi meninggalkan shalat.
Diceritakan kepada Syaikh Utsman al-Khomis bahwa orang ini kemudian menjadi seorang da’i yang cukup dikenal di London. Ia sangat bersemangat dalam berdakwah hingga mendakwahkan Islam di jalan-jalan ketika berjumpa dengan orang-orang non-Islam. Dan banyak orang mendapatkan hidayah Islam melalui dirinya.
Pelajaran:
- Jangan remehkan hadiah sekecil apapun.
- Jangan memvonis seseorang sudah tertutup darinya hidayah.
- Biasakanlah memberi hadiah-hadiah yang bermanfaat kepada orang-orang untuk melembutkan hati mereka menerima dakwah.
- Seseorang dengan profesinya masing-masing bisa memberikan hadiah. Seorang dosen bisa memberikan buku-buku bermanfaat kepada mahasiswanya karena nilai ujiannya yang baik atau lain sebagainya. Seorang pengusaha bisa memberikan hadiah kepada relasinya saat di awal jumpa. Seorang teman memberikan hadiah kepada temannya. Dll. Mungkin akan datang suatu hari, Allah bukakan kebaikan bagi mereka yang diberi hadiah tersebut.
- Berdakwah bisa dilakukan dimana saja, sampai berjumpa dengan seseorang di sebuah warung kopi pun adalah kesempatan untuk berdakwah.
Redaksi ISBAD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar