Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir adalah seorang ulama yang layak digelari singa pembela sunnah dan ia juga merupakan salah satu tokoh yang paling dimusuhi oleh aliran-aliran sesat. Syaikh Ihsan merupakan seorang ahli hadits terpercaya dan ahli fikih yang dalam pemahamannya. Hidupnya diisi dengan khidmat menjaga syariat dari kelompok-kelompok yang menyimpang dan akhir kehidupannya adalah ibadah, menyampaikan ilmu di hadapan umat.
Masa Kecil
Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir dilahirkan di Kota Siyalkut Provinsi Punjab, Pakistan pada tahun 1943. Ia tumbuh besar di keluarga sunni yang taat, yang terkenal memiliki perhatian dengan ilmu hadits. Kecerdasannya sudah tampak di usia yang sangat dini, terbukti dengan menghafalkan Alquran secara sempurna saat berusia 9 tahun. Pendidikan sekolah dasarnya tidak ia tempuh di sekolah agama (baca: pesantren), akan tetapi ia menempuh pendidikan di sekolah negeri.
Sejak kecil, beliau rajin menuntut ilmu agama di masjid-masjid. Kemudian belajar hadis di bawah bimbingan Syaikh Muhammad Jundulawi dan Athallah Hanif di Kota Faisalabad.
Perjalanan Menuntu Ilmu
Pada tahun 1961 Ihsan Ilahi Zhahir mendapatkan gelar Licence-nya (Lc) dari Universitas Islam Madinah jurusan syariah. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Madinah, ia kembali ke negerinya Pakistan dan kembali belajar di Universitas Punjab mengambil jurusan Hukum dan Ilmu Politik. Dengan demikian beliau mendapatkan dua gelar Lc dengan jurusan yang berbeda.
Syaikh Ihsan terus menyibukkan dirinya dengan belajar di Universitas Punjab dan universitas-universitas lainnya dengan berbagai spesialisasi ilmu, di antaranya ilmu-ilmu syariat, politik, bahasa Arab, Persia, dan Urdu. Ketekunannya dalam mengkaji ilmu di berbagai bidang membuatnya berhasil memperoleh sembilan gelar magister, luar biasa!.
Kesungguhannya dalam belajar begitu berkesan bagi Dr. Muhammad Luqman as-Salafi sehingga ia mengatakan, “Aku benar-benar mengenal mujahid ini (Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir). Ia telah menjual dirinya di jalan Allah lebih dari selama 25 tahun sejak dekat denganku di Universitas Islam Madinah. Selama empat tahun kebersamaan kami di Madinah, aku mengenalnya sebagai seorang yang cerdas melebihi pelajar-pelajar lainnya dalam belajar, membahas, dan diskusi. Dia telah menghafal ribuan hadits Nabi.
Saat keluar kelas, ia selalu membuntuti Syaikh al-Albani. Duduk bersamanya di pelataran kampus, lalu bertanya tentang permasalahan hadits, kaidah-kaidahnya, perawi-perawinya, dan berdiskusi bersama Syaikh al-Albani (tentang masalah-masalah lainnya pen.). Syaikh al-Albani pun sangat gembira mendengar dan menjawab pertanyaan darinya…”
Kesungguhannya Dalam Menjaga Syariat
Ketika menempuh studi di ilmu hukum, Syaikh Ihsan Ilahi Zahir juga menjadi imam dan khotib Masjid Ahlul Hadits di Lahore, pimpinan komunitas akademisi Islam, dan pimpinan redaksi Majalah Turjuman al-Hadits yang menginduk pada Universitas Ahlu al-Hadits di Lahore.
Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir memiliki perhatian yang besar dalam memerangi pemikiran-pemikiran menyimpang (baca: aliran sesat) yang banyak tersebar di negaranya, Pakistan. Karya-karya ilmiahnya dalam membantah pemikiran Syiah Itsna ‘Asyriyah, al-Qadiyaniyah (Ahmadiyah), dan Shufiyah menjadi rujukan yang berharga bagi umat Islam, khususnya dalam membantah pemikiran Syiah, buku-bukunya dikategorikan buku terbaik yang membahas pemikiran Syiah. Bantahannya yang ilmiah dan mendalam terhadap aliran-aliran sesat tersebut membuat para tokoh-tokoh kesesatan cukup kelimpungan dan tidak mampu membalasnya dengan argumentasi ilmiah serupa. Mereka hanya mampu melakukan ancaman dan tekanan terhadap Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir, agar ia berhenti membicarakan kesesatan mereka.
Tidak hanya melalui buku dan karya tulis ilmiah, Syaikh Ihsan terus menyeru umat agar waspada terhadap pemikiran-pemikiran yang menyimpang tersebut melalui seminar-seminar, mimbar, dan pertemuan-pertemuan, di Pakistan, Kuwait, Irak, Arab Saudi, hingga Amerika. Semua itu beliau lakukan demi menjaga kemurnian syariat Islam.
Percobaan Pembunuhan
Jihad ilmiah yang dilakukan oleh Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir tentu saja memicu kemarahan para pengekor hawa nafsu yang menyelisihi kebenaran sehingga menjadikan dirinya berada dalam ancaman bahaya. Khomeini, tokoh revolusi Iran, mengadakan sayembara untuk kepala Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir. Khomeini mengatakan, “Siapa yang bisa membawa kepala Ihsan, bagi dia ganjaran $2000.” 2000 dolar tentu saja bukan jumlah yang sedikit, apalagi di tahun 1988, angka senilai itu cukup menggiurkan. Beberapa kali percobaan pembunuhan terhadap dirinya terjadi, Syaikh diberondong dengan peluru, namun ia masih selamat.
Wafatnya Sang Mujahid
Kehidupan Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir, kian hari kian terancam. Orang-orang ekstrimis Syiah kian geram dengan dakwah Ahlussunnah wal Jamaah yang ia serukan, namun mereka tidak mampu membantahnya dengan pena-pena dan lisan-lisan mereka. Mengakhiri hidup Syaikh Ihsan adalah satu-satunya jalan bagi para pengikut hawa nafsu ini. Akhirnya kematian menjemputnya ketika beliau sedang berjihad menyebarkan ilmu dan membela sunnah.
Sehari sebelum wafatnya, Syaikh Ihsan duduk dalam acara debat yang berlangsung selama 6.30 jam dengan pihak-pihak yang meminta penetapkan Fiqih Hanafi Ja’fari (Madzhab Syiah) dengan fiqih-fikih yang lain. Ia menjawab, “Kami tidak menginginkan sebuah pengganti bagi Alquran dan sunah.” Nampak dalam perdebatan ini, bahwa Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir sangat kuat pendiriannya dalam membela kebenaran. Hingga, kemudian pada hari kedua, para hakim memutuskan hasil sidang bahwa kebenaran berada di pihak Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir.
Pada tanggal 23 Rajab 1407 H, Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir menghadiri sebuah seminar di Univeristas Ahlul Hadits. Peserta yang hadir sangat banyak, sekitar 2000 orang. Saat malam mulai larut, hampir menunjukkan pukul 11 malam, giliran Syaikh berbicara di hadapan khalayak. Kurang lebih 20 menit menyampaikan ceramahnya, sebuah pot yang terletak di depan podiumnya meledak. Jasad Syaikh Ihsan terpelanting 20 atau 30 m dari tempat berdirinya. Di masa-masa akhir hayatnya ia mengatakan, “Tinggalkan aku, pergilah perhatikan bagaimana keadaan yang lain.” Lalu ada seseorang yang menangis karena melihat Syaikh dalam keadaan sekarat, Syaikh menasihatinya, “Kalau engkau menangis, bagaiman engkau bisa menguatkan orang lain (atas kejadian ini).” Syaikh Ihsan segera dilarikan ke rumah sakit Lahore.
Kabar ini terdengar oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Raja Fahd bin Abdul Aziz. Pemerintah Arab Saudi segera mengambil tindakan cepat terhadap ulama pemberani ini, ia dirujuk ke rumah sakit militer di Riyadh agar ditangan dengan intesif. Namun sayang upaya itu tidak berhasil, pagi hari di awal bulan Sya’ban 1407 H, ruh Syaikh Ihsan terpisah dari jasadnya, ia pergi menghadap Rabnya Yang Maha Mulia.
Kehidupan Syaikh Ihsan telah ia isi dengan ilmu, amal, dakwah, dan jihad membela kemurnian syariat. Jasadnya diterbangkan ke Kota Madinah, kota yang memberikan banyak kesan dan kenangan untuknya, lalu ia dishalatkan di Masjid Nabawi dan dimakamkan di pemakaman Baqi’.
Sebuah kematian yang indah setelah mengisi usia dengan perjuangan dan pengorbanan demi Islam di berbagai negara. Imam Ibnu Katsir mengatakan
أَنَّهُ مَنْ عَاشَ عَلَى شَيْءٍ مَاتَ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya barangsiapa menyibukkan diri/hidup dalam suatu hal, ia akan diwafatkan dalam melakukan hal tersebut.” (Shahih Tafsir Ibnu Kastir, 1: 347)Di antara karya-karya Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah: Sejarah Hitam Tasawuf, Darah Hitam Tasawuf, Virus Syiah: Sejarah Alienisme Sekte, Mengapa Ahmadiyah Dilarang, dll.
Sumber:
– Ihsan Ilahi Zhahir wa Juhuduhu fi Taqriri al-Aqidah wa al-Rad ala al-Firaq al-Mukholafah
– Islamstory.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar